Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Letnan Kolonel CAJ Ahmad Husein: "Kami Tidak Akan Menyandera, Kami Langsung Membunuh"

24 Mei 2004 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TAK mudah bagi TNI menyikapi proses pembebasan wartawan RCTI Ferry Santoro dan sandera sipil lainnya yang berbulan-bulan ditahan Gerakan Aceh Merdeka. Proses negosiasi oleh Palang Merah Internasional dan Palang Merah Indonesia alot dan memakan waktu. Padahal waktu yang diberikan hanya 36 jam.

Ferry akhirnya bebas juga. Namun, enam wartawan yang ikut tim negosiator sempat dibawa ke gunung dan dikabarkan ganti disandera GAM. Ketegangan baru pun terpicu. Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto sudah memerintahkan anak buahnya bersiaga dan menyerbu lokasi pembebasan. Untunglah, Pangdam Iskandar Muda Mayjen TNI Endang Suwarya meminta perpanjangan waktu pembebasan. Para sandera akhirnya bebas dengan selamat.

Bagaimana dan mengapa TNI berubah sikap? Berikut petikan wawancara Yuswardi Ali Suud dari TEMPO dengan Kepala Penerangan Kodam Iskandar Muda, Letnan Kolonel CAJ Ahmad Husein S., di Banda Aceh, Sabtu pekan lalu. Saat proses pembebasan sandera, Ahmad Husein berada di Langsa, Aceh Timur.

Bagaimana negosiasi pembebasan sandera berlangsung?

Sebenarnya negosiasi itu dilakukan oleh ICRC dan PMI dengan GAM melalui lawyer-nya, Alamsyah Hamdani. Hasilnya ditawarkan kepada kami. Sandera akan dilepas Sabtu, 15 Mei. Kami diminta menarik pasukan dari lokasi (pembebasan). Kami penuhi. Semua pasukan di lima kecamatan sekitar lokasi kami tarik.

Memang ada sandera yang akan dilepas, Sabtu 15 Mei. Tapi Ferry Santoro tidak termasuk. Barulah terjadi negosiasi lagi pada Ahad 16 Mei dengan Ishak Daud. Akhirnya, Ferry dibebaskan dengan dua sandera lain. Namun, GAM mengatakan Ferry belum dilepas resmi. Mereka masih minta waktu sampai Senin (untuk melepasnya) dengan upacara.

Tapi waktu yang diberikan kan hampir habis. Akhirnya, Ferry dibebaskan. Tapi masih ada enam wartawan yang jadi tim negosiator yang ditahan GAM. Saat itu kami masih berpendirian waktu habis dan ini tak bisa diundur lagi. Akhirnya, tengah malam, tim negosiator melobi lagi Ishak Daud, (yang) menyatakan enam wartawan itu akan dilepas bersama sandera lain, tapi Ferry harus dibawa kembali ke gunung pada Senin untuk upacara pelepasan.

Saat itu, Pangdam melihat waktu sudah habis. Kami seperti dibodoh-bodohi GAM, diulur-ulur terus. Tapi, di sisi lain, kami juga memikirkan aspek kemanusiaan. Maka, Pangdam memberi tambahan waktu 24 jam untuk membebaskan seluruh sandera. Jadilah pada Senin sekitar pukul 14.00 WIB diadakan pelepasan seluruh sandera.

Begitu ada kabar enam wartawan ditahan GAM, benarkah Panglima memerintahkan TNI bersiaga menjelang pukul 06.00 WIB?

Ya. Perintahnya, seluruh pasukan harus turun. Tak ada wartawan di atas. Tapi ternyata setelah dicek masih ada enam wartawan tertinggal. Itu menyebabkan (suasana) semakin tegang, karena kesepakatan awalnya tak ada yang tinggal. Soal besok mau dilepas lagi lebih banyak, kami respons dengan baik. ICRC bahkan sudah menyatakan mau pulang. Kalau ICRC pulang, kami susah, karena GAM hanya percaya ICRC.

Kabarnya, PDMD awalnya juga tidak setuju perpanjangan gencatan senjata?

Pangdam bisa meyakinkan Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto agar memperpanjang waktu gencatan. Beliau bahkan bersedia mempertaruhkan jabatannya demi kemanusiaan. Alhamdulillah, beliau berhasil dan Panglima TNI menyetujui perpanjangan.

Waktu itu, kenapa TNI begitu percaya pada GAM?

Sebenarnya kami tak percaya 100 persen itu akan terjadi. Ada kekhawatiran dari kami karena kami kenal betul Ishak Daud. Sering kali rencana pembebasan diulur-ulur. Tapi, saat GAM membebaskan sejumlah sandera di tahap awal, kami lihat ada itikad baik. Kami utamakan nasib sandera. Nilai-nilai kemanusiaan itulah yang kami respons.

Mengapa proses pembebasan sandera termasuk Ferry begitu lama? Apa hambatannya?

Kami melihat ICRC dan PMI serius menangani masalah ini. Kami pun demikian. Tapi GAM belum percaya. Juga ada kendala teknis, soal bagaimana mereka melepas seluruh sandera. Apalagi, seperti dikatakan Ishak Daud, para sandera tak berada di satu tempat. TNI sebenarnya kapan saja siap.

Berapa total sandera yang dilepas?

Hari pertama ada 22 sandera, lalu 3 orang, dan hari ketiga, selain 6 wartawan, ada 115.

Semuanya sandera?

Klaim Ishak Daud seperti itu.

Temuan TNI sendiri bagaimana?

Setelah pengecekan kesehatan, ternyata sebagian besar bukan sandera. Ada juga orang kampung di sekitar situ. Mereka sempat bercerita hanya ikut rombongan itu karena suaminya sehari sebelumnya juga ikut berobat. Ada juga yang disuruh pergi karena katanya ada pengobatan gratis.

Sebenarnya, yang disandera berapa?

Hari pertama hanya tiga, kedua dan ketiganya semuanya warga kampung yang dikerahkan GAM.

Bagaimana nasib mereka sekarang?

Mereka ada yang sedang berobat, ada yang kembali ke kampungnya, dan ada yang minta jaminan keamanan karena takut sama Ishak Daud.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus