Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Politik

Berita Tempo Plus

Membayar Utang, Menjaga Warisan

Alissa Wahid memimpin gerakan Jaringan GusDurian yang tersebar di seluruh Indonesia. Aktif membela kaum minoritas.

4 Januari 2020 | 00.00 WIB

Alissa Qotrunnada. TEMPO/Yovita Amalia
Perbesar
Alissa Qotrunnada. TEMPO/Yovita Amalia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Ringkasan Berita

  • Meninggalnya Gus Dur mengubah hidup Alissa Wahid, yang memilih menjauh dari dunia politik.

  • Alissa gamang karena mendapat banyak curhat tentang intoleransi.

  • Dia harus memilih antara mencari duit dan menjaga warisan Gus Dur.

SYAHDAN, pada 2009, sembilan aktivis Pegunungan Kendeng, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, diciduk polisi pada malam hari. Mereka dituding menghadang truk milik PT Semen Indonesia. Tak gentar terhadap penangkapan rekan-rekannya, para petani yang menolak pendirian pabrik semen itu berangkat ke Jakarta untuk mengadu ke Komisi Nasional Hak Asasi Manusia dan bertemu dengan Abdurrahman Wahid alias Gus Dur di rumahnya di Ciganjur, Jakarta Selatan.

Putri sulung Gus Dur, Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid, yang mendampingi ayahnya menemui penduduk Kendeng, bercerita, saat itu Gus Dur mulai sakit-sakitan. Namun dia berjanji berkunjung ke Kendeng untuk mendukung perjuangan para petani. Hingga berpulang pada 30 Desember tahun itu, Gus Dur tak menunaikan janjinya.

Dalam sebuah kesempatan di Jakarta, para petani itu kembali bertemu dengan Alissa. Janji tersebut pun ditagih. “Mbak, Gus Dur masih utang berkunjung ke Kendeng. Kalau bisa, ada ahli warisnya yang ke sana,” kata Alissa pada Jumat, 3 Januari lalu, menceritakan percakapan satu dasawarsa silam itu.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Wayan Agus Purnomo

Meliput isu politik sejak 2011 dan sebelumnya bertugas sebagai koresponden Tempo di Bali. Menerima beasiswa Chevening 2018 untuk menyelesaikan program magister di University of Glasgow jurusan komunikasi politik. Peraih penghargaan Adinegoro 2015 untuk artikel "Politik Itu Asyik".

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus