MINGGU sore lalu, sebuah kereta rel listrik (KRL) dari Jakarta yang sedang meluncur menuju Depok mendadak berhenti di persimpangan jalan raya. Aliran listrik ternyata putus. Dan lalu lintas pun macet. Aliran listrik tak hanya putus di Depok. Sejak pukul 16.30 hari itu, aliran listrik diseluruh wilayah Jakarta, Bogor, Bekasi, dan sebagian Tangerang juga putus. Sebagian kota di Jawa Barat dan Jawa Tengah ternyata juga terkena. Maka, malamnya, gelap pun menguasai Jakarta. Lampu lalu lintas yang mati mengakibatkan sebagian jalan macet total. Ribuan murid yang Senin esoknya harus mengikuti EBTA tingkat nasional terpaksa memakai lilin untuk belajar. Lilin-lilin kecil memang berpancaran di seluruh Jakarta malam itu. Aliran air dari PAM ikut terhenti. "PAM belum memiliki alat pembangkit listrik sendiri. Kalau aliran PLN mati, PAM juga ikut mati," kata Direktur Teknik dan Produksi PAM Muzahiem Mokhtar. Sekitar pukul 20.00, sebagian aliran listrik di Jakarta bisa dipulihkan lagi. Putusnya aliran listrik pada hari Minggu tak terlalu membawa bencana karena pada hari libur itu hampir semua industri atau pertokoan tutup. Sebagian toko yang masih buka memang terpaksa memakai lampu petromaks atau menutup diri. Tapi ada juga yang memetik keuntungan. "Toko kami diserbu lebih banyak pembeli karena kami memiliki generator sendiri," ujar seorang karyawan supermarket Hero di Blok M. Sebagian besar rumah sakit Jakarta juga tak terganggu karena memiliki generator sendiri. Mengapa aliran listrik putus? Perusahaan Umum Listrik Negara, sembari meminta maaf, Senin pekan ini menjelaskan: gangguan itu akibat sambaran petir yang menyebabkan terputusnya hubungan interkoneksi Jawa Tengah-Jawa Barat/DKI Jakarta. Ini mengakibatkan kerusakan pada unit IV PLTU Muara Karang, Jakarta. Jakarta memperoleh listriknya dari beberapa sumber: 130 MW dari Jatiluhur, 300 MW dari Muara Karang, dan "sumbangan" 100 MW dari PLTU Semarang. Menurut sebuah sumber di PLN, sekitar pukul 16.30 hari Minggu lalu, terjadi temporary fault (kerusakan sementara) di gardu induk Krapyak (Semarang). "Kemungkinan besar karena saluran tegangan menengah disambar petir," ujarnya. Hingga saluran listrik 100 MW ke Jakarta dan Bandung terputus. Karena hilangnya secara tiba-tiba sumber listrik dari PLTU Semarang itu, sumber listrik lainnya untuk Jakarta dari Jatiluhur dan Muara Karang mendapat beban tambahan secara mendadak pula. Akibatnya, alat pengaman "jatuh", dan aliran listrik untuk Jakarta dari kedua sumber itu turut terputus. Dan diperlukan beberapa jam untuk menormalkan aliran listrik itu. Gelap pernah pula merajai Jakarta pada 1980. Waktu itu kawat tegangan tinggi di Ancol mengalami korstsluit (arus pendek) karena terkena kembang api.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini