Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Tiga Stanza Kuno

Penemuan Roy Suryo dan Tim Air Putih bukan barang baru. Pertama kali dipublikasikan surat kabar Sin Po.

13 Agustus 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

FILM hitam-putih itu diawali adegan serdadu Jepang berbaris di jalan. Mereka dielu-elukan penduduk setempat. Lalu muncul kalimat ”Boelan 9 Tahoen 2604 Bangsa Indonesia Melangkah ke Arah Kemerdekaan”.

Kemudian massa berbaris, mengusung bendera Jepang, disusul massa yang membawa bendera Merah-Putih. Gambar terus bergerak hingga barisan tentara Pembela Tanah Air (Peta) bentukan Jepang, diakhiri Merah-Putih berkibar.

Inilah rekaman klip video hitam-putih yang diproduksi Chuuoo Sangi-In, semacam ”dewan perwakilan rakyat”, September 1944. Dalam klip berdurasi 3 menit 49 detik itu terdengar lagu Indonesia Raya sepanjang tiga stanza.

Tiga stanza inilah yang kemudian diklaim oleh Roy Suryo dan Tim Air Putih sebagai penemuan terbarunya. Mereka menelusuri Internet dan menemukan lagu itu di sebuah server Belanda.

Lagu Indonesia Raya ciptaan Wage Rudolf Supratman pertama kali diperdengarkan dalam Kongres Pemuda, 28 Oktober 1928. Ketika lagu itu dipublikasikan, di bawah judul Indonesia Raya terdapat tulisan ”lagu kebangsaan”. Teks lagu ini pertama kali dipublikasikan oleh surat kabar Sin Po.

”Penemuan” tiga stanza oleh Roy Suryo ini sempat menjadi perbincangan hangat. Sebagian pihak belum tahu soal tiga stanza itu, sebagian yang lain sudah tahu lama.

Seperti di situs youtube.com, klip video itu telah ”bersarang” sejak Desember 2006. Di situs layanan gratis ini, siapa pun bisa mendengarkan dan melihat klip itu. Seorang netter berinisial ”arto4805” memasukkan rekaman Indonesia Raya versi panjang itu pada 19 Desember 2006.

Sejarawan Des Alwi mengatakan, ”temuan” Roy Suryo itu bukan barang anyar. Des juga punya filmnya. Ia berhasil menyelamatkan film itu ketika kantor Berita Film Indonesia direbut oleh Belanda.

Kantor Berita Film Indonesia mulanya adalah kantor Nichiei Jakarta, di bawah bendera Nippon News Eigasha. Korporasi beberapa perusahaan film milik Jepang ini digalang untuk melancarkan propaganda.

Begitu Jepang kalah oleh Sekutu, Nichiei diambil alih Indonesia. Namanya berubah menjadi kantor Berita Film Indonesia, dikepalai R.M. Soetarto. Tapi tak lama, Belanda yang membonceng Sekutu balik merebut kantor BFI.

Banyak dokumen disita dan dikirimkan ke Negeri Belanda. Des Alwi merasa beruntung karena berhasil menyelamatkan beberapa dokumen, termasuk negatif Indonesia Raya. ”Yang ditemukan Roy Suryo itu kemungkinan besar sitaan Belanda atas Jepang waktu itu,” kata Des.

Ketiga stanza itu juga sudah lama diketahui oleh keponakan W.R. Supratman, Oerip Soedarman Kasan Sengari. Pria 72 tahun pensiunan Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Jawa Timur ini adalah anak seorang lelaki yang menikahi adik perempuan W.R. Supratman. ”Sejak diciptakan, Indonesia Raya memang terdiri atas tiga stanza,” katanya.

Menurut Oerip, atas saran Mohammad Yamin, sejak Sumpah Pemuda 1928 lagu itu sudah dinyanyikan satu stanza saja. Begitu juga tentang penggantian kata ”merdeka” menjadi ”moelia”, untuk mengantisipasi tindakan Belanda. ”Baru pada zaman Jepang penggunaan kata ’merdeka’ diizinkan,” kata Oerip, yang sedang menyusun buku sejarah W.R. Supratman dan lagu Indonesia Raya.

Dalam Peraturan Pemerintah No. 44/1958 tentang Lagu Kebangsaan Indonesia, disebutkan lagu ini terdiri atas tiga bagian. Kata ”stanza” digantikan ”bait”.

Sudasmi, Kepala Sekolah Dasar Sampangan, Pasar Kliwon, Surakarta, Jawa Tengah, masih ingat Indonesia Raya tiga stanza. Lamat-lamat ia terkenang menyanyikan Indonesia Raya bersama teman-temannya lebih panjang dari sekarang, pada 1963, ketika duduk di kelas VI Sekolah Rakyat Mondokan, Sragen. ”Pokoknya dulu ada kata Indonesia tanah yang mulia,” katanya.

Andi Dewanto, Rohman Taufik

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus