Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Mantan presiden, Joko Widodo, masih tetap eksis di publik meskipun telah lengser. Menurut dosen ilmu politik Univesitas Padjadjaran (Unpad), Firman Manan, upaya Jokowi agar tetap populer sebagai strategi untuk membangun posisi tawar dengan para petinggi partai politik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Upaya menjaga popularitas di mata publik tetap tinggi, sebagai bagian dari strategi membangun posisi tawar dengan elite-elite politik," ucap Firman saat dihubungi Tempo melalui aplikasi perpesanan pada Jumat, 17 Januari 2025.
Jokowi, kata dia, bukan petinggi partai. Sehingga mantan Wali Kota Solo itu mesti mencari cara agar tetap eksis di berbagai platform digital. Firman berujar Jokowi masih sering tampil di media dengan tujuan agar mendapat dukungan dari masyarakat.
"Karena Jokowi bukan elite partai politik, maka untuk memiliki posisi tawar dalam politik, cara yang digunakan adalah mendapatkan dukungan publik," kata dia.
Menurut Firman, Jokowi dianggap memiliki beberapa faktor kepentingan lain untuk tetap menjadi aktor politik di Indonesia. Dia memaparkan faktor tersebut di antaranya untuk menjaga beberapa proyek strategis nasional (PSN) yang menjadi warisan kepemimpinannya.
"Terlebih Jokowi memiliki beberapa kepentingan untuk tetap menjadi aktor politik penting di level nasional antara lain menjaga keberlangsungan proyek yang menjadi legacy-nya seperti IKN, dan menjaga leberlangsungan karir politik keluarganya," ujar Firman.
Selain itu, kepopuleran Jokowi dalam kontestasi politik di Indonesia, dianggap masih tinggi. Hal itu terlihat dari banyaknya calon kepala daerah yang meminta dukungan kepada mantan Gubernur Jakarta tersebut.
Bahkan Jokowi dianggap ikut mengintervensi penyelenggaran pilkada melalui pengaruhnya. Kuasa hukum Andika Perkasa-Hendar Prihadi (Andika-Hendi), Roy Janses Siagian, menuding dugaan cawe-cawe Jokowi dalam pilgub Jawa Tengah.
Menurut Roy, pilgub yang berlangsung di Jawa Tengah telah dikondisikan sedemikian rupa mulai dari pemilihan nama bakal paslon yang ingin diusung hingga ke upaya-upaya untuk dapat memenangkan paslon tersebut dengan segala cara.
“Sudah dipersiapkan sebelumnya untuk mengkondisikan siapa calon gubernur dan bagaimana menjamin kemenangannya dalam pilkada tahun 2024,” kata Roy.
Dia mengatakan pihaknya mendalilkan soal kedekatan Presiden ketujuh Joko Widodo yang membantu memenangkan rivalnya, yaitu pasangan Ahmad Luthfi-Taj Yasin. Andika Hendi menilai Jokowi memiliki sejarah hubungan yang dekat dengan rival mereka, Ahmad Luthfi-Taj Yasin.
“Terlihat hubungan sejarah antara calon gubernur Ahmad Lutfi dengan Kapolda Jawa Tengah, Pj Gubernur Jawa Tengah, beserta struktur di bawahnya dan struktur ASN. Dengan pusat hubungannya adalah Presiden ketujuh Republik Indonesia Joko Widodo,” ucap dia.
Kuasa hukum pasangan Ahmad Luthfi-Taj Yasin (Luthfi-Yasin), Hamdan Zoelva membantah tuduhan kubu Andika Perkasa-Hendar Prihadi (Andika-Hendi) soal dugaan cawe-cawe Jokowi di Pemilihan Gubernur Jawa Tengah atau Pilgub Jateng 2024. Hamdan membantah dalil gugatan yang disampaikan tim Andika-Hendi dalam sidang sengketa Pilkada di Mahkamah Konstitusi hari ini.
Ia menilai apa yang diungkapkan oleh kubu rivalnya itu hanya sekadar asumsi. “Itu kan bangunan cara berpikir yang harus dibuktikan dalam bentuk perbuatan konkret dan pengaruhnya di tingkat bawah. Ini yang nanti akan kami jawab,” ucap Hamdan ketika ditemui wartawan selepas sidang pemeriksaan pendahuluan sengketa pilgub Jawa Tengah, Kamis, 9 Januari 2025.
Vedro Imanuel Girsang berkontribusi dalam tulisan ini.