PONTIANAK, ibukota Kalimantan Barat di delta sungai Kapuas
menjadi tuan rumah Munas I Gabungan Pengusaha Angkutan Sungai,
Danau dan Ferry (Gapasdai: awal Maret lalu. Mengikuti jejak
rekan-rekannya di Organisasi Gabungan Angkutan Darat (Organda),
gabungan itu baru saja dibentuk atas dorongan Dirjen Perhubungan
Darat Sumpono Bayuaji. Dihadiri 76 peserta dari Sumatera,
Kalimantan, Sulawesi dan Maluku, Munas I yang kabarnya lebih
banyak dihadiri oleh pengusaha pribumi lemah dibuka oleh
Menperhub Emil Salim sendiri. Meskipun belum terdengar para
pengusaha itu minta kredit, Sumpono Bayuaji tidak lupa memajang
wakil-wakil BNI 1946, BKPM dan Askrindo di depan para hadirin,
mendampingi DPP Gapasdaf yang berkedudukan di Jakarta.
Untuk daerah Kalimantan dan Sumatera, "pilihan pola angkutan
terbanyak jatuh pada sungai", kata Emil Salim. Antara lain
disebutnya sungai Kapuas, Mahakam, Barito, Siak, Indragiri,
Batanghari dan Musi, yang buat penduduk di Jawa hanya dikenal
dari pelajaran ilmu bumi. Adapun Irian Jaya belum terwakili di
antara para peserta. Sebab menurut Kepala Inspeksi X Lalu Lintas
ASDF Irian Jaya, Rabani AB, "sungai di ian Jaya, macam
Mamberamo banyak jeramnya". Saking pentingnya sungai di Sumatera
dan Kalimantan itu Sumpono Bayuaji mengeluh bahwa "alur sungai
sudah banyak dicemari". Menguatkan kecamannya dengan pertolongan
slide, diperlihatkan bagaimana pengusaha hutan merakitkan
batang-batang pohonnya lewat sungai -- dan kulit pohon, getah
dan ranting-ranting pun terlucuti di situ.
Sebagai selingan mungkin, dipertontonkan juga manusia yang
membuang hajatnya di sungai. "Coba kalau yang buang kotoran 1
juta orang, berapa ton itu?", tanya Sumpono berkelakar. Mungkin
terpengaruh oleh gambaran peledakan penduduk di Jawa, atau
proyel MCK di kali Ciliwung Jakarta, dia berkomentar lagi:
"orang lain sibuk bikin roket, kita bikin kloset". Lalu Sumpono
mengingatkan bahwa pendangkalan telah terjadi. Muara Sungai
Kapuas Kecil dan Muara Kubu sudah jauh lebih dangkal daripada
tahun 1913, ketika masing-masing dalamnya 1 dan 3,2 meter.
Hingga konon yang bisa lewat di situ untuk mencapai pelabuhan
Pontianak hanyalah kapal dengan bobot mati di bawah 10 ribu
ton.
Praktis untuk mencapai pelabuhan Pontianak sekarang kapal-kapal
besar harus lewat pelabuhan Telok Air/Batu Ampar (81 mil dari
Pontianak) yang sudah dikerumuni eksportir kayu. Menteri Emil
Salim sendiri sebelum meninggalkan Pontianak berjanji untuk
menambah armada kapal keruk mutakhir buat mengeruk alur-alur
sungai yang mendangkal. Sebaliknya Sumpono sempat "menyemprot"
kejorokan armada kapal bandung yang kacau balau lalu-lalangnya.
Di seluruh Kal-Bar saja, armada kapal bandung, kapal motor dan
tongkang bermesin ditaksir sudah melebihi 2500 buah, sementara
yang tak bermesin lebih dari 500. Untuk mengatur lalu lintas
perahu dan kapal-kapal itu Belgia tengah membantu pemasangan
rambu-rambu sungai.
Yang Namanya Ferry
Mengingat kian padatnya lalu-lintas sungai, danau dan ferry itu,
tanda kecakapan semacam rebewes akan dituntut dari pengemudi.
Ketentuan tentang Surat Tanda Kecakapan (STK) itu telah
dituangkan dalam SK No. IV/Munas I/ 1976. Beberapa waktu lalu
soal STK itu telah mengundang kerisauan sejumlah pengemudi kapal
di Sulawesi karena mereka diharuskan memiliki STK dari dua
instansi: Ditjen Perhubungan Darat yang membawahi Direktorat
Angkutan SDF dan Ditien Perhubungan Laut. Makanya Munas
menugaskan pada DPP Gapasdaf di Jakarta untuk menyelesaikan soal
itu. Maklumlah, alat angkutan yang namanya ferry itu, meskipun
hanya untuk penghubung jarak pendek antar pulau atau antar muara
sungai, toh harus mengarungi laut dan selat yang daerah wewenang
Dirjen Perla.
Dengan fihak Iperindo (Ikatan Perusahaan Industri Kapal Nasional
Indanesia), para pengusaha angkutan SDF itu belum menjalin kerja
sama yang erat. Iperindo yang beranggotakan 30 galangan
kapalbaja, 25 galangan kapal kayu 75 bengkel dan 25 dok baru
berhubungan dengan beberapa pengusaha ferry yang kapalnya memang
besar -- untuk urusan doking. Namun dengan adanya janji Menteri
Emil Salim bahwa "armada bis dan truk air akan diprioritaskan"
diharapkan Capasdaf yang diketuai oleh R. Soekresno dengan
sekjen Soemarjono akan mengalirkan order buat Iperindo.
Setidaknya Munas I Gapasdaf yang telah menelorkan 22 SK itu akan
berarti bagi anggotanya "jika kredit untuk pengusaha lemah lebih
lancar", kata beberapa peserta pada reporter TEMPO Eddy Herwanto
yang ikut rombongan DirJen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini