Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Partai Amanat Nasional (PAN) tetap menjajaki munculnya poros baru yang berupa gabungan partai-partai pendukung calon presiden alternatif dari dua nama yang berdasarkan sejumlah lembaga survei memiliki elektabilitas tertinggi, yakni Joko Widodo dan Prabowo Subianto.
"Saya pikir sepanjang kondisinya masih memungkinkan untuk kami membuat poros ketiga, tentu akan kami jajaki," kata Sekretaris Jenderal Partai Amanat Nasional Eddy Soeparno saat dihubungi, Selasa, 8 Mei 2018.
Chief Financial Officer PT Bakrie Indo Infrastructure tahun 2008 ini mengatakan, meski pendaftaran calon presiden berlangsung 4-10 Agustus 2018, saat ini terlalu prematur bagi PAN memutuskan dukungan. PAN tidak hanya berbicara dengan Prabowo dan partai pendukung pemerintah, tapi juga membangun komunikasi dengan partai dan tokoh-tokoh. “Tokoh lain itu di antaranya Pak Gatot dan TGB. Yang jelas, semua tokoh kami ajak bicara.”
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sekretaris Jenderal Partai Kebangkitan Bangsa Lukman Edy pada akhir April lalu menyatakan adanya kemungkinan calon presiden selain Jokowi dan Prabowo. PKB, ujar dia, akan berusaha mewujudkannya apabila Jokowi menampik Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar sebagai calon wakil presiden pada Pemilu 2019. Namun ia belum mengetahui apa yang bisa mengikat partai-partai itu nantinya. "Mesti ada ikatan tertentu,” kata Lukman.
Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Rachland Nashidik menyatakan pesimistis koalisi untuk membentuk Poros Baru seperti yang diinginkan PAN terbentuk. Ia lebih condong mendorong Demokrat mendukung satu dari dua kubu yang muncul. “Kami akan bergabung dengan koalisi yang banyak kesamaan platform dengan Demokrat,” tutur Rachland, 12 April 2018. Tak buru-buru mendukung Jokowi atau Prabowo, kata Rachland, “Demokrat akan mengambil kesimpulan dan keputusan pada masa injury time.”
IMAM HAMDI | HENDARTYO HANGGI