Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Anggota DPR asal Gerindra, Fadli Zon, mengatakan dalam setahun Jokowi - Ma'ruf Amin, Indonesia mengalami banyak kemunduran. Menurut catatan Fadli setidaknya ada empat beban yang ditanggung selama pemerintahan Presiden Jokowi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Pertama adalah beban utang. Akibat miskalkulasi, mismanajemen, serta kerja-kerja pembangunan tuna konsep, Indonesia kini harus menanggung beban utang yang sangat berat," kata Fadli dalam keterangan tertulis, Rabu 21 Oktober 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Fadli mengutip laporan Bank Dunia bertajuk 'International Debt Statistics 2021' utang luar negeri Indonesia saat ini menempati urutan ke-6 tertinggi di antara negara-negara berpendapatan menengah dan rendah. Saat ini utang Indonesia menurutnya berkisar di 402 juta dolar Amerika Serikat.
Selain utang, kata Fadli, pemerintah juga telah menerbitkan Global Bond sebesar 4,3 miliar dolar AS dengan tenor 30 tahun. Utang ini berarti akan jatuh tempo pada 2050.
"Kedua adalah beban hukum. Kerusakan tatanan hukum di era pemerintah sekarang ini sangat kasar mata. Dulu, di periode pertama, kita pernah disuguhi 16 paket kebijakan hukum dan ekonomi. Kini, di tahun pertama periode kedua, kita disuguhi omnibus law Cipta Kerja," tuturnya.
Fadli melihat pola penerbitan regulasi semacam ini bukan bentuk terobosan hukum, melainkan bentuk perusakan. Ia mengatakan di negara lain omnibus law paling banyak mengubah 10 Undang-Undang, bahkan mayoritas kurang dari itu.
Beban ketiga, kata Fadli adalah beban perpecahan. Pemerintah menurutnya masih bermain dengan sejumlah isu sensitif keagamaan. Ia menyoroti Menteri Agama Fachrul Razi yang beberapa kali melontarkan pernyataan yang kontroversial.
Beban terakhir, menurutnya adalah beban sosial. "Rakyat kini bebannya kian berat. Sebelum ada pandemi Covid-19, rakyat sudah banyak terbebani kebijakan pencabutan subsidi, kenaikan tarif listrik, BBM, tol BPJS Kesehatan, dan lain-lain. Kini, beban rakyat bertambah karena pandemi," ujarnya.
FIKRI ARIGI