Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Amplop Cokelat untuk Presiden

Rekan seangkatan dan senior Presiden Yudhoyono menyorongkan Letjen. M. Yasin sebagai Menteri Dalam Negeri. Tapi mereka dipesan jangan terlalu kencang.

13 Agustus 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BEBAN itu kini seperti lepas dari Kolonel Purnawirawan Gadilah. Kamis siang pekan lalu, surat titipan untuk Presiden Yudhoyono sudah dia salurkan lewat tangan Ani Yudhoyono, istri presiden. ”Bu, ini ada titipan untuk Bapak,” katanya sembari menyampaikan sebuah amplop cokelat. ”Oya, makasih,” kata Ibu Negara saat menemui Gadilah di Istana Merdeka.

Pertemuan berlangsung singkat. Sehari sebelumnya Gadilah mengaku mengirim pesan pendek ke Ibu Ani Yudhoyono. Ketua Barisan Indonesia Provinsi Riau ini langsung mendapat balasan. Ia bisa ”menghadap” di kediaman resmi. Gadilah mengaku sudah lama mengenal Ani. ”Karena Presiden sibuk, jadi titip lewat Ibu saja, pasti sampai juga,” ia menjelaskan, senang.

Rekan satu angkatan Susilo Bambang Yudhoyono di Akabri 1973 ini mendapat mandat rekan-rekannya menyampaikan sepucuk surat ”penting”. Mandat itu berisi keinginan sejumlah rekan-rekan Yudhoyono di Akabri dan para pendukung Presiden untuk menunjuk Letjen Muhamad Yasin sebagai Menteri Dalam Negeri. Ia diusulkan menggantikan Letjen. Purn. Mohamad Ma’ruf yang berhalangan tetap karena sakit.

Dukungan itu berasal dari alumni Akabri Angkatan 1971, 1972, dan 1973. Juga, Patriot Nasional (Paron) dari organisasi loyalis SBY semasa kampanye dan beberapa aktivis. ”Pokoknya, dari kami loyalis Presiden SBY,” kata Gadilah. Para ”orang dekat” Yudhoyono ini telah beberapa kali menggelar rapat. Pada 6 Agustus lalu, mereka berkumpul di Hotel Redtop, Pecenongan, Jakarta Pusat. Dua hari kemudian, rapat di Sekretariat Pusat Barisan Indonesia di kawasan Pegangsaan, Jakarta Pusat.

Yasin ditunjuk karena tiga alasan. Jabatan Menteri Dalam Negeri sangat strategis sehingga diperlukan orang yang kredibel dan kompeten. Yang bersangkutan juga memiliki latar belakang dan kemampuan intelijen. Dan, ketiga, ia sudah terbukti loyal. ”Sejak jadi Deputi Menteri Koordinator Politik dan Keamanan, Pak Yasin tidak pernah merepotkan atasannya,” kata Gadilah.

Posisi Menteri Dalam Negeri ini dipastikan lowong setelah Sekretaris Kabinet Sudi Silalahi menyampaikan hasil kesimpulan tim dokter kepresidenan kepada Yudhoyono. ”Tim dokter kepresidenan menyatakan, (Mohammad Ma’ruf) tidak memungkinkan untuk melanjutkan tugasnya,” kata Sudi Silalahi di Istana Merdeka, awal Agustus lalu. Menurut tim dokter, jika dipaksakan kembali menjabat, bisa membahayakan kesehatan Ma’ruf.

Ma’ruf terkena stroke pada Maret lalu. Mantan ketua tim sukses Yudhoyono pada Pemilihan Presiden 2004 ini dikabarkan lumpuh sehingga dirawat intensif sampai ke Singapura. Dalam reshuffle Mei lalu, nama alumnus AMN 1965 ini tak termasuk di enam pos jabatan menteri yang diganti. Saat itu Presiden Yudhoyono kabarnya enggan mengganti menteri dengan alasan sakit. Apalagi ada informasi kondisi Ma’ruf membaik. Susiyati Hasmeng, istri Ma’ruf, menyatakan bahwa pria kelahiran Tegal, Jawa Tengah, ini sudah bisa berkomunikasi. Presiden menyatakan akan mengevaluasi posisi Ma’ruf ini dalam tiga bulan.

Kini, masa itu sudah jatuh tempo. Siapa penggantinya? Yasin siap jika ditunjuk. ”Saya tidak mau berandai-andai, tapi itu kan amanat tugas,” katanya pekan lalu. Ia mengaku belum dihubungi Istana. Selain Yasin, sejumlah nama juga disebut-sebut menjadi kandidat: Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso, Gubernur Jawa Tengah Mardiyanto, dan Sekretaris Jenderal Dewan Perwakilan Daerah Siti Nurbaya. Mardiyanto juga tak menolak. ”Saya siap kalau diberikan kepercayaan,” katanya di Purwokerto pekan lalu.

Siapa gerangan yang dipilih Presiden Yudhoyono? Hingga kini belum jelas betul. ”Presiden belum menghubungi siapa pun, termasuk partai-partai,” kata Andi Mallarangeng, juru bicara kepresidenan. Wakil Presiden Jusuf Kalla juga mengatakan belum diajak bicara oleh Presiden. ”Itu hak prerogatif beliau, tapi sebaiknya jangan terlalu lama,” ujarnya pekan lalu.

Namun, menurut sumber di Istana, Presiden risau dengan sepak terjang rekan-rekan lamanya. ”Masak, ’teman’ menekan teman,” kata sang sumber. Sebab itu, SBY, kabarnya, meminta agar para purnawirawan itu meredam langkah mereka. ”Toh, pesannya sudah sampai,” kata sang sumber. Artinya, presiden sudah tahu ihwal usulan itu. ”Jika terlalu ’panas’, penggantian bisa tambah lama,” kata sumber penting ini.

Arif A. Kuswardono, Fanny Febiana, Aqida Swamurti

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus