Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Dimulai Dari Gudang Kapuk

Marsekal pertama Nurtanio Pringgoadisuryo, salah satu perintis pembuatan pesawat terbang pertama buatan RI thn 1946, yang kemudian sekarang dikenal dengan nama Nurtanio. lalu diganti lagi, Nusantara.

15 Februari 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

NURTANIO Pringgoadisuryo, yang namanya dipakai untuk pabrik pembuat pesawat terbang Indonesia yang pertama, berasal dari TNI-AU. Pada 1946, bersama sejumlah pemuda lain termasuk Wiweko Supono (bekas Dirut Garuda), Nurtanio yang berumur 23 tahun merintis pembuatan pesawat terbang pertama buatan RI. Mereka tergabung dalam Biro Rencana dan Konstruksi TRI-Udara. Pesawat itu dibuat di sebuah bekas gudang kapuk di Magetan, dekat Madiun. Dengan bahan yang sederhana dapat dibuat beberapa pesawat layang jenis Zogling. Mereka juga pernah membuat pesawat terbang bermotor, dengan desain dan konstruksi mereka sendiri, dengan menggunakan motor dari sepeda motor Harley Davidson. Pesawat yang menggunakan lapisan badan dari kain belacu tenunan dalam negeri itu dikenal dengan registrasi "RI-X". Pesawat ini sempat diterbangkan, sebelum bengkel TNI-AU itu ditutup lantaran Peristiwa Madiun. Baru pada 1953 kegiatan yang dirintis di Madiun itu diberi wadah yang lebih keren di lapangan terbang Husein Sastranegara, Bandung, di bawah pimpinan Mayor (TNI--AU) Nurtanio, Komandan Depot Perawatan Teknik Udara AURI. Pada 1 Agustus 1954, diterbangkan pesawat serba logam pertama yang berkursi tunggal "Si Kumbang". Kemudian dibuat pesawat jenis "Belalang 90", lalu pesawat terbang olah raga "Kunang 25". Akhir 1961 satuan yang dipimpin Nurtanio ditingkatkan menjadi Lembaga Persiapan Industri Penerbangan (Lapip). Tahun itu juga Lapip meneken kontrak kerja sama dengan pabrik pesawat terbang Polandia, Cekop, antara lain meliputi pembangunan pabrik pesawat terbang dan pembelian lisensi pesawat PZL-104 Wilga. Karena tak perlu lagi riset dan pengembangan prototip baru, mulailah produksi besar-besaran pesawat Wilga yang di sini lebih dikenal dengan nama "gelatik". Marsekal Pertama Nurtanio tak sempat menyaksikan rintisan usahanya itu berkembang luas karena pada 21 Maret 1966 tewas dalam kecelakaan pesawat terbang di daerah Kiaracondong, Bandung Selatan. Untuk menghormati jasanya, Lapip diubah namanya menjadi Lembaga Industri Penerbangan Nurtanio (Lipnur). Berdasar Peraturan Pemerintah Nomor 12 tanggal 5 April 1976 dibentuk PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio, yang merupakan gabungan kekayaan antara Lipnur dan Divisi Advanced Technology & Teknologi Penerbangan Pertamina. Lalu, berdasar Keppres Nomor 5/1986 tertanggal 4 Februari 1986, Industri Pesawat Terbang Nurtanio diubah menjadi IPT Nusantara.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus