Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

10 Bulan Setelah Tukijan Di Kuro...

Transmigrasi dan persiapan lokasi yang belum siap. heboh dengan penduduk asli hingga ada pembakaran & perusakan. (dh)

23 Februari 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TUKIJAN sudah 10 bulan meninggalkan desanya di Wonogiri, Jawa Tengah. Bersama-sama teman sekampung, ia bertransmigrasi bedol desa karena kampungnya ditenggelamkan untuk proyek waduk raksasa Gajah Mungkur. Tukijan kini tinggal di Unit VIII Proyek Pengembangan Transmigrasi Air Lais, Seblad, Kuro Tidur, Kabupaten Bengkulu Utara, 115 km dari Kota Bengkulu. Sabtu sore 26 Januari lalu rupanya saat naas baginya. Mendadak kepalanya dilempari batu oleh Roni, 16 tahun, penduduk asli sana. Perkaranya: Tukijan dituduh mencuri ayam Roni. "Kepala saya pusing dan darah bercucuran menutup muka saya," tutur Tukijan. Mendengar peristiwa itu, hampir separuh transmigran asal Wonogiri yang tinggal di unit VI sampai dengan IX, dengan golok di tangan, beramai-ramai menuju kompleks PT Kwarto Jaya Sakti, tempat Roni bekerja. Tanpa mempedulikan kehadiran Camat Lais, Komandan Koramil dan petugas Polri, mereka minta agar Roni diserahkan kepada yang berwajib. Tapi Roni tidak kelihatan. Para transmigran lalu menyerbu pondok Roni, menggeledah, membakar semua isinya. Mereka juga memaksa Muchtar, petugas perusahaan tersebut, menanda-tangani pernyataan yang berisi kesanggupan menyerahkan Roni dalam tempo 1 hari. Camat Lais dan petugas lainnya tidak berhasil mengajak mereka berunding. Besoknya batang hidung Roni belum lagi tampak. Para transmigran menganggap, Muchtar tidak memenuhi janji. Mereka lalu membakar beberapa pondok di kompleks PT Kwarto Jaya Sakti semua peralatan dan bahan bangunan habis ludes, termasuk 3 buah truk. Perselisihan semacam itu sebelumnya pernah terjadi 2 kali. "Padahal selama ini pergaulan antara transmigran dan penduduk asli eukup rukun," kata Hasyim Bakar, Kepala Marga Lais. Sebab-sebab perselisihan sebenarnya dan penyelesaiannya kini sudah ditangani Kores 621 Bengkulu Utara. Yang jelas selama ini para transmigran memang resah, karena lokasi pemukiman yang mereka tempati ternyata belum siap. Ada 9 lokasi pemukiman transmigrasi di Kuro Tidur. Dibuka 1976, tapi sampai November 1978, baru unit I sampai IV saja yang dianggap selesai. Itu pun, menurut Ali Achmad Chomah, Kait Agraria Bengkulu, dalam pelaksanaan pengukuran, pengkaplingan dan penentuan lokasi di kelima unit tersebut ternyata kemudian meleset "Yang dipesan lokasi untuk 2.000 KK yang datang ternyata 2.500 KK," kata Ali Achmad, "sebentar lagi pelaksanaan pengukuran lokasi untuk 5100 KK itu akan segera dilaksanakan." Seperti yang juga diakui Ponidi, manajer Unit II, dari Kanwil Transmigrasi Bengkulu, 1 Ha tanah untuk perladangan yang pernah dijanjikan belum bisa ditanami karena masih berupa hutan. Dari 477 KK di Unit II misalnya, baru 37 KK yang menerima jatah tersebut. Selebihnya menggarap hutan perawan, itu pun belum pula diukur oleh pihak Agraria setempat. Unit VI - IX rencananya harus sudah selesai September tahun lalu untuk dihuni 1.00 KK transmigran dan 200 KK penduduk asli sebagai transmigran sisipan. Nyatanya kini baru dapat dihuni 1.624 KK atau 6.435 jiwa saja. Sisanya ternyata belum rampung juga. Seluruh unit, I - IX, rencananya untuk 4.500 KK transmigran Wonogiri. Kelambatan penyiapan lokasi itu juga menyebabkan kelambatan pembuatan rumah, hingga sering para transmigran diminta bantuan pula mengangkut bahan bangunan, bahkan juga membabat hutan. Upahnya pun tak sepadan. "Untuk membabat hutan hanya diupah sekitar Rp 15.000 sampai Rp 40.000 per hektar," kata transmigran Suwandi, Ketua RK IV unit VI. Di unit VIII ada transmigran yang kena pungli Rp 25.000 - Rp 40.000 setiap KK kalau mau menerima tanah perladangan. Untung 13 3 KK menuntut dan uang mereka segera dikembalikan. Uang ganti rugi tanah mereka di Wonogiri yang didepositokan di Kuro Tidur juga dipungli, bahkan bunganya konon tidak dibayarkan. Widodo, Pimpinan BRI Bengkulu terkejut, "tapi baiklah kita cek dulu," katanya. Sijunjung Nasib transmigran asal Wonogiri yang dikirim ke Abai Siat Kecamatan Koto Baru Kabupaten Sawahlunto-Sijunjung, Sumatera Barat, tampaknya tak jauh berbeda dengan rekan mereka di Kuro Tidur. Lokasi Abai Siat juga dikenal sebagai proyek Sitiung III, lanjutan dari Sitiung I dan II. Ketika Irjen Dcpartemen Tenaga Kerja & Transmigrasi Marsan Siregar meninjau ke sana awal Februari lalu, tanah perladangan mereka belum bisa digarap. Karena penuh batang-batang pohon bekas tebangan. Keterlambatan penyiapan lokasi Abai Siat itu diakui oleh Ir. Suryatin, Dirjen Bina Marga Departemen PU. Kepada Kompas, Suryatin menyatakan, proyek Abai Siat memang ditangguhkan untuk mengerjakan proyek yang dianggap lebih mendesak yaitu Alai Hilir untuk sisa transmigran asal Wonogiri sebanyak 1.859 KK. Gubernur Sumatera Barat, Azwar Anas, juga menyatakan bahwa proyek Sitiung yang ditempati transmigran asal Wonogiri sejak 3 tahun lalu, "sampai saat ini belum menunjukkan perkembangan yang menggembiraka." Tapi Presiden Soeharto sendiri memahami keterlambatan penyiapan lokasi pemukiman itu, seperti diungkapkan Menteri Muda Urusan Transmigrasi Martono di Bina Graha Senin pekan lalu. 'Menurut Martono, keterlambatan itu antara lain karena jumlah transmigran yang ingin diberangkatkan semakin meningkat. Betapapun, Presiden minta agar penanganan transmigrasi dipercepat. Untuk itu, sejak Februari ini Presiden memanggil Menteri Martono bersama para dirjen yang berkaitan dengan transmigrasi, sebulan 2 kali. "Presiden ingin mendengar secara langsung laporan penanganan teknis transmigrasi," kata Martono.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus