Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rupanya, kejaksaan tidak menerima alasan ini begitu saja. Mereka lantas meminta bantuan tim dokter Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo untuk melakukan uji silang kesehatan jenderal bintang lima itu. Hasilnya, menurut Marzuki, kondisi kesehatan Soeharto pada saat ini memungkinkan untuk diperiksa. Berbekal hasil inilah kejaksaan akan melakukan pemanggilan ulang.
Bila sekarang Marzuki terlihat yakin, itu karena ia hanya berpegang sepenuhnya pada hasil pemeriksaan tim dokter RSCM mengenai kondisi terkini Soeharto. Kejaksaan tidak mempersoalkan kondisi yang dianggap "sehat" itu seperti apa karena hal itu merupakan wewenang tim medis. Yang menjadi pegangan Marzuki dkk. adalah rekomendasi bahwa Soeharto bisa diperiksa lagi. Itu saja. "Kejaksaan juga tidak peduli apakah Soeharto bisa berkomunikasi dengan baik atau tidak, memiliki ingatan yang baik atau tidak, dan gambaran kondisi kesehatan lainnya," Marzuki menegaskan.
Selain itu, Soeharto dipanggil lagi karena kejaksaan telah menemukan bukti pelanggaran hukum yang dilakukannya. Bukti itu bukan hanya dari perkara yang sudah diselidiki melainkan juga dari hal lain. Sayang, Marzuki enggan merinci lebih jauh apa yang dimaksud dengan "hal lain" itu.
Yang jelas, katanya, materi pemeriksaan masih seputar masalah yayasan Soeharto. Adapun bahan-bahan yang hendak dipakai untuk memberondong diambil dari stok data yang sudah ada tetapi belum digunakan. Bedanya, dalam pemeriksaan-pemeriksaan sebelumnya pihak kejaksaan tidak menemukan bukti tindak pidana korupsi, tapi kali ini bukti itu ada. Itu sebabnya, status hukum Soeharto telah ditingkatkan menjadi tersangka.
Akankah Marzuki berhasil menghadirkan Soeharto ke Gedung Bundar? Peluangnya masih lima puluh-lima puluh. Fakta memperlihatkan bekas orang nomor satu di republik ini sudah sering terlihat normal-normal saja sejak terserang stroke Juli tahun lalu dan radang usus sebulan kemudian. Ia, misalnya, masih mampu muncul di depan umum pada pelbagai kesempatan (lihat infografis). Terakhir, pada malam Hari Raya Idul Adha, usai peringatan kematian Ibu Tien di rumahnya, Soeharto masih sanggup mengantar Presiden Abdurrahman Wahid sampai ke mobil, menunggu sampai kendaraan itu berlalu, dan melambaikan tangannya.
Namun, kuasa hukum Soeharto, Juan Felix Tampubolon, tetap bertahan pada keterangannya selama ini. Ia menyatakan, walau tampak sehat, kliennya belum dapat diajak berdialog, mulai dari yang sederhana sampai yang serius. Untuk berbicara, Soeharto harus dituntun, dibantu dengan kata-kata.
Nah, secara yuridis, menurut Juan Felix, membantu atau menuntun dengan kata-kata itu tidak dapat dipertanggungjawabkan. Karena itu, Juan Felix dan timnya pun masih menunggu kedatangan surat panggilan. Kalau panggilan itu datang, mereka akan mempelajarinya dengan matang, termasuk mempelajari hasil penelitian medis yang dilakukan oleh tim dokter RSCM. Setelah itu, tim pengacara akan mempertimbangkan apakah Soeharto dapat datang atau tidak.
Walhasil, ibarat bermain poker, baik kejaksaan maupun kuasa hukum Soeharto sekarang sama-sama memegang kartu as, yakni hasil pemeriksaan tim medis, sehingga masih sulit menentukan siapa yang bakal lebih unggul. Namun, yang jelas, pengadilan sejatinya merupakan satu-satunya tempat yang paling bagus untuk membuktikan apakah Soeharto melanggar hukum atau tidak. Karena itu, Soeharto sebaiknya datang ke Gedung Bundar, sebelum menuju ke meja hijau.
Wicaksono, Andari K. Anom, dan biro Jakarta
Jejak Kesehatan Sang Tersangka
Tanggal | Aktivitas |
20 Juli 1999 8 Agustus 26 November 28 November 8 Januari 2000 21 Januari 23 Januari 15 Maret | Terserang stroke Terserang pendarahan usus Meresmikan Masjid At Tien di TMII, terlihat berjalan-jalan di lingkungan masjid yang memiliki banyak tangga dan menyalami orang-orang Nyekar ke makam Ibu Tien di Astana Giribangun, Surakarta Salat Idul Fitri di Masjid At Tien, TMII, dan nyadran ke Yogyakarta Terlihat berjalan tanpa tongkat memasuki Masjid At Tien, TMII Berjalan tanpa dipapah dan memberi sambutan singkat di acara HUT ke-51 Tututputri sulungnyadi Cendana, Jakarta Bertemu dan bergandengan dengan Gus Dur di Cendana dalam acara peringatan meninggalnya Ibu Tien |
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo