Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Mengucur Dari Bogor

Panitia dana gotong royong kemanusiaan yang diresmikan di Istana Bogor berhasil menghimpun Rp 9,7 milyar. diketuai Ibu Tien Soeharto & pelindung Pak Harto. diutamakan untuk bencana alam di indonesia.(nas)

5 April 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DUNIA bisnis memang masih lesu. Tapi itu tak membuat sejumlah pengusaha menutup lebih rapat dompet sumbangannya. Lebih-lebih untuk membantu para korban bencana alam di mana saja, terutama di Indonesia. Buktinya, hanya dalam waktu setengah hari, Panitia Dana Gotong Royong Kemanusiaan, yang baru hari Minggu lalu diresmikan penampilannya di Istana Bogor, telah berhasil menjala Rp 9,7 milyar lebih, tepatnya Rp 9.731.422.000, dari 246 penyumbang. Panitia yang diprakarsai dan diketuai oleh Ibu Negara, Tien Soeharto, dengan pelindung Pak Harto sebagai pribadi, memang mengajak tokoh-tokoh masyarakat dan para pengusaha, serta masyarakat luas umumnya, untuk ikut serta dalam gerakan pengumpulan sumbangan bagi tujuan kemanusiaan ini. Dalam waktu yang cukup singkat, mengalirlah sumbangan: mulai dari pengusaha sebesar Liem Sioe Liong -- yang dalam panitla ini juga duduk sebagai ketua bidang urusan pengerahan dana -- sampai seorang wartawan yang menyumbang Rp 10.500. "Kunci pokok terletak pada pribadi-pribadi," kata Pak Harto, yang menilai kegiatan panitia tersebut sebagai usaha yang "sangat luhur dan mulia." Dalam pidato tanpa teks, Presiden menilai gagasan panitia (dengan ketua harian Sudwikatmono dari PT Indocement, dan wakil ketua harian Ciputra dari PT Pembangunan Jaya) merupakan salah satu bentuk penghayatan dan pengamalan Pancasila. Dan itu kata Kepala Negara, "akan terjadi jika semua pribadi-pribadi itu menuruti kodrat pembawaan manusia yang monodualistis: manusia sebagai makhluk individual, sekaligus sebagai makhluk sosial." Presiden sendiri memberi contoh: dengan menyumbang Rp 100.000 sebagai pribadi yang diikuti Wapres Umar Wirahadikusumah dengan sumbangan yang sama banyaknya. Sebagai Ketua Yayasan Darmais, Supersemar, dan Yayasan Dakab, Pak Harto menyumbangkan Rp 600 juta, masing-masing Rp 200 juta dari setiap yayasan itu. Ibu Tien sendiri menyumbangkan Rp 100 juta atas nama Yayasan Purna Bhakti Pertiwi, yang diketuainya. Ny. Karlinah Umar Wirahadiknsumah, yang duduk sebagai wakil ketua umum dana kemanusiaan itu, menyumbang selaku pribadi sebanyak 100 kg beras, senilai Rp 35.000. Yayasan membolehkan sumbangan dalam bentuk barang-barang yang awet, beras misalnya, tapi pihak panitia sendiri lebih menyukai dalam bentuk uang, karena lebih mudah menyimpannya dan lebih mudah menyalurkannya kepada yang dianggap butuh bantuan. Dan hari itu, sebelum acara makan siang dengan atraksi tari jaipongan, yang antara lain dibawakan putri sulung Presiden (lihat Pokok dan Tokoh), Ketua Umum Dana Gotong Royong Kemanusiaan Tien Soeharto sempat menyerahkan sumbangan kepada Gubernur Jawa Barat Yogie S. Memet, untuk membantu korban banjir yang baru-baru ini melanda Bandung Selatan. Gagasan dana kemanusiaan itu, menurut Ibu Tien, muncul secara spontan sewaktu ia mengikuti Presiden ke Roma, dalam acara memperingati hari ulang tahun ke-40 Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), November tahun lalu. Ibu Tien amat tergugah ketika Presiden Soeharto, di akhir pidatonya di Roma, menyampaikan sumbangan 100.000 ton gabah kering yang dikumpulkan secara gotong-royong oleh kaum tani Indonesia untuk ikut membantu korban kelaparan akibat musim kering yang mengganas di Etiopia, Afrika. "Kalau petani saja bisa, kenapa para pengusaha di Indonesia tidak," demikian sebuah sumber mengutip Ibu Tien Soeharto. Gagasan itu lalu disampaikan kepada Presiden, yang kemudian menyetujuinya, dengan catatan: lebih diutamakan untuk membantu korban bencana alam di Indonesia, baru kemudian untuk yang terjadi di luar negeri. Maka, sekitar dua bulan lalu, Ibu Tien memanggil Sudwikatmono dan Ciputra ke kediaman keluarga Presiden di Jalan Cendana, untuk mematangkan gagasan itu. Lalu, dengan petunjuk Presiden, terbentuklah panitia, yang antara lain mengikutsertakan putra-putri keluarga Soeharto, dengan beberapa menteri sebagai penasihat panitia. Menjelang diperkenalkannya dana kemanusiaan itu di Bogor, beberapa pengusaha besar rupanya sudah bersepakat untuk mengumpulkan dana. Antara lain dari Liem Sioe Liong, kelompok Gudang Garam, Djarum, Tan Siong Kie, Sudwikatmono, Ciputra, Murdaya (dari Berca Group), dan Robby Sumampouw. Dihitung-hitung, seluruh sumbangan pengusaha besar itu mencapai sekitar Rp 8 milyar. Ini, kabarnya, belum termasuk kelompok Astra, dan pengusaha lain seperti Aburizal Bakrie, Imam Taufik, Abdul Latief "Sarinah Jaya", dan Tanri Abeng dari PT Multi Bintang. Di hari yang cerah itu, juga tampak bekas Direktur Utama Pertamina, Ibnu Sutowo, yang mengenakan setelan jas warna krem, dan Ponco Sutowo. Tapi tak berarti hanya tokoh-tokoh itu yang diharapkan menyumbang. Kampanye akan diperluas, dan bantuan terkecil pun akan dicatat dan diperhatikan. Seperti kata Pak Harto, "penghimpunan dana ini penting, karena bencana alam, besar atau kecil, selalu terjadi setiap tahun." Sumbangan tampaknya terus mengalir, sehingga terkumpul uang tunai Rp 10,5 milyar sampai Selasa tengah hari lalu. Dan yang menarik adalah ini: Seorang bocah SD di Jakarta, Awan Pujiawan, mencairkan Rp 78.000 dari Tabanasnya, untuk disumbangkan kepada Panitia. Awan, yang diterima oleh Siti Hardiyanti Rukmana, putri sulung Pak Harto yang menjadi bendahara Panitia, Selasa lalu merasa "kasihan melihat orang-orang yang menderita", yang selama ini sering dilihatnya di televisi. Fikri Jufri Laporan A. Luqman

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus