Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Mahasiswa Berseragam Yang Berlagak

Citra Resimen Mahasiswa (Menwa) di kampus-kampus sedang memburuk. Mereka ada yang sok kuasa. Di Usakti terjadi perkelahian antara Menwa dan mahasiswa non Menwa. juga terjadi di uns, unas & politeknik jawa dwipa.

19 November 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI kampus Universitas Trisakti (Usakti), Jakarta, peringatan Hari Pahlawan, Kamis pekan lalu, dilangsungkan dengan kelewat "semangat". Usai upacara bendera, ratusan mahasiswa Fakultas Teknik Industri (FTI) Jurusan Mesin terlibat adu jotos dengan anggota Menwa (Resimen Mahasiswa) universitas swasta itu. Terjadi korban ringan di kedua pihak, banyak kepala yang benjol dan memar. Kaca nako di asrama Batalyon 14 Resimen Mahasiswa Unit Usakti itu berantakan. Kursi dan meja porak poranda. Sebuah amplifier rusak berat. Uang sebanyak Rp800 ribu amblas. Di halaman kampus, sebuah sedan Corona warna merah ikut jadi korban. Kaca belakangnya hancur. Pintu samping kiri penyok. Untunglah, keributan yang dimulai seusai upacara itu tak sampai meluas. Beberapa polisi dari Polsek Grogol dan Polres Jakarta Barat serta tentara dari Kodim 0503 segera berdatangan. "Kami datang dalam keadaan sudah aman," kata Letkol. Suaidi Marasabessy, Komandan Kodim 0503. Kendati begitu, hingga sore hari sejumlah polisi dan tentara berpakaian preman masih tampak berkeliaran di kampus Usakti. Untuk menjaga stabilitas kampus, sejak Jumat lalu, mahasiswa FTI Jurusan Mesin diliburkan. "Supaya tenang dulu," kata seorang petugas. Sampai Senin pekan ini kegiatan perkuliahan masih dibekukan. Tapi mahasiswa yang terlibat adu jotos itu sudah masuk kampus. Mereka dikumpulkan di auditorium mendengarkan pengarahan Pembantu Dekan II FTI. Kenapa sampai timbul aksi jotos itu? "Hanya kenakalan mahasiswa saja. Tidak ada unsur politisnya," kata Drs. Abdul Kadir, Pembantu Rektor III Usakti. Masalahnya sepele. "Beberapa waktu lalu ada anggota baru Menwa berlatih larii. Terus ada yang mengejek. Lalu saling ejek," katanya. Menurut beberapa mahasiswa, ketegangan itu sudah ada tatkala poster pengumuman penerimaan anggota baru Menwa dicorat-coreti tangan jail. Suhu memanas karena masih tersimpan rasa kurang puas pada anggota Menwa. "Anggota Menwa pada berlagak. Mereka sok merasa agoan, terutama kalau sedang berpakaian seragam," kata mahasiswa FTI yang enggan disebutkan namanya. Rasa tak puas dan saling ejek kemudian meletup di Hari Pahlawan itu. Ratusan mahasiswa FTI Jurusan Mesin menyerbu barisan Menwa. Asrama Batalyon Menwa yang terletak di belakang kampus diobrak-abrik. Papan nama Menwa dicabut dan diinjak-injak. Bahwa anggota Menwa sering dikecam lantaran banyak lagak, itu diakui oleh Stefanus Wawolangi, Kabag-1 Otorita Pembinaan Wilayah Kampus Usakti. "Maklum, namanya saja anak muda. Diberi pakaian mentereng, ya, bergaya," kata bekas Kasi-1 Intelpam Menwa Batalyon 14 Unit Trisakti ini. Citra Menwa di kampus-kampus memang lagi buruk. Sejumlah kasus perkelahian di beberapa perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta, ternyata melibatkan "tentara kampus" ini. Baik sebagai individu maupun kelompok. Padahal, tugas pokok Menwa antara lain menciptakan stabilitas kampus. Yakni dengan meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan serta persaudaraan segenap anggota Menwa khususnya dan segenap mahasiswa umumnya. Akhir Oktober lalu, dua mahasiswa Politeknik Jawa Dwipa, Semarang, Amir dan Edy, diinterogasi dan digebuki tujuh anggota Menwa. Sehari sebelumnya, Amir dan Edy meneror anggota Menwa Gianto malam-malam. Gianto bahkan sempat kena bogem mentah, lalu melaporkan kejadian itu ke sesama anggota Menwa. Amir dan Edy dipanggil ke Posko dan digebuki. Keributan ini gara-gara cewek. Tindakan main pukul itu kontan dikecam. "Mereka tidak berwenang menginterogasi, lebih-lebih sampai memukuli. Itu menyalahi kode etik Menwa," kata Endung Tri Winarno, Dan Yon Menwa 912 Akademi Keuangan dan Akuntansi Semarang, yang membawahkan Menwa Politeknik Jawa Dwipa. Ketujuh Menwa itu dianggap indisipliner. "Untuk sementara kartu keanggotaan mereka kami cabut," kata Endung. Dua anggota Menwa UNS (Universitas Negeri Sebelas Maret) Solo bahkan menggebuk seorang dosen. Kejadiannya sudah agak lama. Waktu itu, pertengahan April lalu, berlangsung Pentas Seni. Pembawa acara, sesuai permintaan panitia, meminta musik pengiring menyanyikan lagu dangdut. Pemain musik ternyata menyanyikan keroncong. Dua anggota Menwa yang bertugas marah dan memukul Budi Santoso, salah seorang pemusik. Budi ternyata dosen di Fakultas Hukum UNS. Malam itu Budi tak melawan. Tapi esoknya, sekitar 40 mahasiswa hukum mendatangi Posko Menwa dan keributan pun pecah. Tapi, "Persoalan itu sudah selesai dengan musyawarah," kata Purek III UNS, Drs. Parwoto. Kepada dua anggota Menwa itu dikenakan sanksi. "Selama satu semester tidak diperbolehkan mengikuti kegiatan akademis," kata Parwoto lagi. Di Universitas Nasional (Unas), Jakarta, beberapa waktu lalu juga terjadi keributan antara mahasiswa dan Menwa. Bahkan kasus ini sampai diadukan ke LBH. Namun Komandan Satuan Menwa Unas, Herlan Angga Kusuma, menolak anggapan Menwa sering berlaku kasar, "Kami memang pernah ribut. Tapi dengan mahasiswa yang suka mabuk-mabukan," kata Herlan. Menjadi anggota Menwa sudah tak diminati mahasiswa lagi. Bahkan ada kesenjangan antara mahasiswa yang Menwa dengan non-Menwa. Mahasiswa non-Menwa sering mengejek anggota Menwa sebagai "alat penguasa". "Sejak diberlakukannya NKK/BKK, Menwa tak disukai mahasiswa," kata Tommy Prayogo, dosen Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung. Menurut bekas Dan Yon 2 Menwa Unpad periode 1971-1973 ini, kebijaksanaan NKK/BKK menyebabkan mahasiswa tak bisa lagi melakukan politik praktis. Akibatnya, orientasi mahasiswa yang dulu ke luar kini beralih ke dalam. Muncullah konflik antara anggota Menwa dan mahasiswa biasa. "Dulu anggota Menwa juga ada yang petantang-petenteng dan sok hebat. Hanya saja, ekses itu tertutupi karena perhatian mahasiswa lebih ke luar kampus," ujar Tommy lagi. Namun, "sejak didirikan, fungsi dan tugas pokok Menwa sebagai pengamanan dan stabilator kampus tidak berubah." Menwa lahir dari kegiatan sejumlah mahasiswa di Fakultas Kedokteran Unpad. Ketika itu, 1959, ABRI sedang giat-giatnya menumpas gerombolan DI/TII Kartosuwiryo. Tim medis FK-Unpad yang akan ikut diterjunkan ke medan operasi memperoleh latihan militer di Kodam Siliwangi. Tim ini kemudian disebut Resimen Mahawarman dan diresmikan 13 Juni 1959. Inilah cikal bakal Resimen Mahasiswa yang dikaitkan dengan fungsinya sebagai salah satu unsur pertahanan sipil (Hansip). Setelah Resimen Mahawarman di Unpad, di UI Jakarta terbentuk Resimen Mahajaya, 1962. Menwa semakin berkibar namanya setelah Presiden Soekarno mengomandokan "Trikora". Sejumlah sukarelawan dikirim ke Irian Jaya, termasuk anggota Menwa. Tahun-tahun selanjutnya, Menwa terbukti ampuh menangkal penyusupan PKI ke kampus-kampus. "Karena itu, Aidit pernah minta kepada Presiden Soekarno agar membubarkan Menwa," tutur J.P. Soebandono, Presiden Direktur PT USI-IBM, yang pernah jadi aktivis Menwa. Anggota Menwa juga ada yang diikutsertakan dalam Kontingen Garuda ke Timur Tengah. cara struktural pembinaan Menwa dilakukan tiga departemen, yakni P dan K, Hankam, dan Dalam Negeri. Di kampus, Menwa setingkat kedudukannya dengan unit kegiatan lain seperti pramuka dan paduan suara mahasiswa. "Jadi, tidak ada istilah anak emas. Karena itu, kewenangan, tugas, hak, dan kewajibannya sama," kata Dr. Ir. Joenil Kahar, Pembantu Rektor III ITB. Menwa di ITB memang tak "sok kuasa". Kalau ada keributan antarmahasiswa, Menwa pun tidak langsung turun tangan. "Itu tugas satpam. Kami hanya bisa menasihati secara pribadi," kata Epsy Budiharjo, Dan Yon I Menwa ITB. Begitu pula Menwa di UI. "Kami lebih mementingkan kebersamaan," kata Suryono, Dan Menwa UI periode 1987-1988. Bila timbul ketegangan, biasanya mereka memilih menahan diri. Tak ada perkara gagah-gagahan di sini. Yusroni Henridewanto dan Biro-Biro

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus