Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

10 Pahlawan Kemerdekaan Indonesia dan Profil Singkatnya

Beberapa pahlawan kemerdekaan Indonesia, antara lain A.A. Maramis, Abdul Kahar Mudzakkir, Jenderal Soedirman, Chaerul Saleh, dan Adam Malik.

16 Agustus 2023 | 13.57 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pria kenakan pakaian menyerupai Proklamator Soekarno-Hatta membacakan teks proklamasi di acara Napak Tilas Proklamasi Republik Indonesia di Tugu Proklamasi, Jakarta, 16 Agustus 2014. TEMPO/Dhemas Reviyanto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Dalam menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia ke-78, alangkah lebih baik apabila mengingat kembali perjuangan pahlawan kemerdekaam. Tanpa kehadiran mereka, kemerdekaan di Indonesia mungkin tidak bisa diraih.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebagian besar masyarakat mungkin hanya mengenal dua proklamator sekaligus presiden dan wakil presiden pertama RI, yaitu Soekarno dan Mohammad Hatta sebagai pahlawan kemerdekaan Indonesia. Padahal, ada banyak sosok lainnya yang berperan penting dalam perjuangan menuju proklamasi 17 Agustus 1945. 

Daftar Pahlawan Kemerdekaan Indonesia


Dilansir dari Seri Pengenalan Tokoh Sekitar Proklamasi Kemerdekaan (2010) oleh Direktorat Nilai Sejarah, Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, berikut beberapa pahlawan kemerdekaan RI dan biografi singkatnya. 

1.    A.A. Maramis


Alexander Andries Maramis atau A.A. Maramis dilahirkan di Manado pada 20 Juni 1897. Ia adalah lulusan Fakultas Hukum Universitas Leiden, Belanda. Selama belajar di bangku kuliah, dia banyak bertemu tokoh-tokoh pergerakan yang tergabung dalam Indische Vereeniging, kemudian berganti nama menjadi Perhimpunan Indonesia (PI), seperti Mohammad Hatta dan Sam Ratulangi. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Setelah lulus, dia menjadi seorang pengacara di Palembang, Semarang dan Jakarta. Keputusannya untuk bekerja sebagai advokat dilatarbelakangi niatnya untuk membantu orang-orang terjerat kasus hukum. Tak hanya itu, dia ingin mengumpulkan kekayaan sebagai bekal untuk membiayai perjuangan menuju kemerdekaan. 

2.    Abdul Kahar Mudzakkir


Abdul Kahar Mudzakkir lahir dengan nama Daihar di Kotagede pada 16 September 1907. Ayahnya adalah Kiai Haji Mudzakkir, seorang pemuka agama Islam dan pengurus masjid di daerah kelahirannya. Ibunya bernama Chotijah yang berasal dari keturunan pedagang. 

Kahar dikenal sebagai seseorang yang mudah bergaul. Ketika kuliah di Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir, dia aktif menghadiri pertemuan organisasi-organisasi. Berkat kegigihannya, banyak negara, khususnya negara-negara Timur Tengah bersimpati dan mendukung Indonesia untuk merdeka. 

3.    Abdul Rahman Baswedan


A.R. Baswedan lahir di Kampung Ampel, Surabaya pada 9 September 1908. Meski darah Arab mengalir dalam tubuhnya, dia menjadi orang pertama yang menyatakan keturunan Arab bukanlah warga negara asing (WNA), tetapi warga negara Indonesia (WNI). A.R. Baswedan diketahui merupakan kakek Mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.

Demi membuktikan pernyataannya itu, A.R. Baswedan kemudian mendirikan partai politik bernama Partai Arab Indonesia (PAI). Menjelang kemerdekaan, A.R. Baswedan berpidato di hadapan para pemimpin pergerakan nasional dan dengan tegas mengatakan, “Saya sudah memberi penjelasan bahwa tidak ada peranakan Arab yang menginginkan dan mencita-citakan kerakyatan lain, selain kerakyatan Indonesia.” 

4.    Adam Malik


Semasa belia, Adam Malik pernah berkhayal untuk ikut ambil bagian dalam dunia perpolitikan. Ia lahir dan dibesarkan di dalam keluarga pedagang yang berkecukupan di Pematang Siantar, Sumatera Timur. 

Melihat banyak kuli yang bekerja di daerah perkebunan diperlakukan kasar oleh pengusaha Belanda, Adam Malik berharap dapat mengubah nasib pekerja-pekerja itu. Untuk mencapai cita-citanya, dia terjun ke dunia politik dan menjadi anggota Partai Indonesia (Partindo) Ia lalu merantau ke Jakarta dan bertemu dengan tokoh-tokoh politik. Berkat hal itu, dia bertransformasi menjadi orator ulung. 

5.    Ahmad Soebardjo


Pada masa kekuasaan Jepang, Ahmad Soebardjo ditawari pekerjaan menjadi Kepala Biro Riset Angkatan Laut Jepang (Kaigun Bukanhu) di bawah kepemimpinan Laksamana Muda Maeda. Ia bertugas memberikan data-data kehidupan masyarakat Indonesia. 

Selama bekerja, pemikiran-pemikirannya tentang pendekatan kemanusiaan dalam masalah politik semakin berkembang. Menjelang proklamasi, Ahmad Soebardjo berperan membawa Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta setelah diculik ke Rengasdengklok. Ia mampu meyakinkan para pemuda supaya dua pahlawan nasional itu segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. 

6.    Jenderal Soedirman


Di balik nama besar Jenderal Soedirman, sebenarnya dia adalah anak desa yang dilahirkan di lingkungan keluarga sederhana. Ayahnya bernama Karsid Kartowirodji, seorang pekerja pabrik gula di Kalibagor, Banyumas. Sedangkan ibunya, Siyem, seorang gadis keturunan Wedana Rembang. 

7.    Chaerul Saleh


Chaerul Saleh Datuk Paduko Rajo lahir di Sawahlunto, Sumatera Barat pada 13 September 1916. Dia merupakan anak dari pasangan suami istri yang berprofesi sebagai dokter, yaitu Achmad Saleh dan Zubaidah. 

Ayahnya menginginkan Chaerul Saleh untuk meneruskan pekerjaan keluarga sebagai dokter. Namun, dia memilih menempuh pendidikan ke Recht Hogeschool (RHS) atau Sekolah Tinggi Hukum. Sayangnya, ia gagal lulus ujian karena terlalu aktif mengikuti kegiatan politik. 

Menjelang kemerdekaan, rumah Chaerul di Jalan Pegangsaan Barat menjadi tempat berkumpul para pemuda. Di sana, pertemuan berkala rutin dilakukan untuk mendiskusikan perjuangan. 

8.    G.S.S.J Ratulangi


Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi atau dikenal dengan nama Sam Ratulangi adalah salah satu pahlawan kemerdekaan Indonesia yang lahir di Minahasa, Sulawesi Utara pada 5 November 1890. Ia mempunyai semboyan “si tou timou tumou tou”, artinya kemanusiaan, bahwa manusia harus bisa menghormati sesama manusia. 

Menurut catatan sejarah, Sam Ratulangi menjadi orang pertama yang mengemukakan istilah “Indonesia” untuk menggantikan Hindia Belanda. Melalui pidato-pidatonya yang keras, dia mengecam kebijakan pemerintahan era kolonialisme. Berkat keberaniannya itu, dia diberi gelar Tonaas oleh rakyat Sulawesi. 

9.    Agus Salim


Agus Salim lahir di Koto Gadang, Bukittinggi, Sumatera Barat pada 8 Oktober 1884. Ayahnya, Angku Sutan Mohammad Salim adalah Jaksa Kepala di Pengadilan Tinggi Riau dan ibunya bernama Siti Zaenab. Kedua orang tuanya memberi nama Mashudul Hag yang berarti pembela kebenaran. Namun, pengasuhnya yang berasal dari Jawa selalu menyebutnya Gus (anak bagus), sehingga nama Agus Salim lebih dikenal. 

Peranan Agus Salim dalam kemerdekaan Indonesia, yaitu menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Lembaga tersebut bertugas membuat draf Undang-Undang Dasar yang kemudian disempurnakan oleh Panitia Penghalus Bahasa. 

10.    I Gusti Ketut Pudja


I Gusti Ketut Pudja lahir di Desa Sukasade, Singaraja, Bali pada 19 Mei 1908. Pada pertengahan Agustus 1945, dia ditunjuk menjadi perwakilan Sunda Kecil (Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Timur) untuk menghadiri rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). 

Ia juga datang ke rumah Laksamana Muda Maeda pada 16 Agustus 1945 malam ketika teks proklamasi kemerdekaan disusun. Setelah Indonesia merdeka, dia dilantik menjadi Gubernur Sunda Kecil. 

MELYNDA DWI PUSPITA 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus