Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

BNPB: Potensi Tsunami Akibat Gunung Anak Krakatau Masih Ada

BNPB mengimbau masyarakat di sekitar Gunung Anak Krakatau untuk waspada namun tetap tenang.

29 Desember 2018 | 10.45 WIB

Kondisi Gunung Anak Krakatau lewat udara yang terus mengalami erupsi pada Ahad, 23 Desember 2018. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) meminta agar warga tidak termakan isu-isu yang belum jelas kebenarannya serta tidak mendekati sekitar gunung dalam radius dua kilometer dari kawah. TEMPO/Syafiul Hadi
Perbesar
Kondisi Gunung Anak Krakatau lewat udara yang terus mengalami erupsi pada Ahad, 23 Desember 2018. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) meminta agar warga tidak termakan isu-isu yang belum jelas kebenarannya serta tidak mendekati sekitar gunung dalam radius dua kilometer dari kawah. TEMPO/Syafiul Hadi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana atau BNPB, Sutopo Purwo Nugroho menyatakan potensi tsunami akibat erupsi Gunung Anak Krakatau masih ada. Tsunami bisa terjadi lagi dengan pengaruh aktivitas gunung tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sutopo mengatakan saat ini erupsi Gunung Anak Krakatau masih terus berlangsung. "Selama letusan terjadi, apalagi lava yang keluar langsung bersentuhan dengan air laut, bisa menimbulkan getaran. Itu bisa memicu longsor lagi," kata dia di kantornya, Jakarta, Jumat, 28 Desember 2018.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Menurut Sutopo, kemungkinan tsunami ini dianalisis oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). "Itu sebabnya BMKG mengimbau masyarakat tidak melakukan aktivitas di sekitar pantai pada radius 500 meter hingga satu kilometer dari garis pantai. Potensi (tsunami) masih ada," ujarnya.

Meski begitu, Sutopo mengimbau masyarakat tidak panik dan tetap waspada. BMKG telah memasang enam alat sensor di sekeliling Gunung Anak Krakatau yang mampu mendeteksi getaran hingga magnitudo 3,4. Saat ini, gunung tersebut masih berstatus siaga atau level III.

Erupsi Gunung Anak Krakatau mengakibatkan tsunami Selat Sunda pada 22 Desember 2018. Lima kabupaten di Banten dan Lampung tersapu oleh air. BNPB mencatat terdapat 426 orang meninggal, 7.202 orang luka, 23 orang hilang, dan 40.386 orang mengungsi hingga Jumat, 28 Desember 2018.

Tsunami juga merusak ratusan bangunan. BNPB mencatat terdapat 1.296 unit rumah rusak, 78 penginapan dan warung rusak, serta 434 perahu dan kapal rusak. Selain itu, 69 kendaraan roda empat dan 38 kendaraan roda dua tercatat rusak. BPNB juga menyebut terdapat satu dermaga dan satu shelter rusak.

Sutopo mengatakan kerugian akibat tsunami begitu besar karena tak ada pemberitahuan akan datangnya bencana. Terlebih lagi bencana datang di lokasi wisata. Pemerintah tidak memiliki alat deteksi dini tsunami akibat erupsi gunung berapi, dalam hal ini erupsi Gunung Anak Krakatau. Alat deteksi dini lainnya pun banyak yang tak berfungsi dengan baik.

Vindry Florentin

Lulus dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran tahun 2015 dan bergabung dengan Tempo di tahun yang sama. Kini meliput isu seputar ekonomi dan bisnis. Salah satu host siniar Jelasin Dong! di YouTube Tempodotco

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus