Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Bukan Dongeng Sriwijaya

PT Kusuma Karya Jaya membangun pabrik pengolahan kayu di Sumatera Selatan. Kapasitas pabrik 45.000 plywood, menampung 1000 tenaga kerja. Konon investasi yang ditanam termasuk urutan ke-10 terbesar.

15 September 1973 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INI tentu bukan dongeng Sriwijaya. Tapi Sumatera Selatan itu konon terbilang ada kebolehan mengisi dompet negara dari hasil kayunya. Biarpun itu hanya 2% saja, sebagai hasil ekspor kayu glondongan. Sehingga jika benar tahun depan akan ada peningkatan cara menggarap kayu jenis ini, yang memungkinkan plywood diproduksi, sekaligus juga diharapkan bakal menambah dompet devisa. Ini merupakan kegiatan PT Kesuma Karya Jaya yang telah membenamkan rupiahnya sejumlah tiga milyar dalarn bentuk PMDN. Proyek yang letaknya 20 kilometer dari Palembang menurut rencana konon sudah mulai jalan di bulan April tahun depan. Sedang peralatannya sudah dipasang Agustus kemarin: serba baru, otomatis katanya dan diimpor dari 3 negara. Ini masih ditambah dengan tenaga terlatih yang sudah, sedang dan bakal dikursus lagi di Taipeh. Pendeknya, begitu pabriknya yang bisa menampung 1.000 tenaga kerja itu beroperasi, "sudah akan bisa menghasilkan lembaran plywood 45.000" kata direktur PT itu, Kosim Dermawan. Ancer-ancer produksi segitu banyaknya bisa dicapai dengan catatan kalau mesin-mesin pabrik otomatis itu nantinya berputar 24 jam alias 3 shift. Siphoa. Sementara itu kepada koresponden Wahab Manan, bekas pemilik kilang karet itu mengutarakan maksud sampingannya untuk juga mengolah kayu gergajian agar kayu gelondongan yang dipergunakan tidak bersisa. Boleh juga. Dengan adanya kebutuhan plywood dalam negeri dan adanya pabrik serupa di tepi sungai Barito, Kalimantan Selatan (TEMPO, 8 September), kontan investasi pengolahan kayu di Sumatera Selatan bisa masuk jejeran paling tidak 10 besar. Tapi dibanding usaha yang ada di sana, kegiatan pemegang HPH mendirikan pabrik gergajian agaknya berbeda bagai awan dengan bumi. Tak urung H. Djuaini Mukti MA, ketua GPEI cabang Palembang agak geram melihat kelambanan kegiatan pemegang HPH. "Mereka diwajibkan mendirikan pabrik penggergajian kayu, tapi sampai sekarang belum satu yang berproduksi", ujarnya. Tentu saja mendirikan pabrik pengolahan kayu dengan modal bermilyar rupiah sebelumnya perlu diperhitungkan secara masak berbagai aspeknya. Dalam hal ini siphoa para pengusaha memang melihat Sumatera Selatan sebagai melebihi segala syarat-syarat ekonomis yang dikehendaki, lebih-lebih pula dalam banyak hal boleh dibilang luber dengan kemudahan. Sungai-sungai Batanghari sembilan punya kemurahan untuk menunjang angkutan kayu, bahan bakar yang terjamin karena dekat kilang-kilang minyak Pertamina merupakan sebab "pabrik pengolahan kayu ini dibangun di Sumatera Selatan", seperti kata Dermawan. PT Kesuma Karya Jaya sendiri memperoleh konsesi hutan seuas 150.000 hektar di sekitar sungai Mesuji dekat perbatasan Lampung. Selain berhajat membeli kayu glondongan hasil tebangan rakyat, di Jambi tersedia pula hutan konsesi seluas 500.000 hektar. Kalau para pengusaha sudah bisa berhandai-handai dengan ratusan ribu hektar hutan, lalu bagaimana ihwal pemasaran? "Tidak melulu untuk ekspor", sahut Dermawan, "unluk dalam negeri saja membutuhkan plywood sebanyak 10 kali hasil kilang kita". Tidak dijelaskan berapa persisnya yang 10 kali itu. Tapi kilang-kilang di sana memang butuh itu plywood.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus