Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Partai NasDem dan dua partai pendukung tengah menggodok kriteria bakal calon pendamping Anies Baswedan.
Kriteria calon adalah merepresentasikan semangat perubahan, didukung publik, dan berpeluang memenangi pilpres 2024.
Tidak ada partai yang memasang harga mati dalam menyodorkan calon masing-masing.
JAKARTA - Partai NasDem, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan Partai Demokrat belum memutuskan calon wakil presiden yang bakal mendampingi Anies Baswedan, calon presiden usungan mereka. Ketiga partai saat ini tengah menggodok kriteria pasangan bakal calon wakil presiden (cawapres) yang cocok mendampingi bekas Gubernur DKI Jakarta itu dalam pemilihan presiden 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kemarin, pembahasan dilakukan oleh tim kecil dari ketiga partai. NasDem diwakili oleh Ketua Dewan Pimpinan Pusat Willy Aditya dan Sugeng Suparwoto, PKS diwakili oleh Wakil Ketua Majelis Syuro Mohamad Sohibul Iman dan Ketua DPP Polhukam Al Muzammil Yusuf. Adapun Partai Demokrat diwakili Sekretaris Jenderal Teuku Riefky Harsya. Pertemuan tersebut juga dihadiri Sudirman Said sebagai pihak yang mewakili Anies Baswedan. "Penentu kriteria dan mekanisme ini akan memudahkan pengambilan keputusan tiga partai," ujar Ketua DPP Partai NasDem, Willy Aditya, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Willy menjelaskan, mekanisme dalam menentukan bakal cawapres, setiap partai boleh menyampaikan usulan. Kriteria calon yang diusung adalah merepresentasikan semangat perubahan, didukung publik, dan berpeluang memenangi pilpres 2024.
Selain membahas cawapres, Willy menuturkan, pertemuan kemarin membahas platform atau perangkat dan desain pemerintahan yang ideal di periode mendatang serta strategi pemenangan yang efektif. "Kami juga membahas masalah waktu yang tepat untuk meresmikan dan mendeklarasikan koalisi beserta pasangan capres-cawapres yang akan diusung," ujar Willy.
NasDem menjadi partai pertama yang mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai calon presiden pada 3 Oktober lalu. Merespons langkah NasDem, PKS dan Demokrat kompak menyatakan siap menyokong Anies. Namun ketiga partai masih tarik-menarik dalam urusan cawapres pendamping Anies.
Ketua DPP Bidang Pemenangan Pemilu Partai NasDem, Effendi Choirie, menyebut sejauh ini ada sejumlah nama yang masuk radar bakal cawapres pendamping Anies. "Nama yang masuk perbincangan internal partai adalah Andika Perkasa, Khofifah, Yenny Wahid, Agus Harimurti Yudhoyono, dan Ahmad Heryawan," tuturnya.
Dua nama terakhir adalah usulan Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera. Juru bicara DPP Partai Demokrat, Herzaky Mahendra Putra, mengakui partainya menyodorkan nama ketua umum mereka, Agus Harimurti Yudhoyono atau sering disebut AHY. Juru bicara PKS, Muhammad Kholid, menyebut partainya mengusulkan mantan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan.
Bakal calon Presiden Republik Indonesia 2024 yang diusung oleh Partai NasDem, Anies Baswedan (kiri) dan Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono, memberikan keterangan di kantor DPP Partai Demokrat, Jakarta, 7 Oktober 2022. Tempo/Hilman Fathurrahman W
Kendati masing-masing partai mengajukan nama, Kholid mengatakan, pembahasan di koalisi dilakukan secara terbuka. Ia mengklaim tidak ada yang memasang harga mati dalam menyodorkan calon masing-masing. Hal terpenting, ujar Kholid, pasangan memiliki peluang menang paling tinggi, bisa saling melengkapi, dan bisa diterima semua partai alias resistansinya paling kecil di mata koalisi. "Partai atau non-partai tidak masalah. Terpenting tiga kriteria di atas. Tidak ada harga mati, yang penting komunikasinya terbuka, semangatnya ingin membangun titik temu," ujar dia.
Kelebihan dan Kekurangan Bakal Cawapres
Menanggapi hal tersebut, Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno menilai lima nama cawapres yang masuk radar pendamping Anies memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing. AHY, misalnya, dinilai memiliki elektabilitas yang baik. Nilai jual lainnya, AHY merupakan ketua umum partai yang menjadi penentu melengkapi ambang batas 20 persen sebagai prasyarat koalisi mengajukan calon presiden. "Tapi AHY tidak bisa menambal elektabilitas Anies yang lemah di Jawa Timur dan Jawa Tengah," ujar Adi.
Ahmad Heryawan yang mewakili PKS hanya dikenal di Jawa Barat dan basis pemilihnya beririsan dengan Anies. "Jadi, tidak ada nilai tambah bagi Anies. Secara nasional, Ahmad Heryawan juga belum dikenal publik," ujar dia.
Calon yang dinilai memiliki ceruk berbeda dengan Anies adalah Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa. Khofifah dinilai bisa berpeluang menambal suara Anies di Jawa Timur, terutama kalangan nahdliyin. Khofifah juga mewakili kaum perempuan. Hanya, kata Adi, jika Anies menjadikan Khofifah sebagai bakal cawapres, Demokrat sangat mungkin tak jadi bergabung di koalisi ini. “Khofifah juga elektabilitasnya masih rendah," tutur Adi.
Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa dinilai bisa mengkonsolidasikan kelompok minoritas yang selama ini sangat berjarak dengan Anies. Masalahnya, ujar Adi, elektabilitasnya rendah dan tidak punya partai. Begitu pula Yenny Wahid yang punya kelebihan sebagai representasi trah Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. “Tapi elektabilitasnya masih jauh dan juga tak punya partai.”
Menurut Adi, jika ingin menang dalam pemilihan presiden 2024, NasDem, PKS, dan Demokrat harus mencari bakal cawapres yang bisa menambah elektabilitas Anies dan menyokong suara Anies di kantong-kantong yang lemah. "Plus, bisa meyakinkan partai untuk menggenapi ambang batas presiden 20 persen, karena Anies tak bisa maju kalau hanya diusung NasDem," kata Adi.
DEWI NURITA | TIMOTHY NATHANIEL (MAGANG)
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo