Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA -- Direktur Center For Petroleum and Energy Economic Studies Kurtubi mendesak pemerintah mempercepat dan memperluas pembangunan jaringan gas kota. "Program gas kota itu positif, tapi seharusnya sudah sejak dulu dilakukan dan pembangunannya lebih massal," ujarnya ketika dihubungi Tempo kemarin.
Kurtubi menjelaskan, pembangunan jaringan pipa gas dapat dijadikan satu atau bersisian dengan jaringan pipa air minum agar selesai lebih cepat. "Kalau dijadikan satu bangunannya, tidak bakal kena hambatan pembebasan lahan. Jadi bisa lebih cepat dan menjangkau banyak rumah tangga," katanya.
Lagi pula, pembangunan infrastruktur gas kota tidaklah terlalu rumit. Hanya perlu menyambung pipa dari blok gas terdekat, lalu dialirkan ke rumah tangga di wilayah tersebut.
Harga gas kota juga akan lebih murah ketimbang elpiji karena tidak memerlukan biaya tambahan. Karena lebih murah dan minim risiko, gas kota dapat menjadi pilihan bagi masyarakat.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral berencana menyambung jaringan distribusi gas bumi bagi 25.200 rumah tangga sepanjang 2011 di beberapa daerah.
Pembangunan jaringan gas bumi ini juga digarap dengan menggandeng para Kontraktor Kontrak Kerja Sama, yang nantinya akan memasok gas untuk pipa jaringan.
Investasi yang dibutuhkan setidaknya Rp 50 miliar untuk menyambung jaringan gas dalam satu kota. Tarif yang dipatok untuk gas sebesar Rp 2.000 per meter kubik, lebih murah ketimbang harga elpiji.
Tahun lalu, pemerintah menyambung jaringan gas bumi untuk 13.166 rumah tangga yang terpasang di Tarakan, Depok, Bekasi Tahap I, dan Sidoarjo. Sedangkan pada 2009, hanya terpasang 6.211 jaringan gas bumi untuk rumah tangga di Palembang dan Surabaya.
Pertamina EP akan memasok kebutuhan gas kota rumah tangga dengan melakukan kontrak jual-beli kepada dua badan usaha milik daerah, yaitu PT Sinergi Patriot Bekasi dan PT Jabar Energi.
Jumlah penyerahan harian kepada Sinergi Patriot sebesar 50 ribu standar kaki kubik per hari (MSCFD) dengan jumlah kontrak keseluruhan sebesar 216.600 ribu standar kaki kubik (MSCF) selama lima tahun.
Adapun pasokan gas dari Pertamina EP kepada Jabar Energi sebesar 100 ribu MSCFD dengan jumlah kontrak keseluruhan sebesar 280.800 ribu MSCF selama lima tahun.
"Perkiraan total nilai perjanjian jual-beli kepada dua perusahaan tersebut sebesar US$ 1,47 juta," ujar pelaksana tugas harian Presiden Direktur Pertamina EP Syamsu Alam. Pasokan gas tersebut berasal dari lapangan Pertamina EP Wilayah Jawa.
Selain Pertamina EP, pasokan untuk gas rumah tangga akan dipasok oleh tiga Kontraktor Kontrak Kerja Sama lainnya, yaitu Total E&P Indonesie, Energy Sengkang, dan Medco E&P.
Wakil Badan Pelaksana Hulu Minyak dan Gas Bumi Hardiono menyatakan lokasi gas untuk kebutuhan rumah tangga 2011 mencapai 7,938 miliar kaki kubik (BCF).
"Total kontrak untuk penandatanganan jual-beli gas tersebut mencapai US$ 11,5 juta," ujarnya. Jumlah tersebut untuk lima wilayah di Indonesia, yakni Bontang, Bekasi, Mahakam, Tarakan, dan Sidoarjo. GUSTIDHA BUDIARTIE | EFRI RITONGA
Rencana Jaringan Gas Kota
Kota/Kabupaten | Nama Desa | Jumlah Sambungan Rumah |
Bontang | Gunung Elai, Api-api | 4.000 |
Sengkang | Lapongkoda, Siengkang, Madukeleng, Atakea, Lempa, Bulu Pabulu | 4.000 |
Rusun Jabodetabek | 24 Rumah Susun | 11.000 |
Bekasi Tahap II | Perumnas Bojong, Rawa Lembu | 2.200 |
Sidoarjo Tahap II | Tambaksawah, Medaeng | 4.000 |
SUMBER: KEMENTERIAN ESDM |
GUSTIDHA BUDIARTIE | EFRI RITONGA
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo