Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Menyidik Si Baret Merah

Tim penyelidik yakin sudah menemukan pembunuh Theys Eluay. Kopassus?

10 Maret 2002 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ADA pemandangan tak lazim sejak Jumat dua pekan lalu di markas pasukan elite tempur Kopassus yang terletak di kawasan Hamadi, Jayapura. Sekeliling markas terbentang tali plastik rafia berwarna merah. "Itu police line," kata Komandan Polisi Militer Kodam Trikora, Kolonel CPM Sutarna. Tali plastik merah itu menggantikan garis pembatas dari polisi yang terlalu pendek. Selama sepekan penuh, markas Kopassus di Papua itu digeledah oleh Komisi Penyelidik Nasional (KPN), yang dipimpin oleh Koesparmono Irsan, mantan perwira polisi yang pernah aktif di Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Koesparmono kali ini berupaya mengungkap kasus kematian tokoh Papua Merdeka, Theys Hiyo Eluay, yang belakangan menjadi perhatian dunia internasional. Theys ditemukan tewas selepas mengikuti acara peringatan Hari Pahlawan, 10 November tahun lalu, di markas Hamadi itu. Puluhan saksi yang diperiksa polisi mengarahkan telunjuk pada anggota Kopassus setempat sebagai pelakunya. Tak mengherankan jika kemudian muncul dugaan pembunuhan ini bermotif politik. Di bawah tekanan internasional untuk mengusut tuntas kasus ini, pemerintah Indonesia membentuk sebuah komisi nasional yang beranggotakan mantan polisi, tentara, jaksa, dan tokoh-tokoh Papua sendiri. Bekerja sama dengan polisi, komisi itu berhak menanyai siapa saja dan menggeledah tempat di mana saja, sipil ataupun militer. Namun, Polda Papua terbentur aturan dalam KUHAP dan peradilan militer bahwa polisi tak berhak memeriksa tentara. Itu sebabnya penggeledahan markas dipimpin oleh Sutarna, Komandan Polisi Militer. Sekitar 40 aparat penyidik yang datang dengan empat mobil memeriksa tiap jengkal markas pasukan baret merah itu. Mereka mem-bawa sekop, cangkul, linggis, serta beberapa potong besi panjang. Segera saja mereka menyebar. Gundukan tanah dan semen yang masih baru dibongkar, ruangan tidur pasukan, sampai dapur tak luput dipelototi. Mereka bahkan menggali tanah di salah satu ruang kamar tidur prajurit. Yang mereka cari adalah mayat Aristoteles Masoka, sopir yang mengantar Theys ke markas itu. Di markas inilah, menurut sejumlah saksi yang ditemui komisi, Theys terlihat terakhir kali. Seorang penerima tamu dalam acara Hari Pahlawan 10 November itu, hari terbunuhnya Theys, bahkan mengaku melihat Aris dipeluk oleh beberapa anggota Kopassus sembari masuk ke ruang prajurit. Karena diduga sudah dibunuh pula, mayat Aris harus ditemukan. Sayangnya, hingga akhir pekan lalu yang dicari tak kunjung ditemukan. Kolonel Sutarna membantah penggeledahan itu bertujuan menemukan mayat Aris. "Kami mencari bukti tambahan lain," katanya kepada TEMPO tanpa merinci bukti lain apa yang dicarinya. Namun, di tengah sibuknya pemeriksaan, berlangsung hal yang mencengangkan. Tiba-tiba saja sekitar 3.000 serdadu Kopassus di Hamadi ditarik ke Jakarta berikut komandannya, Letkol (Inf.) Hartomo. Komandan Jenderal Kopassus, Mayjen TNI Amirul Isnaini, mengatakan perpindahan itu cuma rotasi tugas biasa, tak ada hubungannya dengan kasus itu. "Mereka sudah bertugas lebih dari setahun, dan mereka sudah mesti berkumpul dengan keluarga," katanya. Namun, pilihan waktu rotasi itu tak bisa mencegah kencangnya kecurigaan warga Jayapura bahwa Kopassus sengaja mencegah terbongkarnya kasus ini. Bagaimanapun, rotasi dadakan itu mungkin tak kan mengubah drastis hasil pemeriksaan. Koesparmono Irsan, Ketua Komisi Penyelidik, mengatakan bahwa pihaknya sudah hampir pasti?"99 persen," katanya?dan yakin siapa saja pembunuh Theys. Hanya, ia tak mau mengungkap nama, juga motif pembunuhan itu. "Biar Presiden Megawati yang mengumumkan," katanya. Koesparmono mengatakan kasus ini siap dibawa ke pengadilan. Kecurigaan keterlibatan anggota Kopassus bukanlah temuan baru. Berita acara pemeriksaan polisi yang juga diperlihatkan kepada KPN menyebutkan kesaksian delapan orang yang mengarah langsung pada sejumlah prajurit Kopassus. Semua tudingan itu pernah dibantah mati-matian oleh mantan Komandan Kopassus di markas Hamadi itu, Letkol Hartomo. "Gila apa? Saya mengundang lalu membunuhnya?" katanya kepada TEMPO, November 2001 lalu. Bantahan juga datang dari Komandan Kopassus Amirul Isnaini. "Anak buah saya tidak terlibat," katanya. Namun, kesimpulan polisi itu justru bakal diperkuat oleh hasil penyelidikan Tim Independen Markas Besar Angkatan Darat sendiri. Tim ini telah memeriksa 94 prajurit Kopassus, meski belum menemukan siapa tersangkanya. Namun, adalah Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Endriartono Sutarto sendiri yang menyebut indikasi keterlibatan beberapa prajurit Kopassus dalam pembunuhan itu. Motifnya? Komandan Puspom TNI Mayjen Djasri Marin, yang ikut dalam tim penyelidik independen itu, mengatakan motifnya belum jelas dan pasti. "Bisa bermotif keuangan, pribadi, atau organisasi yang melibatkan anggota TNI," katanya. Lembaga Studi Hak Asasi Manusia Papua mengaku sudah sejak awal membaui jejak Kopassus dalam kasus ini (TEMPO Edisi 27 Januari 2002). Menurut direktur eksekutif lembaga itu, Johanis G. Bonay, Kopassus telah lama merancang pembunuhan dengan membuat kondisi Kota Jayapura seolah-olah tak aman. "Berbagai isu diembuskan, termasuk pemberlakuan jam malam. Tujuannya jelas, agar penduduk tak keluar malam sehingga rencana itu lancar," katanya. Cuma, menurut Johanis, para serdadu itu adalah eksekutor, bukan perancang. Kalau pemerintah pusat serius, penyelidikan kasus ini harus berhasil menemukan siapa saja para perancang operasi pembunuhan itu dan apa gerangan latar belakangnya. Ia curiga Komisi Penyelidik Nasional justru akan berusaha menutupi latar belakang kasus ini dan hanya memenjarakan para eksekutor di lapangan. I G.G. Maha Adi, Cunding Levi (Jayapura)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus