Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto tengah menyusun visi misinya untuk maju dalam pemilihan presiden 2019. Visi misi tersebut saat ini masih dalam pembahasan para sekretaris jenderal partai koalisi Prabowo.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ketua DPP Partai Demokrat Jansen Sitindaon mengatakan salah satu pertimbangan dalam perumusan visi misi tersebut adalah permasalahan negara dalam empat tahun terakhir.
Prabowo dalam beberapa kesempatan pidatonya sering kesal terhadap permasalahan yang masih melanda nageri ini. Berikut lima permasalahan bangsa yang pernah diungkapkan Prabowo.
1. Indonesia Bubar 2030
Prabowo mengatakan Indonesia mungkin bubar pada 2030 jika mengacu kepada buku fiksi ilmiah berjudul Ghost Fleet: A Novel of the Next World War karya PW Singer and August Cole. Pernyataan tersebut dilantangkan Prabowo dalam Pidatonya kepada kader Partai Gerindra.
Prabowo menilai Indonesia mungkin bubar lantaran elite Indonesia saat ini tak peduli meski 80 persen tanah di Indonesia dikuasai oleh satu persen rakyat. Mereka juga dinilai abai saat sebagian besar kekayaan Indonesia diambil ke luar negeri.
2. Utang Luar Negeri
Menurut Prabowo Subianto ketimpangan ekonomi dan tingginya utang luar negeri sudah berada di tingkat mengkhawatirkan. Prabowo memaparkan data dari sejumlah lembaga internasional, termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), terkait dengan posisi Indonesia dari 200 negara di dunia.
Dari sisi utang, Prabowo merujuk pada data Bloomberg serta data lembaga pemeringkat Moody’s, yang menyebutkan Indonesia merupakan negara paling berisiko dari sisi utang di Asia bersama India.
Prabowo menyebut total utang Indonesia. Jika utang pemerintah, badan usaha milik negara, dan swasta digabung, jumlahnya mencapai Rp 9 triliun, meski utang pemerintah hanya sekitar Rp 4.000 triliun.
3. Antek Asing
Prabowo menilai Indonesia sekarang sedang berada dalam masa kritis dari segi kedaulatan ekonomi dan politik. Ia mengambil istilah state capture untuk menggambarkan Indonesia yang saat ini sedang dikuasai asing dan swasta. Sumber ekonomi lepas kendali dari penguasaan bangsa Indonesia.
Prabowo mengatakan, kurang dari satu persen bangsa Indonesia yang menikmati kekayaan negara. Bahkan kata dia, tidak lebih dari 300 keluarga dari 250 juta orang yang menikmati kekayaan bangsa Indonesia.
Prabowo berpesan kepada kadernya untuk tetap tegar dan teguh dalam menghadapi tantangan. Ia mengatakan Gerindra sedang menghadapi tantangan yang berat dalam membela kedaulatan bangsa. “Yang kuat yang menang. Kalau kita lengah, lemah, dan malas, kita akan menjadi budak, jadi kacung,” kata dia.
4. Politik Uang
Menurut Prabowo, politik uang saat menjelang Pilkada masih marak. Dalam sebuah video diunggah di akun Facebook miliknya pada Kamis, 21 Juni 2018, dia menyampaikan anjuran masyarakat untuk menerima uang suap .
Dia beralasan, sembako atau uang suap itu pada dasarnya merupakan hak rakyat. Prabowo meyakini uang yang digunakan untuk menyuap itu merupakan uang haram yang berasal dari rakyat Indonesia pula.
Kendati menganjurkan masyarakat menerima suap, Prabowo mengimbau masyarakat tak terpengaruh dalam memilih kandidat. Prabowo juga mengatakan, dia dan partainya tak bisa menyuap lantaran tak punya uang.
5 Soal ketimpangan ekonomi
Prabowo menilai ketimpangan ekonomi yang terjadi di Indonesia sudah mencapai level yang mengkhawatirkan. Berdasarkan data yang ia miliki, rasio Gini Indonesia saat ini mencapai angka 45.
"Artinya, satu persen penduduk Indonesia menguasai 45 persen kekayaan bangsa Indonesia," ujar dia selepas bertemu Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Zulkifli Hasan, Senin, 26 Juni 2018.
Selain itu, berdasarkan data Oxfam dan Internatonal NGO Forum on Indonesia Development (INFID), Prabowo mengatakan aset empat orang terkaya di tanah air bisa setara dengan kekayaan seratus juta orang miskin. Belum lagi, Prabowo menyoroti tanah di Indonesia yang hampir sekitar 80 persennya dikuasai oleh satu persen penduduk Indonesia.
Prabowo menilai kondisi itu sangat tidak sehat mengingat Indonesia memiliki kekayaan komoditas yang melimpah dibanding sejumlah negara Asia lain.