Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Politik

Menlu: Relokasi Warga Gaza ke Indonesia Tidak Permanen

Bila keadaan sudah membaik, kata Menlu, mereka akan kembali ke Gaza, Palestina.

11 April 2025 | 12.40 WIB

Umat muslim Palestina menghadiri salat Idul Fitr di Jabalia, Jalur Gaza utara pada 30 Maret 2025. Reuters/Mahmoud Issa
Perbesar
Umat muslim Palestina menghadiri salat Idul Fitr di Jabalia, Jalur Gaza utara pada 30 Maret 2025. Reuters/Mahmoud Issa

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri RI Sugiono mengatakan, relokasi warga Gaza, Palestina ke Indonesia tidak permanen. Bila keadaan sudah membaik, mereka akan kembali ke Gaza.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dia menegaskan, evakuasi dilakukan untuk membantu anak-anak dan ibu hamil agar hidup aman. Tindakan itu dilakukan sebagai bentuk kemanusiaan. 

"Semua harus setuju. Jadi tidak memframing relokasi Gaza permanen. Tapi untuk membantu saudara Gaza, anak-anak yatim piatu di sana," kata dia di Turki dipantau melalui YouTube Sekretariat Presiden, Jumat 11 April 2025.

Sugiono mengatakan, evakuasi itu juga harus mendapatkan persetujuan sejumlah negara yang berkepentingan mengenai perdamaian di Palestina. Karena itu, Presiden Prabowo Subianto akan menyampaikan rencana evakuasi warga Gaza dalam lawatannya ke sejumlah negara Timur Tengah. Prabowo akan berkonsultasi mengenai upaya membantu warga Palestina. 

"Semua pihak yang berkepentingan termasuk Palestina perlu menyetujui proposal dan menyambut kesiapan itu. Karena itu, presiden berkunjung melakukan konsultasi untuk persiapan," kata Sugiono.

Hasil konsultasi dengan sejumlah negara itu, kata Sugiono, akan menjadi keputusan akhir pemerintah Indonesia dalam melakukan evakuasi warga Gaza. Mekanisme evakuasi akan didasarkan pada keputusan bersama itu. "Mekanisme detailnya akan ditentukan dari hasil konsultasi," kata dia. 

Meski begitu, Sugiono mengatakan, Pemerintah Indonesia siap mengevakuasi warga Palestina bila diminta. Evakuasi itu dilakukan untuk membantu warga Gaza yang mengalami banyak masalah. 

"Kami siap menampung warga Gaza yang perlu dievakuasi dalam hal ini mereka yang alami luka-luka, anak-anak yatim. Kemudian anak-anak yang mengalami trauma dan pelajar-pelajar," kata dia. 

Presiden Prabowo Subianto sebelumnya ingin mengevakuasi 1.000 warga Gaza ke Indonesia. Dia bertolak ke lima negara di Timur Tengah yaitu Uni Emirat Arab (UEA), Turki, Mesir, Qatar, dan Yordania untuk meminta dukungan.

Prabowo menegaskan Indonesia akan menjalankan rencananya itu jika mendapatkan lampu hijau dari seluruh pihak, termasuk negara-negara yang saat ini aktif membantu rakyat Palestina di Gaza.

“Syaratnya adalah semua pihak harus menyetujui hal ini. Kedua, mereka di sini hanya sementara sampai pulih kembali, dan pada saat pulih dan sehat kembali, kondisi Gaza sudah memungkinkan, mereka harus kembali ke daerah mereka berasal. Saya kira itu sikap Pemerintah Indonesia. Untuk itu, saya harus konsultasi kepada pemimpin daerah tersebut,” kata Presiden Prabowo saat jumpa pers di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, sebelum berangkat ke Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, Rabu dini hari, 9 April 2025.

Indonesia telah mengirimkan bantuan berupa makanan, alat-alat kesehatan, obat-obatan, pakaian, air bersih, untuk rakyat Palestina di Gaza. Bantuan disalurkan melalui Mesir maupun yang diterjunkan langsung dari udara bekerja sama dengan Angkatan Udara Yordania. Indonesia juga telah mengirimkan kapal rumah sakitnya KRI dr. Radjiman Wedyodiningrat untuk sandar selama beberapa bulan di El Arish, dan merawat korban-korban perang dari Gaza.

Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas mempertanyakan gagasan Presiden Prabowo Subianto yang berencana menampung warga Palestina dari Gaza ke Indonesia.

Anwar merasa heran mengingat rencana pemindahan warga Palestina untuk keluar dari Gaza merupakan ide Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang didukung Israel.

Anwar menyinggung soal keinginan Israel dan AS untuk mengosongkan Gaza sehingga Israel bisa lebih leluasa menduduki dan menguasai wilayah tersebut. Dengan demikian, jelas Anwar, Israel bisa menempatkan warga negaranya ke Gaza yang telah mereka duduki.

Anwar mengaku khawatir jika dalam waktu tertentu Gaza akan menjadi bagian dari Israel Raya yang selama ini AS dan Israel cita-citakan. Sebagai contoh, dia mengungkit apa yang terjadi pada Yerusalem.

 

Savero Aristia Wienanto berkonstribusi dalam tulisan ini 

Hendrik Yaputra

Bergabung dengan Tempo pada 2023. Lulusan Universitas Negeri Jakarta ini banyak meliput isu pendidikan dan konflik agraria.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus