Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu ibadah utama di bulan suci Ramadan adalah membaca Al Quran. Ibadah ini pula yang dilakukan oleh penyandang disabilitas netra yang membaca Al Quran Braille.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tidak hanya membaca Al Quran, para penyandang disabilitas netra melakukan pelatihan bagi pengajar Al Quran Braille selama Ramadan. Salah satunya dalam acara semarak Ramadan yang diadakan oleh ikatan tunanetra Muslim Indonesia (ITMI).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Jadi ada yang sedikit berbeda pada pelatihan kami, di mana modul kami sejak dari awal mempelajari terlebih dahulu alfabet Braille, tujuannya agar murid dapat memahami bahwa huruf Arab braile itu. Titiknya berasal dari alfabet braile Yang kemudian digabungkan,” ujar salah satu panitia semarak Ramadhan ITMI, Cinthia Cempaka, Senin 10 Maret 2025.
Setiap tahun peserta pelatihan pengajar Al Quran Braille ini diikuti oleh 20 orang disabilitas netra. Jumlah peserta dibatasi paling banyak 20 orang agar pelatihan dapat berjalan lebih intensif dan peserta pelatihan lebih fokus terhadap materi yang diajarkan.
“Jumlah pesertanya tidak lebih dari itu, karena kelasnya intensif banget dan ada delapan materi pembelajaran yang diberikan dalam setiap tahun,” kata Cinthia.
Beberapa materi pembelajaran di antaranya adalah memperkenalkan modul pengajaran Al Quran dari Braille dari ITMI, merumuskan formula apa saja yang dapat diterapkan dalam mengajarkan Al Quran Braille dan mematangkan konsep membaca Al Quran berdasarkan tajwid yang benar. Lantaran itu, sejak awal para pengajar Al Quran Braille ini diharapkan sudah menguasai konsep alfabet braile terlebih dahulu.
“Baru setelah itu konsep huruf hijaiyah, kemudian tanda baca lalu kemudian tajwid nya,” kata Cinthia Yang sudah mengikuti empat tahun berturut-turut pelatihan pengajar Al Quran Braille dari ITMI.
Pelatihan pengajar Al Quran Braille ini dalam beberapa tahun ke depan akan masuk sebagai salah satu program sertifikasi Dari Lembaga Sertifikasi Pemerintah (LSP), sehingga syarat utama peserta yang ingin mengikuti pelatihan ini adalah tunanetra yang sudah mengerti atau sudah dapat membaca Al Quran Braille.
“Minimal bisa baca tulis huruf braille dan bisa baca tulis Al-Qur’an Braille, karena nanti dalam training of trainer Al-Qur’an Braille ini akan ada komponen nilai yang berlangsung selama pelatihan untuk tujuan sertifikasi,” kata ibu satu anak ini.
Tahun ini program pelatihan pengajar Al Quran Braille (training of trainer) dalam semarak Ramadhan ITMI Akan dilaksanakan pada Jumat, 14 Maret hingga Ahad 16 Maret 2025. Kendati program pelatihan pengajar Al Quran ini merupakan program reguler, namun di setiap bulan Ramadhan, ITMI menargetkan bibit-bibit baru yang dapat mengajarkan Al Quran baik bagi individu maupun sekolah tertentu.
“Jadi untuk mencari bibit pengajar ini kami memberlakukan dua jenis asesmen. Yang pertama peserta diminta membuat CV dan menuliskan surat al-Fatihah dalam huruf braile dan yang kedua mengirimkan voice note berupa bacaan Al Quran sebanyak tiga surat yaitu dua surat pendek dan satu surat panjang,” kata Cinthia.