Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Main Poker Marzuki vs Soeharto

Jaksa Agung menyatakan Soeharto sehat dan akan diperiksa lagi. Tapi pengacara bekas presiden itu tetap bersikeras sebaliknya.

26 Maret 2000 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KALAU tidak ada aral melintang, bekas presiden Soeharto bakal diperiksa kembali di Kejaksaan Agung pekan ini. Rencana itu diungkapkan Jaksa Agung Marzuki Darusman Kamis pekan lalu. Seandainya terwujud, berarti rencana pemanggilan Soeharto ke Gedung Bundar ini yang kedua setelah pada pekan kedua Februari upaya itu gagal. Waktu itu tim pengacara Soeharto menyatakan kliennya sakit sehingga tidak layak diperiksa.

Rupanya, kejaksaan tidak menerima alasan ini begitu saja. Mereka lantas meminta bantuan tim dokter Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo untuk melakukan uji silang kesehatan jenderal bintang lima itu. Hasilnya, menurut Marzuki, kondisi kesehatan Soeharto pada saat ini memungkinkan untuk diperiksa. Berbekal hasil inilah kejaksaan akan melakukan pemanggilan ulang.

Bila sekarang Marzuki terlihat yakin, itu karena ia hanya berpegang sepenuhnya pada hasil pemeriksaan tim dokter RSCM mengenai kondisi terkini Soeharto. Kejaksaan tidak mempersoalkan kondisi yang dianggap "sehat" itu seperti apa karena hal itu merupakan wewenang tim medis. Yang menjadi pegangan Marzuki dkk. adalah rekomendasi bahwa Soeharto bisa diperiksa lagi. Itu saja. "Kejaksaan juga tidak peduli apakah Soeharto bisa berkomunikasi dengan baik atau tidak, memiliki ingatan yang baik atau tidak, dan gambaran kondisi kesehatan lainnya," Marzuki menegaskan.

Selain itu, Soeharto dipanggil lagi karena kejaksaan telah menemukan bukti pelanggaran hukum yang dilakukannya. Bukti itu bukan hanya dari perkara yang sudah diselidiki melainkan juga dari hal lain. Sayang, Marzuki enggan merinci lebih jauh apa yang dimaksud dengan "hal lain" itu.

Yang jelas, katanya, materi pemeriksaan masih seputar masalah yayasan Soeharto. Adapun bahan-bahan yang hendak dipakai untuk memberondong diambil dari stok data yang sudah ada tetapi belum digunakan. Bedanya, dalam pemeriksaan-pemeriksaan sebelumnya pihak kejaksaan tidak menemukan bukti tindak pidana korupsi, tapi kali ini bukti itu ada. Itu sebabnya, status hukum Soeharto telah ditingkatkan menjadi tersangka.

Akankah Marzuki berhasil menghadirkan Soeharto ke Gedung Bundar? Peluangnya masih lima puluh-lima puluh. Fakta memperlihatkan bekas orang nomor satu di republik ini sudah sering terlihat normal-normal saja sejak terserang stroke Juli tahun lalu dan radang usus sebulan kemudian. Ia, misalnya, masih mampu muncul di depan umum pada pelbagai kesempatan (lihat infografis). Terakhir, pada malam Hari Raya Idul Adha, usai peringatan kematian Ibu Tien di rumahnya, Soeharto masih sanggup mengantar Presiden Abdurrahman Wahid sampai ke mobil, menunggu sampai kendaraan itu berlalu, dan melambaikan tangannya.

Namun, kuasa hukum Soeharto, Juan Felix Tampubolon, tetap bertahan pada keterangannya selama ini. Ia menyatakan, walau tampak sehat, kliennya belum dapat diajak berdialog, mulai dari yang sederhana sampai yang serius. Untuk berbicara, Soeharto harus dituntun, dibantu dengan kata-kata.

Nah, secara yuridis, menurut Juan Felix, membantu atau menuntun dengan kata-kata itu tidak dapat dipertanggungjawabkan. Karena itu, Juan Felix dan timnya pun masih menunggu kedatangan surat panggilan. Kalau panggilan itu datang, mereka akan mempelajarinya dengan matang, termasuk mempelajari hasil penelitian medis yang dilakukan oleh tim dokter RSCM. Setelah itu, tim pengacara akan mempertimbangkan apakah Soeharto dapat datang atau tidak.

Walhasil, ibarat bermain poker, baik kejaksaan maupun kuasa hukum Soeharto sekarang sama-sama memegang kartu as, yakni hasil pemeriksaan tim medis, sehingga masih sulit menentukan siapa yang bakal lebih unggul. Namun, yang jelas, pengadilan sejatinya merupakan satu-satunya tempat yang paling bagus untuk membuktikan apakah Soeharto melanggar hukum atau tidak. Karena itu, Soeharto sebaiknya datang ke Gedung Bundar, sebelum menuju ke meja hijau.

Wicaksono, Andari K. Anom, dan biro Jakarta


Jejak Kesehatan Sang Tersangka

TanggalAktivitas
20 Juli 1999
8 Agustus
26 November

28 November
8 Januari 2000
21 Januari
23 Januari

15 Maret
Terserang stroke
Terserang pendarahan usus
Meresmikan Masjid At Tien di TMII, terlihat berjalan-jalan di lingkungan masjid yang memiliki banyak tangga dan menyalami orang-orang
Nyekar ke makam Ibu Tien di Astana Giribangun, Surakarta
Salat Idul Fitri di Masjid At Tien, TMII, dan nyadran ke Yogyakarta
Terlihat berjalan tanpa tongkat memasuki Masjid At Tien, TMII
Berjalan tanpa dipapah dan memberi sambutan singkat di acara HUT ke-51 Tutut—putri sulungnya—di Cendana, Jakarta
Bertemu dan bergandengan dengan Gus Dur di Cendana dalam acara peringatan meninggalnya Ibu Tien

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus