PENYAKIT congek, gangguan pendengaran, ada di mana-mana. Di Amerika, kabarnya, terdapat 24 juta penderita congek, dari tingkat yang ringan sampai yang kebangetan. Di Jerman Barat tercatat ada 11 juta penderita. Tak semua penderita gangguan telinga itu bersedia cepat-cepat memasang alat bantu. Di Jerman Barat, misalnya, sebuah riset mengungkapkan bahwa diperlukan waktu tujuh tahun bagi seorang penderita "sakit" pendengaran untuk bisa terbujuk mengenakan alat bantu itu. Bagi para penderita gangguan kuping itu, Siemens, perusahaan elektronik di Munich, Jerman Barat, menawarkan alat bantu pendengaran generasi mutakhir, yang diberi nama Triton. Dilengkapi dengan microchip, tiga buah sensor, dan program digital, kepada pemakainya Triton menjanjikan bunyi yang lebih jelas dan jernih. Tiga buah sensor itu masing-masing bekerja melayani frekuensi suara yang berbeda: tinggi, sedang, dan rendah. Desing peluru atau bunyi pesawat terbang, misalnya, menjadi santapan sensor frekuensi tinggi. Suara omongan manusia diurus oleh sensor frekuensi sedang. Oleh mikroprosesor yang ada, suara-suara itu diolah, jika terlalu lemah dikeraskan, bila kelewat kencang dilembutkan. Pun suara yang dibisikkan akan lebih jernih, karena sistem digital yang ada akan "menyetem" setiap bunyi yang akan muncul untuk berada dalam selang frekuensi yang sempit. Siemens mengklaim Triton merupakan alat bantu pendengaran yang paling kecil ukurannya, sehingga nyaman dikenakan di belakang telinga. Triton juga bisa digabung dengan kaca mata. Gabungan alat bantu pengindria penglihatan dan pendengaran itu diproduksi pula oleh Siemens, dengan nama Minos. Dengan mencantelkan alat dengar itu keframe kaca mata, tepat di belakang telinga, para pemakai akan merasa lebih nyaman. Siemens menyediakan lensa plus, minus, atau netral, untuk Minos.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini