Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Mahasiswa kakak asuh

Sejumlah mahasiswa univ.parahyangan bandung menjadi kakak asuh murid sd. tahap ini yang dijaring 7 sd negeri dari wilayah ciumbuleuit. tiap murid mendapat paket rp 49.500, dan uang sekolah.

28 Juli 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ADA semacam lelang kakak asuh di Universitas Parahiyangan Bandung. Di hadapan undangan, dosen dan sejumlah mahasiswa, awal bulan lalu, enam puluh mahasiswa ditawarkan menjadi kakak asuh siswa SD. "Saya pilih kakak ini," kata seorang murid SD. "Saya pilih kakak itu," kata bocah yang lain. Penetapan kakak asuh dilakukan lewat pemilihan bebas oleh adik asuhnya. "Mereka masih bersih, spontan, dan jujur sehingga bisa memilih sendiri," kata Febrina, koordinator acara program ini. Peminat menjadi kakak asuh yang ditargetkan Senat Mahasiswa Fisip Unpar di luar dugaan meningkat dari 35 menjadi 62 mahasiswa. Ide kakak asuh muncul pada 1987 dan mulai berjalan setahun kemudian. "Sebagai realisasi tanggung jawab sosial mahasiswa kepada masyarakat," kata Soeharto, yang juga Ketua I Senat Mahasiswa Fisip Unpar. Para mahasiswa yang menjadi kakak asuh bisa menghubungi langsung adik asuhnya. Tiap murid mendapat paket Rp 49.500 untuk pakaian seragam, tas dan buku tulis Di samping itu, uang sekolah yang dibayar langsung ke sekolah, ditanggung si kakak asuh. Adik asuh -- untuk tahap ini -- baru dijaring dari wilayah Ciumbuleuit, Bandung. Tujuh SD Negeri dan Inpres diminta mengusulkan murid berprestasi yang orangtuanya tak mampu. "Tiap sekolah kami minta mengusulkan 10 siswa," kata Soeharto. Total saat ini ada 62 murid SD yang ditanggung mahasiswa. Contoh adik asuh yang diurus kakak asuhnya adalah Yani, yang kini kelas I SMP Bina Dharma. Ia mendapat paket adik asuh tiga tahun ini, selama di SD. Kakak asuhnya, Febrina, diam-diam melanjutkan memberikan bantuan setelah Yani masuk SMP. "Saya membantu sekadar membantu," kata putri pegawai Ditjen Imigrasi yang pergi kuliah dengan mobil. Kecuali biaya masuk SMP Rp 50 ribu dan uang bulanan Rp 5.500, ia juga membimbing adik asuhnya untuk belajar. Program kakak asuh -- yang bukan sebatas menyediakan dana -- menurut Rektor Dr. Pande Radja Silalahi, merupakan kepedulian sosial yang sangat baik. "Mahasiswa memang lebih sensitif terhadap lingkungannya," katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus