Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Makan Bergizi Gratis: Pelibatan Usaha Mikro dan Kecil hingga Curhat Pedagang di Kantin Sekolah

Pengamat koperasi mengusulkan warga dapat diberdayakan lewat dapur yang dimiliki untuk mengolah makanan untuk program makan bergizi gratis.

9 Januari 2025 | 18.41 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Siswa menyantap makanan saat jam istirahat sekolah di SMP 12 Semarang, 6 januari 2025. TEMPO/Budi Purwanto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PEMERINTAH memberlakukan program makan bergizi gratis (MBG) di sekolah dan posyandu di 26 provinsi di Indonesia mulai Senin, 6 Januari 2025. Ada sekitar 190 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) atau Dapur MBG yang beroperasi untuk menyediakan makanan bergizi buat anak-anak sekolah dan ibu hamil.

Pengamat Koperasi Suroto mengusulkan agar program itu dapat melibatkan masyarakat, terutama pelaku usaha mikro dan kecil, sehingga dampak ekonomi program ini turut dirasakan di level bawah.

“Usaha mikro dan kecil itu selama ini sudah ada di sektor pangan, dari pertanian pangan sampai dengan usaha kuliner. Program ini jangan hanya jadikan mereka (pelaku usaha mikro dan kecil) sebagai penonton," ujar Suroto di Jakarta pada Selasa, 7 Januari 2025, seperti dikutip dari Antara.

Dia juga berharap program ini dapat melibatkan masyarakat secara luas baik itu yang tergabung dengan koperasi maupun tidak. “Yang penting pastikan saja kantin sekolah itu jadi koperasi sebagai hub yang jalankan fungsi penyediaan makanannya,” ujarnya.

Meski demikian, Ketua Asosiasi Kader Sosio-Ekonomi Strategis (Akses) ini menyoroti soal dapur yang mengolah bahan baku, kembali dia merekomendasikan agar warga dapat diberdayakan lewat dapur yang dimiliki.

“Tidak perlu buat dapur umum baru, berdayakan dapur warga. Jangan buat dapur darurat seperti kondisi perang saja. Biar dapur rakyat, ini MBG harusnya jadi implementasi praktik ekonomi gotong royong, bukan justru jadi rebutan proyek dari para makelar yang ingin mengejar keuntungan,” katanya.

Pemerintah telah menganggarkan Rp 71 triliun untuk program MBG. Saat ini, terdapat 1.336 unit koperasi di Indonesia yang diarahkan untuk terlibat dalam program ini. Beberapa dari koperasi tersebut telah diusulkan menjadi mitra unit pelayanan program tersebut dengan pendampingan ketat untuk standardisasi dapur dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) agar siap sebagai pengelola SPPG sesuai standar.

Juru Bicara Kantor Komunikasi Kepresidenan Adita Irawati mengatakan penyaluran program MBG pada triwulan I 2025 akan bertambah sekitar 3 juta penerima manfaat dengan jumlah 1.000 titik SPPG.

Pemerintah Siapkan 28 Ribu Kuota Bagi UMKM untuk Terlibat dalam MBG

Sebelumnya, Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana mengatakan pemerintah menyiapkan banyak kuota bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk menjadi mitra pemerintah dalam program MBG. “Kuotanya ada 28 ribuan,” ucap Dadan saat dihubungi pada Ahad, 5 Januari 2025.

Dadan belum menjelaskan lebih detail tentang perjanjian dan teknis pelaksanaan kerja sama itu nantinya. Dia hanya mengungkapkan, saat ini, sudah ada sekitar 13 ribu lebih orang yang mendaftarkan usahanya untuk menjadi mitra. Adapun pendaftaran kemitraan ini dilakukan secara daring melalui laman resmi bgn.go.id.

Program yang digagas Presiden Prabowo Subianto itu telah dimulai pada Senin, 6 Desember 2025. Pada tiga bulan pertama, pemerintah akan memberikan makan bergizi gratis sebanyak 3 juta porsi.

“Nanti baru naik dua kali, di April meningkat 6 juta,” kata Tim Pokja Sistem dan Tata Kelola Badan Gizi Nasional, Niken Gandini, pada pertengahan Oktober 2024.

Curhat Pedagang di Kantin Sekolah pada Hari Pertama MBG

Adapun sejumlah pedagang di kantin sekolah mengaku dagangannya tak laku pada hari pertama pelaksanaan program MBG. Seperti diungkapkan seorang pedagang bernama Raswiti di kantin SDN Cilangkap 5 Kota Depok, Jawa Barat. 

Perempuan berusia 52 tahun itu mengatakan dagangannya tidak laku pada hari pertama digelarnya program MBG. Raswiti telah lama berjualan di sekolah yang menjadi salah satu tempat pertama pelaksanaan program MBG itu.

Dia menjual aneka jajanan yang sudah dia siapkan dari malam sebelumnya. Namun pada Senin pagi, sosis, aci goreng, hingga olahan pisang yang dia jajakan masih bertumpuk di hadapannya meski siswa telah ramai masuk sekolah.

Biasanya, dia bisa mendapatkan Rp 300 ribu per hari dari berjualan di kantin. Namun kali ini Raswiti pesimistis bisa meraup nilai penjualan yang sama setelah ada program terbaru pemerintah itu. “Boro-boro, perasaan dari tadi baru terjual 4 ribuan perak," kata dia diikuti derai tawa.

Ketika itu, siswa SDN Cilangkap 5 baru saja menerima makan gratis pada sekitar pukul 10.00 WIB. Pada hari biasa, Raswiti bisa mendapatkan sekitar Rp 50 ribu pada jam yang sama.

Raswiti sudah 20 tahun lebih berjualan di kantin sekolah SDN Cilangkap 5 Kota Depok. Beberapa bulan terakhir, dia sudah mendengar kabar kalau sekolahnya akan menerima makanan gratis dari pemerintah mulai Januari 2025.

Dua hari sebelum pelaksanaan program, pihak sekolah mengingatkan Raswiti agar mengurangi jumlah dagangannya. “Katanya jangan banyak-banyak dulu dagangannya. Takutnya berubah lah. Namanya dikasih makan gratis,” ucapnya.

Dia menuruti saran tersebut dengan mengurangi jumlah dagangannya hingga setengah dari yang biasa dia jual sehari-hari. Namun aneka jajanan yang Raswiti siapkan tetap terlihat banyak yang belum laku.

Menurut Raswiti, MBG adalah program yang baik untuk para siswa dan orang tuanya. Namun, sebagai pedagang, dia merugi. Para pedagang di SDN Cilangkap 5 juga membayar sewa kantin dan uang kebersihan untuk berjualan.

“Kalau buat anak-anak sama ibu-bapaknya, yang punya anak masih sekolah ya, istilahnya alhamdulillah dah. Kalau buat kantin mah rugi,” ucap Raswiti, tersenyum kecil.

Hal yang sama dirasakan oleh Imro'ah, pedagang di kantin yang sama. “Tadi cuma laku satu-dua. Biasanya banyak,” kata perempuan 51 tahun itu.

Imro'ah mengatakan para siswa biasanya berkunjung ke kantin sebelum jam belajar dimulai. Namun kali ini mereka tidak membeli apa-apa dari para pedagang karena menunggu pemberian makan gratis dari pemerintah.

Sultan Abdurrahman, Dede Leni Mardianti, dan Antara berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Pilihan editor:

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus