"HAI, cik puan, Nak rela dimadu?" Walau Nurmadiah Rozali mendengar, tak sebayang sindiran itu membuat daun telinganya merah. Malah ia biarkan bagai angin lalu. Dan dimaklumi bila di perkampungan Al Arqam begitu, karena banyak lelakinya beristri tiga atau empat. Nur menikah pada 1977. Istri pertama Abdul Halim Abbas ini sudah siap mental bila suatu waktu suaminya berpoligami. Dan itu memang terjadi. Halim -- orang kedua di Al Arqam -- pada 1980 menikah dengan Rohana. Bahkan lelaki tegap ini pada 1984 merenteng kasih lagi, ketiga kali, dengan Rosnani. Tetapi Nurmadiah tetap tak meradang. "Kenapa kita berontak kepada kebolehan yang diberikan ajaran Islam ?" tanya ibu lima anak itu kepada TEMPO. Sikap rela perempuan ini seperti mewakili 70% muslimah Al Arqam. Angka ini muncul tahun lalu setelah angket disebarkan Syukbah Kebajikan Al Arqam -- lembaga yang mengurus pertunangan, perkawinan, dan poligami. Begitu ramai sembari si perempuan bersiap-siap dimadu? Khadijah binti Aam alias Ummu Jah menjawab. "Itulah hasil dakwah poligami," ujarnya, yang dikutip kembali oleh Cik Nur. Syahdan, ketulusan itu bisa tumbuh karena gadis-gadis Arqam berteladan pada senior mereka yang dipoligami. "Tak ada yang tersiksa dan kami semua bahagia," ujar Ummu Jah. Pada 1980 ia menikah, sebagai istri ke-4 dari Ashaari Muhammad, Seikhul Arqam. Ketika itu Khadijah 27 tahun. Kendati demikian, jangan kira poligami ala Al Arqam mengakomodasi pelampiasan nafsu atau bukti "chauvinisme" lelaki terhadap wanita. "Syarat pertama, si pria harus kukuh imannya," ujar Tajul Ariffin -- Mudir Syukbah Kebajikan Al Arqam. Syarat berikut, cowoknya harus committed dengan perjuangan Islam. "Jika mereka datang dengan gaji besar dan wajah tampan, jelas tak memenuhi syarat," ujar Halim. Bahkan, yang berhasrat itu belum tentu gampang memilih calon istri kedua atau ketiga. Sebab, Syukbah Kebajikan segera turun mencari pasangan yang selaras dengan karakter yang dimiliki si calon pengantin. Berarti, cara begini tanpa didahului cinta. "Bila ia sudah terlatih mencintai Allah, cinta sesama insani jadi kecil maknanya," ujar Halim beramsal. Harap maklum: cinta sesama yang ia maksud itu berterminologi nafsu duniawi. Misalnya, didahului masa berkasih yang (mungkin) dilumuri, hhmm, persekot alias berzina. "Sorry. Kami mengharamkan pergaulan bebas," ujar Halim yang dari 3 istri ia telah membuahkan 11 anak itu. Untuk menghindari cekcok sesama madunya, tentu kesediaan istri terdahulu sebagai satu syarat lain sebelum berpoligami. Tapi lazimnya istri pertama "kooperatif". Atau bersikap mujahadah alias menunjukkan sifat kejuangannya terhadap Islam. Karena itu, pengikut lebih utama berpoligami dengan sesama anggota Al Arqam. Soalnya, para pejuang Al Arqam kerap kali berdakwah ke luar kota, dan lama. "Bagi istri yang kurang paham dengan gerakan Al Arqam, ia tak tahan ditinggal lama," kata Tajul Ariffin. Namun, tak usah khawatir. Karena gaji pejabat Arqam itu dibayar berdasarkan sistem maaj. Artinya, keperluan hidup mereka diukur dengan jumlah anak dan istri. "Jadi, jika dia berpoligami, gajinya ikut pula bertambah," ucap Tajul. Walau begitu, ini tak berarti jemaah Al Arkam gampang terangsang berpoligami. "Hukumnya boleh, bukan wajib," kata Halim. Ada pejabat Arqam yang berhajat berpoligami tapi belum juga tertunaikan. "Karena ada yang niatnya bukan karena iman," ujar Halim. Dan terbantahlah dakwaan Yusof Rara, Ketua PAS (Partai Islam sa-Malaysia), yang mengatakan bahwa jemaah Arqam wajib berpoligami. "Kami belum seberani itu mempermainkan hukum Allah," ujar Halim. Menurut dia, yang menghebohkan poligami gaya Arqam itu karena mereka melihatnya dari jauh. "Tapi setelah masuk ke dalam pasti dia bersetuju," katanya. Setuju itu datang pula dari Direktur Pusat Islam Malaysia, Abdul Kadir Talib. Secara pribadi, ia menilai poligami ala Arqam berfaedah. "Jika banyak turunan, umat Islam tentu makin kuat," katanya. Sembari mengutip sebuah hadis Nabi, ia berharap populasi itu tak sekadar kuantitas. "Maunya juga kualitasnya," kata Kadir. Sedangkan bagi Ustad Halim, ia memang tak mengumpulkan ketiga istrinya di bawah satu atap rumah. Alasannya: para wanita yang dimadu itu sebaiknya jarang bertemu. Kalau sering, katanya, biasanya mereka mudah retak. "Lagi pula, kita tak bebas berguraulah," katanya. Lalu ia ngakak, "Ha-ha-ha-ha ....
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini