ANAK lelaki berumur tiga tahunan itu terus saja menangis sembari memanggil-manggil bapak dan ibunya. Tapi, yang dipanggil tak juga muncul. Tak seorang pun di Rumah Sakit UKI Cawang, Jakarta Timur, yang mengenalnya. Bocah yang dirawat di ruang anak RS UKI tadi memang salah satu dari korban kecelakaan bis Mandalasari, Minggu dinihari pekan lalu, di jalan raya tol Cikampek-Jakarta. Tercatat 25 penumpang tewas, 18 luka parah, 23 luka ringan, dan 12 hanya lecet-lecet. Mereka yang luka dirawat di RSCM, RS UKI, RS Kramatjati dan RS Bekasi. Bocah itu salah satu korban yang, menurut Suara Pembaruan, hingga Senin pekan ini belum dikenal identitasnya. Bis Mandalasari, yang membawa 78 penumpang itu, sejak dari Purwokerto kota pemberangkatannya, memang melaju kencang. Memasuki gerbang tol Cikampek, kata beberapa penumpang yang selamat, laju kendaraan bernomor B 7648 ER itu semakin menggila. Acapkali bis itu berlari di tengah. Padahal, dari Cikampek sampai Cibitung, jalan tol selebar 7,2 m itu dibebani arus dari dua arah. Diduga, melihat pemisah jalur yang tiba-tiba muncul di STA 26, Cibitung, Bekasi, si sopir yang bernama Mulus itu terkejut. Injakan rem yang mendadak membuat roda slip dan terpelanting. Tanpa ampun, bis yang meluncur terbalik itu menghantam pilar jembatan penyeberangan. Maut pun datang menjemput. Memang, jalan tol Cikampek tergolong rawan kecelakaan. Periode April-Juni 1989, sebanyak 86 kecelakaan terjadi di tol sepanjang 73,2 km itu. Angka ini terbilang besar. Sebab, di tol Jagorawi dengan lalulintas harian rata-rata (LHR) 40.000-60.000 kendaraan (LHR tol Cikampek hanya 9.000-10.000) dalam periode yang sama "hanya" terjadi 111 kecelakaan. Tak syak lagi, jalan satu ruas itulah biang musibah itu. Hampir 60% kecelakaan, yang terjadi di tol Cikampek, terjadi di area yang disebut seksi B dan C itu. Selain itu, begitu memasuki jalan tol itu, umumnya, para sopir dari Ja-Teng sudah lelah. Namun, memaksa mengebut di jalan yang mulus itu. Jalan yang mulus itu memang juga salah satu penyebab. Seperti pernah diakui oleh Direktur Utama Jasa Marga Soehartono, kondisi jalan yang mulus dan tak banyak tikungan "Bisa menyebabkan pengendara salah menafsir jarak, dan mudah celaka".
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini