Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Bom Medan, JK: Bunuh Diri Saja Haram, Apalagi Bunuh Orang

JK menilai aksi bom bunuh diri di Medan pada 13 November 2019 lalu haram dari sisi agama mana pun.

15 November 2019 | 18.55 WIB

Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla alias JK bertamu ke kantor Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X di Komplek Kepatihan Yogyakarta Jumat 15 November 2019. Tempo/Pribadi Wicaksono
Perbesar
Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla alias JK bertamu ke kantor Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X di Komplek Kepatihan Yogyakarta Jumat 15 November 2019. Tempo/Pribadi Wicaksono

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla alias JK menilai aksi bom bunuh diri di Medan pada 13 November 2019 lalu haram dari sisi agama mana pun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Ya tentu, bom bunuh diri kan haram dari segi agama. Bunuh diri saja haram, apalagi membunuh orang lain dengan cara bunuh diri, tentunya sangat berat," ujar JK di Yogyakarta, Jumat 15 November 2019.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) itu menganggap bom bunuh diri seperti yang terjadi di Medan merupakan kejahatan luar biasa. JK pun mengutuk keras aksi bom bunuh diri itu.

“Tidak ada perintah agama untuk saling membunuh selain mempertahankan diri. Membunuh orang lain dengan alasan agama sama sekali tidak ada,” ujar JK.

JK pun menegaskan jika akar radikalisme atau terorisme yang membuat orang nekat melakukan aksi bunuh diri atas nama agama bukan bersumber dari tempat ibadah seperti masjid.

“Radikalisme tidak (bersumber) dari masjid. Saya bilang, 99 persen masjid itu aman saja. Bahwa ada pengajian-pengajian tertentu yang keras umumnya tidak di masjid,” ujar JK.

JK menuturkan para pelaku bom bunuh diri mendapat ajaran sesat sepengetahuannya justru dari informasi dunia maya seperti internet. “Lihat saja orang bikin bom, dari mana kalau bukan dari internet?” ujarnya.

Namun JK tak menampik jika ada orang menjadi sesat pikir dan melakukan teror karena hasutan dari guru agamanya yang sudah terpapar radikalisme.

“Kalau yang mengajarkan (radikalisme) guru ngajinya, ya yang salah gurunya itu, guru ngaji bisa salah juga kan,” ujarnya.

Juli Hantoro

Juli Hantoro

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus