Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Hadiah Ulang Tahun Ibu Sepuh

Anas memainkan kartu truf keluarga Cikeas: Ibu Mertua Yudhoyono. Menggerakkan pengurus daerah dan dukungan HMI.

31 Mei 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PEMBANTU rumah di Jalan Flamboyan, Cijantung II, Kompleks Komando Pasukan Khusus, Jakarta Timur itu begitu gembira. Ia membuka gerbang, menyambut Anas Urbaningrum, yang baru tiga hari terpilih sebagai Ketua Umum Partai Demokrat.

Pada Rabu pagi pekan lalu, sang pembantu bergegas mengantarkan Anas ke tuan rumah, Nyonya Sunarti Sri Hadi yah, istri almarhum Letnan Jenderal Sarwo Edhie Wibowo—dulu Komandan Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat. ”Bu Ageng, ini hadiah ulang tahun sudah datang,” katanya, seperti dituturkan seorang saksi. Bu Ageng—juga Ibu Sepuh—adalah panggilan buat mertua Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu.

Masuk rumah, Anas langsung men cium tangan Nyonya Sunarti seraya mengucapkan selamat ulang tahun. Keduanya pun segera berbincang. Nyonya Sunarti meminta Anas ”ikhlas dan lurus” menjadi ketua umum partai pemenang Pemilihan Umum 2009 itu. Kamis dua pekan lalu, sehari sebelum pembukaan kongres partai itu di Bandung, Ibu Sepuh berulang tahun ke-75.

Nyonya Sunarti sangat dihormati Yudhoyono. Inilah yang secara cerdik ditangkap Anas Urbaningrum buat menaklukkan kongres. Ia berusa ha menggaet restu Ibu Ageng untuk mengimbangi Andi Alifian Mallarangeng, kandidat yang sejak awal disokong putra kedua Yudhoyono, Edhie Baskoro. Andi juga mendapat dukungan diam-diam dari Yudhoyono dalam sejumlah pertemuan terbatas dengan kader partai itu.

Anas membantah mohon restu dari Nyonya Sunarti sebelum kongres. Menurut dia, kurang etis melibatkan Ibu Sepuh dalam politik internal partai itu. Namun, ia mengakui, Rabu lalu berkunjung ke rumah istri bekas Gubernur Akademi Militer itu. Ia beralasan, ”Saya yakin beliau mendoakan saya dan doa nya terkonfirmasi.” Ahmad Mubarok, ketua tim pemenangan Anas, mengatakan, sebelum kongres Anas tidak sowan ke Ibu Ageng. ”Tapi ada anggota tim yang ke sana,” kata wakil ketua umum periode 2005-2010 ini. Sumber lain menyebutkan, sebelum kongres, Anas tiga kali sowan ke kediaman Ibu Ageng.

Dukungan dari perempuan berpe ngaruh itu meningkatkan kepercaya an diri Anas menghadapi Andi Mallarangeng dan Marzuki Alie, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat, yang juga mencalonkan diri. Restu Ibu Sepuh juga mengubah konstelasi dukungan menjelang kongres. Condongnya Nyonya Sunarti kepada Anas menyumbat aliran dukungan ke Andi, yang awalnya didorong Yudhoyono. Menurut sumber Tempo, dukungan Yudhoyono mengendur setelah Bu Ageng menyatakan tidak sreg dengan Andi. Dari semula mendukung diam-diam, Yudhoyono lalu mengambil posisi netral. Padahal, dalam pertemuan dengan menteri, gubernur, bupati, wali kota, dan ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kader Demokrat di Ubud, Bali, 21 April lalu, dukungan secara tersirat telah disampaikan Yudhoyono ke Andi.

Nyonya Sunarti menolak dimintai konfirmasi soal dukungannya kepada Anas. Pekan lalu, ketika Tempo mendatangi ke rumahnya, hanya sopir pribadinya keluar rumah. Sang sopir menerima surat permohonan wawancara, dan kemudian menyerahkannya ke tuan rumah. Sejenak kemudian, ia mengatakan kepada Tempo, “Ibu sedang tidak enak badan, tidak bersedia diwawancara,” ujarnya.

Sumber lain mengatakan, Yudhoyono pernah memanggil Anas. Ia menyampaikan gagasan memasangkan Andi sebagai ketua umum dan Anas menjadi sekretaris jenderal. Yudhoyono berpi kir, Andi yang merangkap jabatan Menteri Pemuda dan Olahraga tidak bisa memusatkan perhatian ke partai. Untuk itu, diperlukan Anas buat menjalankan roda partai. Buat jangka panjang, masih menurut sumber yang sama, Yudhoyono ingin menyandingkan Nyonya Ani, istrinya, dengan Andi yang berlatar belakang luar Jawa, ganteng, dan populer dalam Pemilihan Presiden 2014. Baik Andi maupun Anas membantah informasi ini. ”Pak SBY setelah dua periode ingin madeg pandita. Bu Ani juga tak mau,” kata Andi.

Toh, dukungan diam-diam itu berubah setelah Ibu Sepuh mengambil sikap. Ia lebih menyukai Anas, yang dianggap lebih santun. Ahmad Mubarok mengatakan tidak mengetahui alasan Ibu Sepuh lebih menyukai Anas, Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam 1997-1999. ”Ini soal olah rasa perempuan sepuh Jawa,” kata Mubarok.

Menjelang pembukaan kongres, Andi, yang bergandengan dengan Edhie Baskoro, terus berharap restu Yudhoyono. Ia menyatakan yakin Yudhoyono bakal hadir dalam peluncuran bukunya, Merebut Masa Depan, di Sheraton Inn, Bandung. Kehadiran sang ketua dewan pembina akan menggiring peng urus daerah tingkat provinsi dan kabupaten-kota pemilik hak suara memilih Andi. ”Besok Pak SBY akan datang di peluncuran buku saya,” kata Andi sebelum berangkat ke Bandung, dua hari sebelum kongres. Setelah itu, kata Andi, ”Saya akan ke Cikeas.”

Dalam hajatan lima tahunan itu, Anas terbukti menang dalam dua putaran pemungutan suara. Pada putaran kedua, ia memperoleh 280 (53 persen), mengalahkan Marzuki Alie, yang mengumpulkan 248 (47 persen). Pada putaran pertama Anas punya 236 (45 persen), Andi Mallarangeng 82 (16 persen), dan Marzuki Alie 209 (39 persen). Peraturan kongres menyatakan, jika pada putaran pertama tak ada calon yang memperoleh 50 persen plus satu, pe raih suara terbanyak pertama dan kedua bersaing di putaran kedua.

l l l

ANAS bermain politik dengan jeli. Posisinya selama ini sebagai Ketua Bidang Politik Partai Demokrat memberinya kesempatan lebih sering berkumpul dengan pengurus cabang. Tiga bulan sebelum kongres, Anas makin tela ten menyapa pemilik suara.

Untuk mengukur besarnya dukung an, Anas menggunakan lembaga survei Akon Indonesia. Di lembaga ini, ada Isra Ramli, bekas peneliti Lembaga Sur vei Indonesia, juga sejumlah tena ga ahli dari lembaga konsultan interna sional. Juga terlibat Lingkaran Survei Indonesia milik Denny Januar Aly. ”Kami ingin menunjukkan berkompetisi poli tik tak perlu mewah dan mahal,” kata Is ra Ramli. Menurut Saan Mustofa, anggo ta tim pemenangan Anas, sejumlah lembaga itu aktif memberikan saran. ”Mereka bersimpati pada Anas,” kata Saan.

Tim Anas melakukan sejumlah sur vei untuk memetakan dukungan. Dari sejumlah jajak pendapat, suara Anas paling besar, disusul suara Andi Malla ra ngeng dan Marzuki Alie. Survei menyata kan suara mengambang juga tak kecil.

Swing voters ini kemudian didalami lagi dalam survei. Responden, misalnya, menyebut Anas punya dukungan terbesar untuk calon dengan katagori ”dekat di hati”. Marzuki Alie mendominasi suara untuk calon ”paling berjasa untuk partai”. Sedangkan Andi Mallara ngeng adalah calon ”yang direstui Yudhoyono”. Dari tiga kelompok swing voters ini, kemudian ditanya siapa yang lebih mereka pilih. Jawabannya, ”calon yang lebih dekat di hati”—Anas Urba ningrum. Tim Anas lalu bergerilya melobi ketua pengurus cabang partai yang belum menentukan sikap.

Tim pemenangan Anas juga membaca angin Yudhoyono. Kesan Yudhoyono mendukung Andi begitu kuat. Apalagi Ibas—Edhie Baskoro—terang-terangan me nyokong Andi. Tim Andi pun mengeksplotasi dukungan Cikeas secara besar-besaran melalui iklan media massa. Andi juga gencar memasang spanduk dan baliho raksasa di kota-kota besar. Semua iklan, spanduk, dan baliho Andi digarap oleh Fox Indonesia milik Choel Mallarangeng, adik Andi. Di lembaga konsultan strategi dan politik ini Andi adalah konsultan politik senior.

Anas membalas iklan Andi dengan memposisikan Yudhoyono sebagai seorang demokrat tulen yang menjaga jarak sama dengan kandidat. Tim Anas juga bergerak menjumpai sejumlah pengamat politik. Mereka gencar menulis pesan ke Twitter, Facebook, konferensi pers, dan menggelar pidato kebudaya an. Intinya terus bersuara agar Yudhoyono mengayomi semua calon dan tidak berpihak. Yudhoyono pun dalam dua pidato resmi di depan peserta kongres menyi lakan semua kandidat berkompetisi jujur dan beretika. Ia tak mendukung satu di antara tiga kandidat. Pada saat menjelang pemilihan ketua umum putaran dua, Yudhoyono berkata, ”Silakan pilih sesuai hati nurani!”

Anas juga menghidupkan jaringan organisasi Himpunan Mahasiswa Islam. Sumber Tempo mengatakan, sepekan sebelum kongres, ia bertemu sejumlah penyandang dana dalam jaringan alumni organisasi itu. Merekalah pembantu pendanaan Anas. Dimintai konfirmasi, Anas tak menampik mendapat dukungan duit dari teman dan koleganya. ”Insya Allah, uang halal, dan mereka tidak menagih rekening setelah kongres selesai,” kata Anas.

Pada ulang tahun ke-75-nya, Ibu Sepuh memperoleh hadiah yang indah.

Sunudyantoro

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus