Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan Megawati Soekarnoputri menyampaikan dukacita atas meninggalnya intelektual Daniel Dhakidae.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hasto menyebut Daniel adalah intelektual kritis yang konsisten dalam sikap, pemikiran, dan keberaniannya untuk menjaga jarak dengan kekuasaan. Namun, di sisi lain, kata dia, Daniel mampu memberikan landasan pemikiran yang komprehensif tentang gambaran ideal bangsa, negara, dan fondasi kebudayaan Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Ibu Mega Soekarnoputri mengucapkan dukacita yang mendalam. Saya menjadi saksi, bagaimana Ibu Mega berdialog selama berjam-jam dengan Bung Daniel Dhakidae," kata Hasto dalam keterangan tertulis, Rabu, 7 April 2021.
Daniel Dhakidae meninggal pada Selasa, 6 April 2021 karena serangan jantung. Pria kelahiran Toto-Wolowae, Ngada, Flores, 22 Agustus 1945, yang tercatat sebagai salah seorang pendiri Yayasan Tifa dan hingga saat terakhirnya menjabat sebagai Pemimpin Umum dan Pemimpin Redaksi Jurnal Prisma.
Hasto mengatakan dialog Megawati dengan Daniel terasa mendalam, jernih, dan mampu mengurai berbagai persoalan bangsa dalam cara pandang kritis, tetapi membumi. Ia menyebut, Daniel meninggalkan warisan berupa pemikiran kritis yang mengungkap keseluruhan aspek tentang Pancasila.
Menurut Hasto, salah satu pengaruh Daniel di partainya ialah tumbuhnya dialog intens dan perdebatan kritis, misalnya di antara kader-kader PDIP yang tergabung di Badiklat. Dari dialog itu, kata dia, lahir berbagai kerja sama hingga terbitnya tulisan Soekarno, Membongkar Sisi-sisi Hidup Putra Sang Fajar; Membongkar dan Merangkai Pancasila; dan Republik dan Keadilan Sosial: Yang Terentas dan Yang Tertinggal. Ketiganya dimuat di Majalah Prisma.
Bagi PDI Perjuangan, kata Hasto, Daniel telah banyak membantu dan memberikan terang tentang bagaimana partai mesti bergumul dengan tradisi intelektual dengan pemikiran kritis. Sebab, kata dia, Bung Karno juga seorang sosok pemikir besar yang selalu berdialektika secara kritis yang terus mengembara dalam sejarah peradaban nusantara dan dunia.
"Bung Karno membumikan seluruh pemikiran tersebut dengan rasa cinta tanpa batas bagi Indonesia, sehingga harapan rakyat pun mampu dibingkai dalam pemikiran intelektual yang utuh," kata Hasto.
Hasto mengatakan, jalan intelektual hasil pengaruh Daniel Dhakidae akan selalu hidup dan menjadi daya gerak di partainya. "Juga menjadi metode dan sekaligus model untuk melihat kegelapan kekuasaan dalam pemikiran intelektual yang selalu menampilkan optimisme dalam jalan Pancasila,"ujar Hasto menceritakan kedekatan Megawati dengan Daniel.
Baca juga: Megawati Jelaskan Gagasan Politik Soekarno