Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Irian Tanpa Bapak Dari Adora

Gubernur Irian Jaya Izaac Hindom terpilih untuk masa jabatan kedua. ia mengundurkan diri. Diduga ia terkena ketentuan PP nomor 10/1983. Siapa pengganti yang akan ditawarkan untuk dipilih belum diketahui.

24 Oktober 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SAAT-saat akhir tugas Gubernur Izaac Hindom mengundang berbagai tanda tanya. Seusai masa jabatannya yang pertama, Gubernur Irian Jaya itu sudah pasti terpilih lagi untuk jabatan 1987-1992. Sidang pleno DPRD 26 September lalu memberikan suara terbanyak bagi Izaac Hindom. Ia merenggut 35 dari 45 suara pemilih. Calon pendamping lainnya: S.H. Gultom mendapatkan enam pemilih dan Samiyana cuma empat suara. Rencana semula, Gubernur Izaac, 53 tahun, akan dilantik 12 November mendatang. Jalan mulus itu rupanya tidak selalu dilewatinya. Pekan lalu, Gubernur Ir-Ja itu menghadap Mendagri Soepardjo Rustam. Dalam pertemuan dengan Menteri, konon, Gubernur Izaac Hindom menyatakan niat mengundurkan diri. Pekan ini, kata sumber TEMPO di Depdagri, Izaac Hindom diharapkan sudah mengirimkan surat pengunduran diri ke Jakarta. Surat tersebut sangat diperlukan guna menetapkan siapa yang akan menggantikannya dan sekaligus pengaturan pemilihan gubernur baru. Masa jabatan Izaac periode ini akan selesai 12 November ini. Gubernur yang dikenal kebapakan itu dilahirkan di Adora, Fak-fak, 23 Desember 1934. Menurut sumber TEMPO di Depdagri, ia memilih mengundurkan diri karena terkena ketentuan PP Nomor 10/1983. Ketentuan itu menyebutkan, seorang pegawai negeri tidak boleh memiliki istri lebih dari satu. Pak Izaac, yang sebelum pemilihan memang sempat digosipkan beristri baru di Jakarta, di depan Mendagri konon berterus terang. Ketika dihubungi TEMPO di kantornya Senin siang, Izaac Hindom belum bersedia memberikan komentar. Tetapi beberapa stafnya membenarkan, keberangkatannya awal pekan lalu ke Jakarta memang untuk menghadap Mendagri. Yang belum jelas, benarkah Pak Gubernur putra Ir-Ja ini mengajukan permohonan mundur sebagai calon terpilih kepala daerah Ir-Ja. Jika benar, bagi Depdagri, kasus semacam itu agaknya tidak terlalu pelik. "Jika ia mundur, itu adalah hak yang bersangkutan," kata Feisal Tamin, juru bicara dan staf ahli Depdagri. Untuk selanjutnya, tanggung jawab sepenuhnya diserahkan kepada DPRD. "Karena mereka yang harus mencalonkannya," katanya. Artinya, bisa diadakan pemilihan ulang atau mengambil urutan berikutnya dari hasil pilihan yang lalu. Ketua DPRD Ir-Ja, Bas Suebu, mengaku belum mendapat pemberitahuan perihal mundurnya Pak Izaac. "Tugas DPRD adalah mengadakan pemilihan calon gubernur," katanya. Pemilihan telah dilakukan 26 September 1987. "Hasil pemilihan DPRD itu kemudian disampaikan kepada Presiden lewat Mendagri," katanya kepada TEMPO. Selanjutnya, Presiden akan memilih daftar calon yang diusulkan DPRD. "Sampai di situ saja tugas kami sebagai lembaga yang memilih," kata Bas Suebu. "Bahwa setelah itu ada masalah, itu di luar wewenang kami." Terlepas dari mulusnya proses pemilihan Izaac Hindom, Bas Suebu tidak membantah adanya kelompok yang kecewa dan ingin mendepak Gubernur dari kursinya. Harus diingat, kata Bas Suebu, mereka yang kecewa itu sebagian besar tidak berasal dari masyarakat yang tinggal di Ir-Ja. "Buktinya, DPRD hasil pemilu masih tetap memilih Izaac Hindom," katanya. Yang sah dianggap sebagai wakil rakyat Ir-Ja adalah DPRD. Bukan orang Irian yang di Jakarta atau tempat lain. "Bagaimana kita bisa memperhatikan aspirasi mereka ini jika mereka bukan masyarakat yang tinggal di Irian?" tuturnya. Mereka yang bersuara keras dan menyerang kepemimpinan di Jayapura itu, katanya, adalah orang Irian yang tidak melihat kenyataan di sana. Mereka melihat persoalan dari Jakarta atau tempat lain. Beberapa kelompok yang melancarkan protes antara lain Badan Koordinasi Organisasi Mahasiswa Irian Jaya se-Jawa. Kelompok ini menolak pemilihan Izaac Hindom karena ia dianggap kurang dekat dengan masyarakat Ir-Ja sendiri. Protes serupa juga datang dari sejumlah orang yang mengatasnamakan diri kepala suku. Yang agaknya lebih keras adalah mereka yang mengaku cendekiawan dan mahasiswa Ir-Ja. Mereka sangat keberatan dengan hasil pemilihan Izaac untuk duduk di kursi gubernur. Salah satu sebab, Gubernur dicurigai telah melakukan skandal seks. Kelompok yang disebut terakhir dengan terbuka menyebutkan calon yang tepat untuk gubernur provinsi itu adalah Isaac Saujay. Ia anggota FKP DPR, pernah dicalonkan fraksi untuk duduk dalam kepemimpinan Komisi IX. Konon, ia ditolak pimpinan Golkar di DPP karena alasan kurang loyal, lantaran ditampilkan kelompok kecewa itu sebagai tandingan Izaac Hindom ketika itu. Protes atas keadaan Ir-Ja bukan cuma soal suka atau tidak suka Izaac Hindom naik kursi lagi. Sekelompok orang, mengatasnamakan diri sebagai Bangsa Papua, menuntut pemerataan pembangunan ke daerah, suasana politik yang baik, terbuka. Kepemimpinan Izaac Hindom dan Soegijono, eks wakil gubernur, dianggap justru merugikan rakyat Irian. Dalam suratnya kepada Presiden, kelompok ini minta agar Izaac dibatalkan sebagai calon gubernur. Mereka juga mengkritik Soegijono, karena menghabiskan anggaran untuk keliling daerah, mencari popularitas rakyat. Lewat surat yang dikirim kepada Presiden, mereka menuntut kekayaan Ir-Ja harus untuk pembangunan dan dinikmati rakyat Ir-Ja. Mereka, dalam dokumen itu, bahkan mengancam akan menggunakan kekerasan jika tuntutannya ditolak. Mundurnya Izaac Hindom mungkin ada hubungan dengan gelombang protes yang menggelinding jauh hari sebelum pemilihan. Bas Suebu, yang dikenal dekat dengan Gubernur, ketika dihubungi TEMPO di tengah kesibukan Rapim Golkar di Jakarta, mengaku belum diberi tahu soal pengunduran itu. Sebagai ketua DPRD, Bas juga mengaku belum melihat siapa yang akan dicalonkan menggantikan Izaac. "Yang akan dipilih DPRD nanti adalah calon yang mendapat restu Mendagri," kaunya. Sampai awal pekan ini, Depdagri belum mengumumkan pengunduran diri Izaac Hindom. Juga siapa pengganti yang akan ditawarkan untuk dipilih DPRD Ir-Ja nanti. Beberapa nama mulai beredar. Kecuali Isaac Saujay, juga disebut-sebut nama Bas Suebu sendiri. Sebagai bekas pimpinan KNPI Ir-Ja, Bas dianggap putra daerah yang punya peluang besar, karena beberapa pihak di Jakarta, konon, sudah memberikan lampu hijau. A. Margana, Yopie Hidayat (Jakarta), dan M. Baharun (Malang)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus