Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Berita Tempo Plus

Orang Kampus Masuk Bui

Dua tersangka terorisme dan kejahatan dunia maya ditangkap. Mereka adalah dosen dan mahasiswa.

28 Agustus 2006 | 00.00 WIB

Orang Kampus Masuk Bui
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEMUA dilakukan Imam Samudra dari balik tembok penjara Kerobokan, Denpasar. Terpidana mati bom Bali I itu diduga memakai laptop di bui untuk chatting di Internet selama dua bulan, sampai Agustus tahun lalu. Di komunitas maya caffeislam dan ahlussunah, Imam mengobrol dengan Qital dan Setyadi, dua orang yang diduga tersangkut urusan terorisme. Bahkan, lewat laptopnya Imam disangka ikut merencanakan dan mencarikan dana bom Bali II, Oktober 2005, tiga tahun setelah tragedi yang pertama.

Imam Samudra sekarang dipindah ke penjara Batu, Nusakambangan. Tak jelas apakah di Nusakambangan ia bisa sebebas di Bali ketika sering berselancar di www.anshar.net, situs milik kelompok teroris pimpinan Noor Din Mohamad Top. Situs itu memuat artikel jihad, teknik melumpuhkan sasaran, juga rencana menyerang sejumlah fasilitas umum. Tapi pekan lalu situs ini tak bisa diakses lagi.

Ada dua nama yang diincar polisi setelah situs anshar.net ditayangkan sekitar Juli tahun lalu, yaitu M. Agung Prabowo alias Max Fiderman alias Kalingga, dan Agung Setyadi alias Pakne alias Salaful. Keduanya dikira mendaftarkan situs tadi ke Internet, walaupun tidak ikut mendesainnya. Urusan desain dikerjakan oleh Abdul Aziz alias Qital, terdakwa bom Bali II. Informasi penting versi polisi: yang memesan situs ini adalah Noor Din Mohamad Top, gembong aksi bom di sejumlah tempat.

Polisi tak sulit menangguk Agung Setyadi, 31 tahun, Rabu dua pekan lalu, di rumahnya di De-sa Genuk Krajan, Candi, Se-marang. Yang sulit menerima -pe-nang-kapan itu adalah Imtikhanah, istri yang sudah sepuluh tahun dinikahi Set-ya-di.

Pekan lalu, Kepala Unit Kejahatan Dunia Maya Badan Reserse dan Kriminal Markas Besar Polri, Komisaris Besar Petrus Reinhard Golose, mengumumkan penangkapan Setyadi. Ternyata, empat hari sebelum Setyadi ditangkap, Agung Prabowo juga sudah diringkus di Semarang. Keduanya dianggap terlibat te-rorisme dan kejahatan dunia maya.

Apa benar keduanya punya kontak dengan Imam Samudra? Pihak keluarga sangat meragukannya. Imtikhanah mengatakan, ”Kami kenal Imam Samudra hanya dari media massa.” Setyadi juga tak pernah mondok di pesantren, seperti Imam Samudra dan kelompoknya. Setamat kuliah di Sekolah Tinggi Informasi dan Komputer Jakarta, dia balik ke Semarang berbisnis servis komputer dan telepon genggam. Lalu, menjadi dosen Fakultas Teknik Informasi Sekolah Tinggi Ilmu Keuangan dan Perbankan Semarang pada 1999.

Di luar kantor, Setyadi adalah sekretaris Forum Kajian Islam Semarang, sebuah forum diskusi. Juli lalu mere-ka mendatangkan Abu Bakar Ba’asyir untuk ceramah di Masjid Tlogosari. Rumah Setyadi juga sering dipakai untuk pengajian.

Belakangan Setyadi membantu Tim Pembela Muslim untuk urusan pengetikan berkas persidangan delapan tersangka terorisme jaringan Noor Din. Maklum, adik kandung Setyadi, Aditya Triyoga, adalah satu dari delapan tersangka itu.

Keluarga Agung Prabowo juga tak percaya anaknya bersentuhan dengan Imam Samudra. -Ro-khis, sang ayah, mengatakan b-ahwa anak keempatnya itu adalah -ma-hasiswa yang rajin beribadah dan pendiam di Fakultas Teknik Elektro Arus Lemah, Universitas Semarang. Agung lulusan SMA di Kudus.

Polisi punya data lain. Agung alias Max Fiderman dikenal beken di kalangan hacker dunia maya. Dia konon pernah menembus Bank of America dan membobol data kartu kredit.

Pengadilan kelak akan membuktikan mana yang benar. Sementara ini, versi polisi me-nga-takan Setyadi adalah orang yang mengirim laptop ke tangan Imam Samudra. Komputer itu dikirim Setyadi pada Juli 2005, tiga bulan sebelum bom Bali II, melalui jasa perusahaan kurir CV Tiki. Ki-riman itu sampai ke tangan Imam melalui perantara sipir penjara. Kepala Personalia Tiki Den-pasar Zulrahmat me-ngatakan, kiriman itu benar berisi komputer jinjing.

Di penjara, menurut juru bicara kepolisian Inspektur Jenderal Paulus Purwoko, komputer diterima seorang sipir bernama Nirwan—nama samaran. ”Kami sedang menelusuri dia,” kata Purwoko kepada Tempo saat ditanya kapan sipir ini diperiksa. Resi pengiriman yang diterima Tempo memuat tujuan kiriman ke Nirwan, de-ngan alamat di Perum Lapas Denpasar.

Kepala Penjara Krobokan, Ilham Jaya, dan Bromo Setyono, kepala penjara saat kejadian itu, meragukan kejadian ini. Penjara dijaga ketat, kata mereka. Kendati begitu, Ilham membenarkan ada sipir bernama Nirwan, yang kini pindah ke sebuah penjara di Jawa Tengah.

Ilham pun pasti ingat, tembok penjara yang berlapis di Indonesia sering bo-bol juga, dengan sejumlah ”taktik dan -iming-iming”.

Eduardus Karel Dewanto, Sohirin dan Rofiqi Hasan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus