Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pada 12 Agustus 2022, merupakan Hari Ulang Tahun atau HUT ke-60 Tentara Nasional Indonesia Wanita Angkatan Udara atau TNI Wara. Lalu, mengapa tiap 12 Agustus diperingati sebagai HUT TNI Wara?
Terbentuknya TNI Wara
TNI Wara merupakan personel tentara wanita dari marka TNI AU. TNI Wara memiliki slogan “Kanya Bhakti Sakti Sejati”. Artinya, prajurit wanita yang mengabdikan diri kepada bangsa dan negara dengan keahlian dan kemahiran yang dimilikinya. Motto tersebut diharapkan memotivasi Wara agar selalu mengasah diri untuk dapat meraih kesempatan lebih luas lagi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada masa perang kemerdekaan, kaum wanita ikut berjuang di beberapa pangkalan Angkatan Udara Republik Indonesia atau AURI, kini TNI AU. Antara lain di Yogyakarta dan Bukittinggi. Mereka bertugas di bidang kesehatan, administrasi, penerangan, pelipat payung, pemandu lalu lintas udara, pemandu radio perhubungan atau PHB serta dapur umum. Para pejuang wanita inilah yang kemudian menjadi cikal bakal Wanita Angkatan Udara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pasca Proklamasi Kemerdekaan, peran serta kaum wanita dalam perjuangan bangsa Indonesia tersebut tak dapat diabaikan begitu saja. Untuk mewadahi peran serta kaum wanita dalam perjuangan AURI, maka pada 12 Agustus 1962, Deputy Menteri atau Panglima Angkatan Udara Urusan Administrasi Laksamana Muda Udara Suharnoko Harbani kemudian membentuk Wara. Kemudian tanggal tersebut diperingati sebagai hari jadi TNI Wara, dikutip dari laman tni-au.mil.id.
Sejalan dengan pembentukan Wara, saat itu diputuskan pula bahwa Wara bukan merupakan korps tersendiri. Tetapi diintegrasikan dalam korps yang berlaku di lingkungan TNI AU, sama dengan anggota militer lainnya. Pendidikan Wara pertama dibuka pada 10 Juni 1963 di Kaliurang, di lereng pegunungan Plawangan, Yogyakarta, dengan kepala sekolah Letnan Kolonel Penerbang Sumitro. Pendidikan diikuti oleh 30 orang wanita.
Mereka mengikuti Pendidikan Dasar Militer selama tiga bulan di Lanuma Adisutjipto. Kemudian dilantik menjadi Perwira Wanita Angkatan Udara Angkatan Pertama pada 12 Agustus 1963. Lalu, sejak 1975, pendidikan Perwira Wara dilaksanakan di Pusat Pendidikan Korps Wanita Angkatan Darat (Pusdikowad) Lembang bersama korps wanita TNI lainnya. Seiring dengan perkembangan organisasi, pendidikan Wara berikutnya tak harus dari sarjana. Lulusan SLTA juga diberikan kesempatan untuk dididik menjadi seorang Bintara Wara.
Sejalan dengan perkembangan TNI AU, perjalanan Wara juga terus berkembang. Pelaksanaan tugas yang memerlukan keahlian khusus tidak lagi merupakan monopoli kaum pria, seperti penerbang, teknisi maupun penerjun. Tetapi turut menyertakan anggota Wara yang berpotensi. Pada 1964, dua anggota Wara, Letnan Dua Lulu Lugiarti dan Letnan Dua Herdani, meraih Wing Penerbang Kelas lll. Mereka menjadi penerbang militer pertama di lingkungan korps wanita TNl.
Pada 1982, TNI AU juga mencetak penerbang wanita yang berasal dari Bintara Wara yaitu Sertu Hermuntarsih dan Serda Sulastri Baso. Pada 1985, Wara juga mencetak penerbang dari bintara yakni Serda Veronika Tig, Serda Hendrika, Serda Martini, Serda lnana Musailimah, dan Serda Ratih. Setelah 22 tahun berselang, tepatnya pada 2007, TNI AU mencetak dua penerbang Wara, yaitu Serda Sekti Ambarwati dan Serda Fariana Dewi.
Mulai pada 1990, TNI AU memberikan kesempatan bagi Wara untuk mengikuti pendidikan olahraga terjun payung dan terbang layang. Karenanya prestasi Wara dalam bidang olahraga kian meningkat. Tak hanya olahraga dirgantara, wara juga berhasil mengukir prestasi di bidang olahraga lainnya. Beberapa medali emas dan perak pernah berhasil di raih, di antaranya dari cabang olahraga terjun payung, terbang layang, menembak, tinju, bola voli, tenis lapangan dan Yongmudo.
HENDRIK KHOIRUL MUHID
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.