INI tentu bukan dongeng Sriwijaya. Tapi Sumatera Selatan itu
konon terbilang ada kebolehan mengisi dompet negara dari hasil
kayunya. Biarpun itu hanya 2% saja, sebagai hasil ekspor kayu
glondongan. Sehingga jika benar tahun depan akan ada peningkatan
cara menggarap kayu jenis ini, yang memungkinkan plywood
diproduksi, sekaligus juga diharapkan bakal menambah dompet
devisa. Ini merupakan kegiatan PT Kesuma Karya Jaya yang telah
membenamkan rupiahnya sejumlah tiga milyar dalarn bentuk PMDN.
Proyek yang letaknya 20 kilometer dari Palembang menurut rencana
konon sudah mulai jalan di bulan April tahun depan. Sedang
peralatannya sudah dipasang Agustus kemarin: serba baru,
otomatis katanya dan diimpor dari 3 negara. Ini masih ditambah
dengan tenaga terlatih yang sudah, sedang dan bakal dikursus
lagi di Taipeh. Pendeknya, begitu pabriknya yang bisa menampung
1.000 tenaga kerja itu beroperasi, "sudah akan bisa menghasilkan
lembaran plywood 45.000" kata direktur PT itu, Kosim Dermawan.
Ancer-ancer produksi segitu banyaknya bisa dicapai dengan
catatan kalau mesin-mesin pabrik otomatis itu nantinya berputar
24 jam alias 3 shift.
Siphoa. Sementara itu kepada koresponden Wahab Manan, bekas
pemilik kilang karet itu mengutarakan maksud sampingannya untuk
juga mengolah kayu gergajian agar kayu gelondongan yang
dipergunakan tidak bersisa. Boleh juga. Dengan adanya kebutuhan
plywood dalam negeri dan adanya pabrik serupa di tepi sungai
Barito, Kalimantan Selatan (TEMPO, 8 September), kontan
investasi pengolahan kayu di Sumatera Selatan bisa masuk jejeran
paling tidak 10 besar. Tapi dibanding usaha yang ada di sana,
kegiatan pemegang HPH mendirikan pabrik gergajian agaknya
berbeda bagai awan dengan bumi. Tak urung H. Djuaini Mukti MA,
ketua GPEI cabang Palembang agak geram melihat kelambanan
kegiatan pemegang HPH. "Mereka diwajibkan mendirikan pabrik
penggergajian kayu, tapi sampai sekarang belum satu yang
berproduksi", ujarnya.
Tentu saja mendirikan pabrik pengolahan kayu dengan modal
bermilyar rupiah sebelumnya perlu diperhitungkan secara masak
berbagai aspeknya. Dalam hal ini siphoa para pengusaha memang
melihat Sumatera Selatan sebagai melebihi segala syarat-syarat
ekonomis yang dikehendaki, lebih-lebih pula dalam banyak hal
boleh dibilang luber dengan kemudahan. Sungai-sungai Batanghari
sembilan punya kemurahan untuk menunjang angkutan kayu, bahan
bakar yang terjamin karena dekat kilang-kilang minyak Pertamina
merupakan sebab "pabrik pengolahan kayu ini dibangun di Sumatera
Selatan", seperti kata Dermawan. PT Kesuma Karya Jaya sendiri
memperoleh konsesi hutan seuas 150.000 hektar di sekitar sungai
Mesuji dekat perbatasan Lampung. Selain berhajat membeli kayu
glondongan hasil tebangan rakyat, di Jambi tersedia pula hutan
konsesi seluas 500.000 hektar. Kalau para pengusaha sudah bisa
berhandai-handai dengan ratusan ribu hektar hutan, lalu
bagaimana ihwal pemasaran? "Tidak melulu untuk ekspor", sahut
Dermawan, "unluk dalam negeri saja membutuhkan plywood sebanyak
10 kali hasil kilang kita". Tidak dijelaskan berapa persisnya
yang 10 kali itu. Tapi kilang-kilang di sana memang butuh itu
plywood.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini