Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Berita Tempo Plus

Malam Terakhir di Bukit Peudawa

Juru kamera RCTI Ferry Santoro dibebaskan GAM melalui negosiasi yang mencekam: perundingan di perbatasan hidup dan mati. Inilah kisah wartawan TEMPO Nezar Patria yang terlibat dalam negosiasi itu.

24 Mei 2004 | 00.00 WIB

Malam Terakhir di Bukit Peudawa
material-symbols:fullscreenPerbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tiba-tiba saja saya berada dalam gelap. Malam hanya bintang. Rembulan tak ada. Di depan saya berjalan Marzuki, 24 tahun, dengan senapan mesin di pundak. Sepuluh serdadu Gerakan Aceh Merdeka (GAM) lainnya?umumnya menyandang senapan Kalashnikov?berderet mengekor di belakang saya. Tersaruk-saruk saya mengikuti gerak kaki gerilyawan itu. Lampu senter hanya boleh menyala sekilas. Menengok ke belakang, saya melihat bayang-bayang moncong senapan mereka seperti lembing yang diacungkan.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus