Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Penanggulangan Penyakit Menular Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Erlina Burhan, menyatakan hingga saat ini lembaga farmasi belum membuat obat antivirus human metapneumovirus (HMPV). Alasannya, penyakit akibat virus ini tidak terlalu berat dan hanya menyebabkan berbagai gejala ringan seperti batuk dan flu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Karena penyakit ini (HMPV) tidak berat dengan ringan saja dan juga tidak ada outbreak yang mengkhawatirkan, maka sampai saat ini belum ada masyarakat ilmiah atau farmasi yang membuat obat antivirusnya," kata Erlina Burhan dalam diskusi 'Rekomendasi PB IDI mengenai HMPV' melalui platform zoom pada Rabu, 8 Januari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Erlina mengatakan untuk pembuatan vaksin dalam mencegah penyebaran viru HMPV juga belum dibuat oleh lembaga kesehatan. "Kalau ditanyakan tentang pencegahan vaksin kami belum ada, sehingga saat ini belum ada vaksin untuk HMPV ini yang bisa mencegah infeksi," ujarnya.
Meski belum ada antivirus atau vaksin, Erlina mengatakan ada obat yang mampu menangani HMPV bila seseorang telah mengalami gejala yang parah. Obat tersebut adalah ribavirin, yakni antivirus untuk mencegah kelainan infeksi saluran pernafasan.
"Kalau gejalanya berat, maka bisa dibiarkan obat antivirus namanya ribavirin ini biasa juga dipakai untuk kelainan-kelainan infeksi saluran nafas lainnya," kata Erlina.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jakarta Ani Puspitawati mengimbau agar masyarakat tidak panik dengan adanya virus HMPV. Dia mengatakan virus ini bukanlah virus baru seperti Covid-19, sehingga penanganannya sudah diketahui.
“HMPV merupakan salah satu dari banyak mikroorganisme atau agen penyebab penyakit Infeksi Saluran Napas Akut (ISPA), baik pada saluran napas atas maupun bawah, yang ditemukan hampir sepanjang tahun,” kata Ani melalui keterangan resmi, Rabu, 8 Januari 2025.
Ani menjelaskan, gejala umum penderita ISPA akibat berbagai virus atau mikroorganisme lain juga sama, antara lain batuk, demam, hidung tersumbat, dan sesak napas. Jika terjadi infeksi pada saluran napas bawah, maka akan menjadi bronchitis, pneumonia atau radang paru.
Setidaknya, kata Ani, ada 23 mikroorganisme atau agen penyebab lain yang sering ditemukan pada penderita ISPA, seperti virus Influenza tipe A dan tipe B, Adenovirus, Coronavirus, dan lain-lain.
Ani pun meminta masyarakat tetap tenang. Namun, masyarakat diimbau agar melakukan langkah-langkah preventif, seperti menerapkan pola hidup sehat untuk mencegah sakit, menghindari penularan dengan etika batuk, rajin mencuci tangan, dan menggunakan masker ketika sakit. “Oleh karena itu, kami mengimbau masyarakat tidak panik, tetapi tetap waspada,” kata dia.
Oyuk Ivani S berkontribusi dalam pembuatan artikel ini.