BAGAIMANA kiat mahasiswa agar bisa masuk Gedung DPR dengan aman? Ternyata tak sulit, asalkan mereka tak membawa poster dan spanduk atau "menggelar mimbar bebas" di kompleks gedung Senayan, Jakarta. Itulah yang dilakukan sekitar 100 mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) Kamis pekan lalu. Mereka bahkan diterima Komisi IX (Pendidikan) DPR dan Wakil Ketua DPR/MPR J. Ario Katili. Kebetulan, kedatangan mereka ke DPR bukan untuk urusan politik atau tanah - seperti laiknya mahasiswa yang berdemo. Mereka hanya mengadukan perlakuan rektornya yang menskors rekan mereka, terakhir Muhammad Meylana Hermawan, Ketua Himpunan Mahasiswa Fisika, dan Yosalfa Rinaldi Chaer, mahasiswa Fisika. Para mahasiswa yang menamakan diri Forum Ketua Himpunan Jurusan dan Badan Koordinasi Satuan Kegiatan ITB itu menuntut agar Rektor ITB, Prof. Wiranto Arismunandar, mencabut skorsing yang dijatuhkan pada sejumlah mahasiswanya. "Sejak kepemimpinannya," kata Sawal, salah seorang anggota delegasi, "sudah 64 mahasiswa yang kena skors dalam 27 kasus." Soal skors itu pula yang membuat Kampus Ganesha di Bandung makin panas. Selasa pekan lalu, misalnya, sekitar 2.000 mahasiswa menggelar demonstrasi. Ada poster, pidato, dan ada yang mengarak patung mahasiswa yang kaki, tangan, dan seluruh tubuhnya dirangket dengan tambang. Dan ternyata aksi demo mereka juga "diperkuat" oleh sejumlah mahasiswa dari Universitas Padjadjaran Bandung, Universitas Hasanuddin Ujungpandang, Universitas Sriwijaya Palembang, dan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, yang tengah mengikuti Pekan Ilmiah Mahasiswa Tingkat Nasional di Bandung. Mereka lalu membuat pernyataan keprihatinan atas sikap Rektor yang dianggapnya ringan tangan menjatuhkan hukuman dan tak mendidik. Lalu, 16 ketua himpunan mahasiswa - dari 23 himpunan yang ada di ITB - mengancam mengundurkan diri. Bahkan, Deni Agus Dwiyanto, mahasiswa Teknik Sipil tingkat terakhir, dua pekan lalu sempat melakukan "aksi duduk". Daftar aksi menentang Rektor Wiranto tampak kian panjang bila kasus kebakaran gedung tata usaha Jurusan Fisika beberapa pekan lalu ada hubungannya. Belum lagi permintaan anggota DPR Sri Bintang Pamungkas dan pernyataan sejumlah alumni ITB di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta pekan lalu. Isinya seragam: agar Wiranto mengundurkan diri. Rangkaian aksi solidaritas mahasiswa dan alumni ITB ini merupakan buntut surat keputusan rektor yang menskors Meylana dan Yosalfa selama tiga semester sejak Januari lalu. Ketua Himpunan Mahasiswa Fisika dan Ketua Panitia Orientasi Mahasiswa Baru itu dipersalahkan tak mematuhi tata tertib, yaitu menggelar acara orientasi mahasiswa baru dengan perpeloncoan -- yang dilarang oleh Rektor Wiranto. "Kami sudah mengingatkan berkali-kali agar praktek perpeloncoan tak dipraktekkan lagi," kata Indra Jati Sidi, Pembantu Rektor III ITB, kepada TEMPO. Sebab, pimpinan ITB telah mengevaluasi adanya dampak negatif bagi mahasiswa, seperti gegar otak, cedera, atau patah tulang. Akibat penskorsan itu tentu pahit bagi Meylana dan Yosalfa. Paling tidak, mahasiswa Fisika angkatan 1988 dan 1989 itu terancam drop out. Itulah yang kemudian menimbulkan keprihatinan dan membuahkan aksi-aksi demonstrasi. Yang menarik, unjuk rasa para mahasiswa ITB itu juga didukung sejumlah senat mahasiswa se-Bandung. Ada pula dosen yang berdiri di belakang mereka. Bahkan, anggota DPR Sri Bintang Pamungkas melayangkan surat khusus ke alamat Wiranto. Dalam suratnya, Bintang menilai bahwa Wiranto telah melakukan pendekatan keamanan dan kekuasaan untuk mahasiswanya. "Saya minta kesediaan Saudara untuk mengundurkan diri dari jabatan rektor," tulis Bintang, alumni Teknik Mesin ITB. Sementara itu, Prof. Iskandar Alisjahbana, Rektor ITB 1976- 1979, melihat persoalan yang diangkat para mahasiswa itu sebenarnya tak terlalu prinsip dan bisa diselesaikan secara kekeluargaan saja. "Tapi, kalau tak bisa diselesaikan, bisa dibawa ke PTUN," kata Iskandar, yang "diminta" mundur karena membela mahasiswa yang beraksi tahun 1978. Namun, Wiranto tampaknya berkeras pada putusannya. Skorsing, katanya, tak akan dicabut karena sampai sekarang tak ada hal yang meringankan. "Ingat, skorsing ini adalah pendidikan," ujarnya. Menurut Wiranto, demo yang digelar di Kampus Ganesha itu sebenarnya hanya dilakukan oleh lima orang. "Lainnya penonton," katanya. Maksudnya, menurut penilaiannya, tak terjadi apa-apa di ITB. Maka, ia pun menantang bila ada yang mau mengadukan ke PTUN. "Semoga saya tak sejelek seperti yang dikatakan Sri Bintang," kata Wiranto. Sehubungan dengan konflik intern ITB itu, Menteri P dan K Wardiman Djojonegoro meminta agar Wiranto membuka dialog dengan mahasiswanya -- seperti laiknya hubungan bapak dan anak -- untuk mencari solusi. Maukah Wiranto Arismunandar menggelar dialog dengan masyarakat atau bahkan sarjana?Agus Basri dan Asikin (Bandung)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini