Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Bom Di Boom Baru

Bpp boom baru palembang mengharuskan semua barang impor masuk lewat dermaga. Tongkang hanya boleh dipakai oleh eksportir yang akan memuat barang-barangnya ke kapal.

27 Maret 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

USAHA pemberantasan penyelundupan bagi Badan Perusahaan Pelabuhan (BPP) Boom Baru Palembang, tampaknya bisa dirangkum sekaligus dengan rencana kerjanya di tahun 1976/1977 ini. "Semua barang impor hanya dibenarkan lewat dermaga", uiar Julius Tiranda, Adpel Palembang. Berarti barang masuk tidak boleh lagi dibongkar lewat tongkang oleh kapal yang sedang lego jangkar di Sungai Musi. Dengan begitu kemungkinan menyusupnya barang gelap mudah kepergok -- barangkali. Ini berarti merombak samasekali kebiasaan selama ini. Meski ia masih sedikit toleran. Yaitu dengan masih memberi izin kepada para Eksportir memuat barang-barangnya dengan tongkang dan baru kemudian dikapalkan. Perombakan tradisi tersebut tampaknya ditopang dengan hati mantap. Karena menurut Musa, Kepala Humas BPP, tambahan fasilitas-fasilitas untuk itu akan dilakukan. Yaitu 10 buah forklift berkekuatan 2 ton (8 buah), 3 dan 5 ton yang ada kini, akan ditambah jadi 13 buah. Dan 5 derek (masing-masing berkekuatan 7, 8, 10, dan 15 ton) akan ditambah pula 3 buah lagi. Tentu saja Dermaga Boom Baru pun juga akan ditambah ketangguhannya. Yaitu dengan diperpanjang 185 M ke arah timur hingga akan bersambung dengan pelabuhan perahu layar. Seluruhnya jadi 700 M. Hingga dermaga berkekuatan 5 ton per meter persegi itu seluruhnya jadi 30 Ha. Di sana juga akan dibangun workshop, pusat latihan, tempat parkir, terminal penumpang dan kantor-kantor. Hingga seluruh kegiatan permaritiman akan dipusatkan di sana. Tentunya biaya Rp 775 juta yang digaet dari anggaran 1976/1977 itu dirasa layak. Karena ini memang dituntut oleh kenyataan jumlah kapal keluar masuk Boom Baru yang meningkat. Bisa dilihat dari catatan tahun 1975: berjumlah 344 buah per bulannya. Padahal di tahun 1974 rata-rata hanya 271 per bulannya. Perluasan tersebut tak berarti membatalkan atau menunda rencana pembangunan Pelabuhan Samudera Banyuasin, yang akan berlangsung mulai 1980 sampai 1985. Apalagi rencana tersebut oleh Konsultan Frankel Inc. dari AS dinilai scara ekonomis "sangat menguntungkan". Sebab? Letaknya antara 2 pelabuhan Samudera: Tanjung Priok dan Singapura, pertama. Lalu akan mengurangi biaya tambahan yang 10% karena Boom Baru terletak 60 mil dari ambang luar dan akan menghubungkan langsung antara negara pemakai dan negar penghasil. Berarti menghilangkan biaya "transhipment " di Singapura. Begitulah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus