Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Ingin merobah takdir

Bupati belitung, kusniohadi, berusaha mengubah belitung menjadi kawasan pertanian. proyek persawahan dan perkebunan kapas sudah dimasukkan ke dalam pro gram kerja yang disebutnya panca usaha pokok. (dh)

27 Maret 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MESKI luas daratannya 40 ribu hektar lebih, Pulau Belitung miskin di bidang Pertanian. Hanya endapan timah (belakangan juga kaolin) anugerah Tuhan yang memberi penghidupan cukup berarti bagi penduduk sebagai karyawan atau buruh tambang. Ada juga sebagai nelayan di kawasan pantainya. Tak kurang dari seabad kehidupan seperti itu berlangsung. Tak dapatkah wajah Belitung dirobah jadi kawasan pertanian? Atau setidaknya merobah anggapan bahwa Belitung tak dapat ditanami? Itulah yang menekan fikiran Bupati Belitung, Kusniohadi sekarang ini. "Kita ingin meyakinkan masyarakat bahwa keyakinan lama Belitung tak dapat ditanami harus dirobah", ujar sang Bupati kepada TEMPO. "Lambat atau cepat bayangan itu pasti dapat dihilangkan". Bagaimana caranya? Dengan bersemangat sang Bupati menggelarkan contoh-contoh langkah yang dilakukannya. Ada proyek persawahan Perpat, Pusat pembibitan daerah di KM 11 Perawas dan perkebunan-perkebunan di tiap kelurahan. Dan itu semua merupakan sebagian program besar yang diberi julukan Panca Usaha Pokok (PUP) yang sedang diutak-atik sang Bupati dan para pembantunya. Yakni 5 macam usaha peningkatan di bidang-bidang: penanaman kapas, hasil pertanian (sayur-sayuran. padi, buah-buahan dan lainnya), modernisasi dan nylonisasi nelayan, perindustrian rakyat dan industri-industri lainnya yang bahan galiannya terdapat di Belitung serta pembangunan pariwisata daerah. Cukup luas juga. Dan wajar bila ada yang meragukan keberhasilannya. Tapi tampaknya Bupati Kusniohadi cukup bernyali besar. Sebab bagaimana pun ia tak dapat membiarkan warganya terus-menerus menyerah pada keadaan sekarang. Karena selama ini penduduknya sangat bergantung pada kaum pendatang yang berbondong memanfaatkan keadaan di sana jadi pedagang dan mengutak-atik harga dan keadaan pasaran. Orang tak kan merasa aneh bila mereka ini terdiri dari bukan pribumi yang 99 persen lebih menguasai perdagangan. Hingga tak aneh pula bila di saat-saat masyarakat membutuhkan bahan-bahan pokoknya di hari-hari Lebaran misalnya barang-barang kebutuhan tiba-tiba melenyap. Dan kembali muncul dengan harga yang bukan main. Perikanan Keadaan tersebut agaknya sukar dikendalikan meski sebenarnya PT Tambang Timah di sana kabarnya berperanan lumayan dalam hal memantapkan harga 9 bahan pokok. Apalagi itu PT pengolah hasil tambang utama kawasan sana, mampu menyisihkan tenaga listriknya buat umum. Di samping membangun jalan-jalan, sekolah dan lainnya. Tapi usaha pertambangan ini pun bukan tak sering terkena rongrongan goncangan harga timah internasional. Bagaimana bidang perikanan? Sebagai bagian kepulauan yang dikelilingi I23 pulau kecil, Belitung sesungguhnya merupakan kawasan perikanan yang mestinya menguntungkan. Kawasan perairannya merupakan pertemuan arus yang menyimpan banyak jenis ikan mahal seumpama tongkol dan tenggiri. Pada waktu musim Barat, nelayan dapat beroperasi di sebelah timur. Dan sebaliknya. Hingga nelayan dapat beroperasi di setiap musim. Cuma saja peralatan tradisionil seperti pancing, pukat, jala sederhana yang masih dipakai sekarang tentulah bukan zamannya lagi. Hingga gagasan sang Bupati dengan PUP-nya tadi di bidang ini, sudah tentu bisa diterima sebagai hal menggembirakan. Apalagi meski dengan cara pengusahaan tradisionil itu nelayan Belitung mampu mengeduk isi lautnya di tahun 1974 sekitar 10 ribu ton ikan dan di tahun 1975 meningkat jadi 12 ribu ton. Padahal kebutuhan masyarakat cuma sekitar 4 ribu ton per tahunnya. Kelebihan tersebut tentulah membutuhkan sarana-sarana seperti tempat pendinginan, pabrik es dan seterusnya. Ini bila bisa diwujudkan sesuai langkah-langkah PUP tadi, bukan tak mungkin Belitung hisa diperhitungkan sebaai basis perikanan cukup tangguh di bilangan Sumatera Selatan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus