Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Tsunami Aceh 2 Dekade Silam, Memori Duka yang Tak Pernah Terlupakan di Separuh Asia

Hari ini di 2004, Tsunami Aceh dari gempa 9,3 SR yang merenggut 250.000 korban jiwa, kembali dikenang sebagai peristiwa memilukan.

26 Desember 2024 | 23.57 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Keluarga korban Aisha Rana Zhafirah berziarah di kuburan massal korban gempa dan tsunami Ulee Lheue di Banda Aceh, Aceh, 26 Desember 2024. Bencana gempa bumi berkekuatan 9,1-9,3 skala Richter yang disusul gelombang tsunami itu mengakibatkan 230 ribu orang meninggal dunia di 13 negara sepanjang Samudera Hindia pada 26 Desember 2004. REUTERS/Willy Kurniawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Peristiwa Tsunami Aceh yang terjadi pada 26 Desember 2004 silam masih meninggalkan duka mendalam bagi masyarakat Indonesia, khususnya seantero Aceh. Peristiwa yang terjadi 20 tahun lalu tersebut memakan ratusan ribu korban tersebut menjadi salah satu bencana alam tsunami terhebat yang pernah terjadi di dunia.

Tsunami Akibat Gempa Berkekuatan 9,3 SR

Peristiwa Tsunami Aceh disebabkan karena terjadinya gempa bumi di dasar laut. Titik gempa yang terjadi saat itu terletak di sebelah barat perairan Aceh. Gempa tersebut menyebabkan getaran dahsyat hingga menggetarkan dasar laut di Sumatra bagian barat daya dengan jarak 20 hingga mencapai 25 kilometer dari pantai. Gempa tersebut hingga kini tercatat sebagai salah satu gempa terhebat dengan besaran 9,3 SR. Dampak dari gempa besar tersebut adalah tsunami yang terjadi tidak lama setelah gempa berlangsung.

Gempa pertama kali terjadi pada pukul 07.59 WIB. Tidak hanya Indonesia, gempa tersebut turut dirasakan dan berdampak pada belasan negara lain. Gelombang tsunami yang muncul langsung menerjang pesisir yang ada di negara Asia Tenggara, seperti Indonesia, Malaysia, Myanmar, Thailand, dan bahkan beberapa negara di Asia Selatan, termasuk di antaranya Sri Lanka, Maldives, hingga wilayah India.

Saking besarnya gelombang tsunami yang ada, wilayah jauh, seperti sejumlah negara di pantai timur Afrika, yakni Somalia dan Seychelles, turut terjangkau ombak besar. Terdapat 303 orang korban jiwa di wilayah tersebut.

Banyak negara yang ikut terkena dampak dari gempa tersebut. Indonesia, terkhusus Aceh, menjadi negara yang terdampak paling besar dari fenomena tersebut hingga muncul penamaan Tsunami Aceh. Dampak Tsunami Aceh 20 tahun silam tersebut paling parah dialami oleh Kota Banda Aceh, Aceh Besar, Aceh Barat, dan Aceh Jaya. Beberapa wilayah lainnya di sebelah timur Aceh, seperti Pidie, Bireuen, dan Lhokseumawe tidak terkecuali.

Ratusan Ribu Korban Terdampak

Gempa berkekuatan melebihi 9 magnitudo ini telah menimbulkan 250 ribu korban jiwa berjatuhan di 11 negara yang turut terdampak. Di Aceh sendiri, ada lebih dari 160 ribu orang dinyatakan meninggal dunia. 

Berdasarkan data dari Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh-Nias (BRR Aceh-Nias), sebanyak 93.285 orang dinyatakan hilang. Sementara itu, 500 ribu orang harus kehilangan tempat tinggal dan 750 orang harus kehilangan pekerjaannya akibat rusaknya seluruh fasilitas publik.

Terdapat lebih dari 100 ribu rumah sejauh lima kilometer dari bibir pantai di Kota Banda Aceh, Kabupaten Aceh Besar, Aceh Jaya, dan Aceh barat harus rusak diterjang ombak tsunami yang datang secara cepat.

Masjid Al Maghfirah Habib Chiek setalah gempa bumi dan tsunami di Aceh Besar, Aceh pada 31 Desember 2004 (kiri) dan lokasi yang sama pada 22 Desember 2024. REUTERS/Kim Kyung Hoon/Willy Kurniawan

Masyarakat yang selamat dan menjadi penyintas tidak lantas terbebas dari penderitaan. Mereka harus menghadapi trauma karena gempa masih terus mengguncang setiap sekitar 20 menit. Tsunami susulan mungkin saja harus mereka hadapi kala itu. Banyak dari mereka yang telah terpisah dengan keluarga saat tsunami telah meluluhlantakkan daratan Aceh. Kondisi tersebut diperparah oleh putusnya saluran komunikasi dan aliran listrik. Para keluarga di luar wilayah Aceh dan wilayah yang terdampak lainnya kesulitan untuk mengetahui kondisi bahwa posisi dari kerabat mereka. 

Mayat-mayat korban Tsunami Aceh terhambat untuk dievakuasi karena parahnya kondisi yang ada. Mereka yang cedera dan mengalami luka-luka tidak bisa langsung mendapatkan penanganan sesegera mungkin akibat timpangnya jumlah tenaga medis yang dikerahkan dengan banyaknya korban. Kondisi lingkungan sekitar masih hancur dan belum mendapatkan penanganan. Kesulitan untuk mengevakuasi korban mengalami tantangan atas tertutupnya puing-puing bangunan dan pepohonan yang roboh. 

Hal tersebut membuat peristiwa Tsunami Aceh terus dikenang untuk menjadi pelajaran bersama agar duka dan kerusakan yang terjadi tidak lagi dirasakan di kemudian hari. Hari ini 2004, Aceh, Indonesia, dan dunia berduka cita.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hendrik Khoirul Muhid, M. Ihsan Hurhidayah, dan Antara  berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan editor: Aceh Sebelum dan Sesudah Tsunami 30 Meter Menerjang pada 2004

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus