Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Koalisi partai pendukung pemerintah khawatir Prabowo Subianto memanfaatkan Komponen Cadangan untuk Pemilu 2024.
Perekrutannya tak jelas dan tak transparan.
Para peserta mendapat pelatihan memakai senjata api.
MEUTYA Viada Hafid masih mengingat suasana rapat kerja dengan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto di Komisi Pertahanan Dewan Perwakilan Rakyat pada 20 Januari lalu. Ketika itu, menurut Meutya, sejumlah koleganya di Komisi Pertahanan menghujani Prabowo dengan pertanyaan tentang program Komponen Cadangan Tentara Nasional Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepada Prabowo, sejumlah anggota Dewan meminta proses pendaftaran anggota Komponen Cadangan dilakukan secara transparan dan terbuka. “Dan betul-betul digunakan untuk pertahanan, bukan untuk kepentingan tertentu,” ujar Meutya, Ketua Komisi Pertahanan DPR, menceritakan ulang rapat tersebut, Rabu, 13 Oktober lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kementerian Pertahanan membuka pendaftaran anggota Komponen Cadangan sejak medio 2020. Program tersebut dijalankan setelah Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara disahkan pada Oktober 2019.
Kejanggalan mengadakan Komponen Cadangan sudah terasa sejak penggodokan rancangan undang-undangnya yang berlangsung diam-diam. Kala itu, perhatian publik tengah berfokus pada revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi.
Partai politik pendukung pemerintah turut merasa waswas. Ditemui terpisah, tiga politikus pendukung pemerintah ikut mengkritik Komponen Cadangan. Mereka khawatir tentara bantuan ini diisi orang-orang yang berafiliasi kepada Partai Gerakan Indonesia Raya pimpinan Prabowo. “Ini bisa jadi alat politik menuju Pemilihan Umum 2024,” tutur salah seorang politikus.
Itu sebabnya sejumlah anggota Komisi Pertahanan meminta Prabowo menggelar rekrutmen secara terbuka. Wakil Ketua Komisi Pertahanan dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera, Abdul Kharis Almasyhari, misalnya, secara terus terang mengatakan isu ini menjadi perhatian DPR.
Ia mengingatkan penggunaan pasukan cadangan hanya bisa dilakukan oleh presiden dengan konsultasi dengan DPR. “Jangan sampai jadi alat politik,” kata Abdul Kharis, Kamis, 14 Oktober lalu.
Prabowo, menurut Ketua Komisi Pertahanan Meutya Viada Hafid, meladeni semua pertanyaan anggota Dewan itu. Mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus tersebut menjamin Komponen Cadangan hanya untuk pertahanan negara. “Mudah-mudahan Pak Prabowo man of his word, dan kami memegang ucapannya di dalam rapat,” ujar Meutya.
Hingga Sabtu, 16 Oktober lalu, Kementerian Pertahanan tak merespons permintaan konfirmasi Tempo mengenai Komponen Cadangan. Surat permohonan wawancara Tempo yang dikirimkan kepada juru bicara Kementerian Pertahanan, Marsekal Pertama Penny Rajendra, tak berbalas.
•••
PRESIDEN Joko Widodo menetapkan Komponen Cadangan TNI angkatan pertama di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Komando Pasukan Khusus, Batujajar, Jawa Barat, pada Kamis, 7 Oktober lalu. Jumlahnya mencapai 3.103 personel. Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menjadi inspektur upacara dalam acara tersebut.
Sehari kemudian, sekretaris pribadi Prabowo, Rizky Irmansyah, mengunggah foto adiknya, Juan Saladinsyah, di akun Instagram. Rizky mengikuti pelatihan Komponen Cadangan sejak Juli lalu. Ia bergabung dengan angkatan pertama.
Dalam unggahan Rizky, Juan juga berfoto bersama Prabowo. Rizky mengucapkan selamat kepada adiknya yang baru lulus pelatihan. “Adikku, selamat atas pelantikan dan penetapan Komponen Cadangan Tentara Nasional Indonesia,” katanya. Rizky tak menjawab pesan Tempo baik di akun Instagram maupun WhatsApp hingga Sabtu, 16 Oktober lalu.
Anggota Komisi Pertahanan dari Fraksi Gerindra, Yan Permenas Mandenas, mengklaim seleksi kandidat Komponen Cadangan berlangsung transparan, termasuk adik Rizky, ajudan Prabowo. “Tidak ada yang ditutup-tutupi, dan dilakukan secara terbuka. Siapa pun bisa asal memenuhi syarat,” ujarnya, Jumat, 15 Oktober lalu.
Sejauh ini, personel Komponen Cadangan memiliki latar belakang beragam. Ketua Umum Baladhika Karya, Nofel Saleh Hilabi, mengatakan 150 anggotanya ikut mendaftar pelatihan Komponen Cadangan. Tapi hanya 17 orang yang lolos seleksi. Baladhika terafiliasi dengan Partai Golkar. “Seleksinya ketat. Dan kami berharap kuotanya setiap tahun bisa ditambah,” ucap Nofel.
Semua peserta mendapat materi pelatihan yang sama. Seorang personel Komponen Cadangan, Farid Al Fauzi, menceritakan pengalamannya mengikuti pelatihan. Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Merdeka Malang, Jawa Timur, ini ditunjuk menjadi komandan regu selama pelatihan yang berlangsung pada 20 Juni-19 September. Ia memimpin 21 anggota. “Ibarat ketua kelas, tugasnya patroli setiap hari,” ujar Farid, 19 tahun, Jumat, 15 Oktober lalu.
Farid mendaftar sebagai calon anggota Komponen Cadangan dari wilayah Komando Daerah Militer Brawijaya pada 7 Juni lalu. Setelah itu, ia mengikuti seleksi berupa pengecekan administrasi, latihan fisik, dan tes psikologi.
Setiap peserta yang lolos mengikuti pendidikan pelatihan dasar kemiliteran di Depo Pendidikan dan Kejuruan Resimen Induk Kodam Brawijaya, Kota Malang. Di sana Farid menjadi komandan regu.
Pelaksanaan kegiatan Latihan Pembulatan Komponen Cadangan (Komcad), di di Batujajar, Bandung, Jawa Barat, , 25 September 2021. Dok. Kementerian Pertahanan/kemhan.go.id
Mereka menjalani latihan fisik, bela diri militer, bertahan hidup, menembak, dan pengenalan senjata. Farid dan timnya juga mengikuti latihan berganda di kawasan Hutan Sidodai, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang.
Dalam latihan itu, ia membawa senapan serbu SS2-V5A1 buatan PT Pindad (Persero). “Kami dapat uang saku Rp 1 juta setiap bulan,” tutur pria yang bercita-cita menjadi tentara ini.
Anggota Komponen Cadangan lain, Muhammad Sandi, mengaku mendapat pelatihan serupa. Pria 31 tahun asal Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, ini mendapat penataran di Resimen Induk Kodam Tanjungpura di Kota Singkawang. “Ada 12 orang yang lulus dari daerah saya,” ujar Sandi, yang aktif di Satuan Siswa, Pelajar, dan Mahasiswa Pemuda Pancasila Mempawah.
Ia juga dilatih bertempur, tata cara penghormatan, serta menembak menggunakan pistol jenis P5 dan A1. “Kami dilatih untuk memahami, bukan menguasai,” katanya.
Triyono, mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta, mengatakan pelatihan Komponen Cadangan tidaklah mudah. “Pekan pertama terasa berat,” ucap Triyono, yang dilatih di Resimen Induk Kodam Jakarta Raya.
Setelah dilantik menjadi personel Komponen Cadangan, Triyono mengatakan semua personel kembali ke profesi masing-masing dan berstatus siap mobilisasi. “Akan siap kalau negara memanggil,” ujarnya.
BUDIARTI UTAMI PUTRI, IMAM HAMDI, RAYMUNDUS RIKANG, ASEANTY PAHLEVI (PONTIANAK), ABDI PURMONO (MALANG)
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo