Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Megawati Soekarnoputri, bertemu dengan Presiden Joko Widodo alias Jokowi di Istana Batu Tulis, Bogor, Jawa Barat, kemarin. Salah satu poin yang dibahas adalah keberlanjutan pemimpin bangsa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sekretaris Jenderal PDIP, Hasto Kristiyanto, menyebut pembahasan ini tak bisa dihindari demi kesinambungan kepemimpinan sejak Bung Karno hingga Jokowi. Ia mengingatkan jumlah penduduk Indonesia yang begitu besar membutuhkan satu pemimpin dengan rekam jejak kepemimpinan yang baik. Inilah yang dibahas oleh Megawati dalam persamuhannya dengan Jokowi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Ini dilakukan bagi masa depan bangsa dan negara. Demi kesinambungan kepemimpinan sejak Bung Karno, kemudian Ibu Mega, Pak Jokowi, serta kepemimpinan yang akan datang,” kata Hasto dalam keterangannya, Ahad, 9 Oktober 2022.
Hasto menyebut helatan Pemilu 2024 merupakan momentum mempersiapkan pemimpin bangsa. Karenanya, PDIP sedang mencari sosok yang mampu mengemban tanggung jawab tersebut.
Dia mengatakan partainya tidak mencari sosok yang hanya bisa menarasikan keberhasilan. Menurutnya, politik bukan semata-mata kalkulasi, melainkan merupakan bentuk tanggung jawab bagi bangsa dan negara.
"Kami tidak mencari sosok pemimpin yang hanya bisa menarasikan keberhasilan, sehingga ketika ada banjir dalam wilayah dengan 30.000 RT, lalu banjir (menimpa) 30 RT, itu dikatakan tidak sampai satu persen. Politik itu bukan kalkulasi satu sampai lima persen, tapi tanggung jawab bagi bangsa dan negara," kata dia.
Rutin Digelar
Hasto menampik jika pembahasan ihwal Pemilu antara Megawati dengan Jokowi berhubungan dengan pendeklarasian Anies Baswedan sebagai capres oleh Partai NasDem. Ia menyebut pertemuan antara Mega dan Jokowi memang digelar secara rutin.
Biasanya, kata dia, pertemuan Megawati dengan Jokowi digelar di Istana Merdeka, Istana Bogor, hingga Batu Tulis. Hasto mengatakan Batu Tulis dipilih menjadi tempat persamuhan Megawati dengan Jokowi karena alasan historis. Dulu, kata dia, Megawati mempersiapkan Jokowi yang pada saat itu masih menjadi Gubernur DKI Jakarta untuk maju sebagai capres di lokasi ini.
"Jadi itu suatu tempat, yang secara historis kepemimpinan pak Jokowi juga sangat kuat. Suasana kebatinan itulah yang mengambil pembahasan fundamental bangsa dan negara," ujarnya.
Adapun sosok pemimpin pilihan PDIP disebut Hasto merupakan kewenangan Megawati. Ia mengatakan seluruh kader PDIP tegak lurus menunggu arahan dari Mega. Hasto turut menegaskan partainya tidak mengusung capres maupun cawapres untuk berburu efek ekor jas.
Hasto mengaku sempat bertanya kepada Megawati soal sosok capres dan capres yang diusung partai banteng moncong putih. Pertanyaan ini dilontarkan usai Mega bertemu Jokowi. "Saya tanyakan ke Ibu Mega, bagaimana pencapresan? Ibu Mega hanya jawab sabar saja. Tunggu saatnya," kata dia.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.