Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Dosen Universitas Haluoleo Dapat Hibah World Class Professor, Dikirim ke Kampus Amerika

Dosen Fakultas Farmasi Universitas Haluoleo, Adryan Fristiohady Adryan menjadi satu dari 42 dosen yang memenangkan hibah WCP.

18 Oktober 2023 | 14.14 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Peneliti sekaligus dosen di Fakultas Farmasi Universitas Haluoleo (FF UHO), Adryan Fristiohady. Dok. Istimewa

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti sekaligus dosen di Fakultas Farmasi Universitas Haluoleo (FF UHO), Adryan Fristiohady memenangkan hibah World Class Professor. Program ini merupakan program yang disediakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) untuk mendorong peningkatan kualitas publikasi internasional.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

WCP memberikan kesempatan bagi dosen perguruan tinggi dalam negeri untuk berkolaborasi dan berinteraksi dengan profesor kelas dunia. Pada profesor dari kampus terbaik dunia dikirim ke Indonesia, sedangkan peneliti Indonesia dikirim ke universitas asal profesor tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Program yang telah berjalan sejak 2017 ini dibuka setahun sekali. Untuk tahun ini, rangkaian pendaftaran dimulai pada Mei 2023 dan Adryan mendaftarkan diri.

Seleksi dibagi menjadi dua tahapan. Pertama, seleksi administrasi yang menyaring sekitar 140 dosen yang mendaftar menjadi 74 orang untuk lanjut ke tahap wawancara. Berdasarkan hasil wawancara, kandidat disaring kembali menjadi 42 orang. Adryan menjadi satu dari 42 dosen yang memenangkan hibah WCP ini.

"Saya mendaftar untuk pertama kalinya dan Alhamdulillah bisa lolos seleksi," ujar Adryan kepada Tempo.

Namun pada proses di baliknya, alumnus alumnus S2 Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) ini menemukan tantangan. Ia sudah harus memiliki draf manuskrip yang akan dipublikasikan di jurnal terindeks scopus Q1. Tak hanya itu, ia sudah harus mendapatkan undangan dari profesor kelas dunia agar dapat mengunjungi kampusnya yang masuk dalam daftar 500 top dunia. 

"Jadi kita harus menghubungi dan meyakinkan profesor di luar negeri untuk kami datang ke institusinya dan profesor itu juga bersedia datang ke UHO. Ini yang menjadi tantangan paling besar," kata Adryan.

Kesulitan lain yang dirasakannya adalah perihal durasi seleksi yang singkat. Akibatnya, ia tidak bisa melakukan riset untuk memperkuat data manuskrip.

Usai lolos tahap wawancara, Adryan mengikuti pembinaan dari Dikti. Pembinaan ini bertujuan untuk membuat Rencana Anggaran Biaya kegiatan agar sesuai dengan standar biaya minimum yang ditetapkan pemerintah.

Adryan memilih Amerika Serikat sebagai negara tujuannya. Kini, ia tengah menjalani Visiting Researcher di Oregon State University.

"Selama di Amerika Serikat, saya melakukan fine tuning publication untuk mendiskusikan manuskrip," kata Adryan.

Menjadi dosen adalah pilihan hidup 

Adryan mengatakan menjadi dosen adalah pilihan hidupnya. Sebagaimana pilihan, tentu memiliki konsekuensi di baliknya, yakni harus menjalankan tri dharma perguruan tinggi.

"Pendidikan dan pengajaran sudah saya lakukan sampai kuliah S3 dan mengajar di FF UHO sampai ke Thailand dan Amerika Serikat. Selanjutnya adalah penelitian, bagi saya ini yang paling berat sekaligus menantang dan membuka peluang," kata Adryan. 

Menurut Adryan, keterbatasan instrumen, biaya dan bahan yang ada di lab institusi tidak menjadi hambatan. Justru hal itu menjadi pendorong untuk membangun jejaring kolaborasi dengan kampus besar.

Adryan mengatakan kolaborasinya dengan berbagai pihak dalam risetnya. Mulai dari antarfakultas di UHO, lembaga seperti Badan Riset dan Inovasi Nasional, Universitas Padjadjaran, Universitas Hasanuddin, maupun dengan kampus luar negeri seperti di Austria, Polandia, Malaysia, Thailand dan saat ini Amerika Serikat. 

"Inilah yang menjadi stimulan, sehingga dalam kurun waktu 6 tahun pasca S3, saya telah memiliki 42 artikel ilmiah yang teindeks Scopus," kata Adryan. 

Menyukai dunia akademik 

Adryan menamatkan studi S1 Farmasi tahun 2007 di Universitas Muslim Indonesia, Makassar. Ia kemudian memilih UGM sebagai tempat untuk mengambil Profesi Apoteker dan S2 Farmasi dalam program double degree. Satu tahun berlalu, ia mengikuti sumpah apoteker dan wisuda Magister pada bulan berbeda pada 2008. 

"Jadi dalam kurun waktu 1 tahun, menyelesaikan 2 gelar," kata Adryan.

Ia pun mulai menjajal dunia kerja. Ia bekerja sebagai Supervisor Produksi di PT Tempo Scan Pacifik. Pada 2013, Adryan mengikuti seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil di UHO dan memulai karier di dunia akademik pada 2014. 

Selang satu tahun, ia mendapatkan beasiswa Indonesia Austria Scholarship Program untuk mengambil S3 Farmasi di University of Vienna, Austria. Ia menamatkan studi selama 2 tahun 6 bulan. Tahun 2018, Adryan kembali ke UHO.

"Saya mulai ‘dipaksa’ untuk menulis publikasi di Vienna. Alhamdulillah, saat ini saya sudah memiliki tim riset yang sudah cukup kuat," kata Adryan. 

Berdasarkan situs Science and Technology Index (SINTA) milik Kementerian Pendidikan, Adryan telah memiliki 42 artikel terindeks Scopus. Sementara di Google Scholar, ia telah memiliki 115 artikel publikasi. 

Adryan pernah mengikuti program Visiting Professor di Thammasat University Thailand pada 2021 dan mendapatkan Postdoctoral Fellowship dari Kerajaan Thailand. Ia menjadi satu dari 20 orang yang diterima. Tahun depannya, ia menyelesaikan postdoctoral dengan luaran publikasi di jurnal Q1 dan Q3, masing-masing 2 jurnal. Jurnal hasil kerja sama dengan Thailand terbit pada tahun 2023 dan masuk dalam top 10% jurnal terbaik menurut Scopus.

Setelah berakhirnya program WCP ini nanti, Adryan berharap bisa menyelesaikan seluruh luaran seperti artikel yang terbit di jurnal Q1, guest lecture, workshop dan draf nota kesepahaman antara kedua universitas. Di samping itu, ia juga berharap agar lebih banyak dosen yang lolos dalam program ini, khususnya dari fakultasnya. Sebab, menurut Adryan, WCP adalah salah satu program Kementerian Pendidikan yang sangat bergengsi dan sangat besar manfaatnya.

"Ke depannya, saya berharap bisa terus berbuat yang terbaik untuk institusi UHO, melakukan tri dharma perguruan tinggi secara aktif dan Insya Allah bisa segera mengusul untuk pengajuan guru besar dan mendapatkan persetujuan dari Menteri Pendidikan," ujarnya.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus