Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Putri Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Alissa Wahid, mengaku telah menerima permintaan maaf Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Partai Demokrat Rachland Nashidik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Apology accepted. Bukan masalah pelanggaran harkat martabat kemanusiaan, tetapi kita juga tidak perlu over reaktif," ucap Alissa Wahid saat dihubungi Tempo pada Ahad, 21 Februari 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Alissa menilai penjelasan dan permohonan maaf Rachland sudah cukup yang bisa mengingatkan politikus Demokrat itu berhati-hati saat akan melontarkan ucapan.
"Cukup mengklarifikasi, mengingatkan yang bersangkutan untuk lebih hati-hati setelah ini sehingga tidak melontarkan pernyataan tanpa pemahaman lengkap atas apa yang dinyatakan," ucap Alissa.
Polemik ini berawal ketika Rachland menanggapi dan mengkritik pembangunan Museum Kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono yang mendapat dana hibah Rp 9 miliar dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Menurut Rachland, dana hibah tersebut murni inisiatif Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Ia kemudian membandingkan pembangunan Museum SBY dengan makam Gus Dur. "Ketiga, sebagai pembanding, Anda tahu makam Presiden Gus Dur dibangun negara?" demikian potongan cuitan yang dikritik Barikade Gus Dur.
Rachland menjelaskan dalam berita yang ia cuitkan tertulis bahwa pemerintah akan melengkapi kawasan makam Gus Dur dengan berbagai fasilitas, seperti tempat parkir, kamar mandi, pusat souvenir, museum, perpustakaan, pagar, bahkan perluasan dan pelebaran jalan. Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat saat itu, Agung Laksono, di dalam rapat terbatas kabinet memperkirakan anggaran akan mencapai Rp 180 miliar.
Rachland berujar pada intinya ingin menyampaikan bahwa ada penghargaan negara terhadap Gus Dur sehingga fasilitas di sekitar makamnya akan dibangun demi memudahkan para peziarah. Ia mengatakan memang yang dibangun dengan uang negara bukanlah makam itu sendiri, melainkan fasilitas publiknya.
"Meski tidak juga bisa dibantah bahwa fasilitas yang melengkapi makam itu dibangun negara sebagai wujud penghormatan pada Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Saya memohon maaf," kata dia.
ANDITA RAHMA | BUDIARTI UTAMI PUTRI