Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Pendidikan

Pakar Pendidikan Nilai Guru Perlu Dapat Pelatihan untuk Tangani Kekerasan di Sekolah

Guru dinilai memiliki peranan penting untuk mencegah dan menangani terjadinya kekerasan di sekolah.

24 November 2023 | 07.07 WIB

Ilustrasi anak mengalami bullying. Freepik.com/gpointstudio
Perbesar
Ilustrasi anak mengalami bullying. Freepik.com/gpointstudio

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Maraknya kasus kekerasan di lingkungan sekolah perlu mendapat perhatian dan dicegah oleh pihak terkait. Pakar pendidikan Doni Koesoema menilai guru perlu berperan dalam hal ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Doni megatakan penting bagi para guru untuk mendapat pelatihan dan penguatan dalam menangani kasus kekerasan di sekolah. “Jadi tampaknya bapak ibu guru ini harus memperoleh penguatan pelatihan pengembangan tentang bagaimana mengatasi dan mencegah ketika ada fenomena atau indikasi kekerasan di satuan pendidikan,” kata dia, Kamis, 23 November 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Doni, guru perlu dipersiapkan agar memahami tindakan yang diperlukan dalam menanggapi laporan-laporan terkait kekerasan di lingkungan sekolah. Dalam hal ini, guru harus memiliki kapasitas untuk mengidentifikasi, menangani dan mengatasi kasus-kasus kekerasan yang dilaporkan oleh siswa dan orang tua.

Beda negeri dan swasta

Kasus kekerasan yang terjadi di lingkungan sekolah, baik itu dengan korban siswa atau guru, dapat terjadi di sekolah negeri atau swasta. Doni pun menilai akar permasalahannya berbeda-beda.

“Di sekolah negeri maupun swasta, kalau saya lihat alasannya atau faktor penyebabnya itu agak berbeda,” kata Doni.

Di sekolah swasta, menurut Doni, kasus kekerasan sering kali ditangani dengan penutupan masalah. Sekolah enggan mengakui secara terbuka situasi tersebut kepada orang tua karena khawatir hal itu dapat merusak citra baik sekolah.

“Kalau di sekolah swasta kekerasan yang terjadi itu seringkali diperlakukan dengan mekanisme ditutup, artinya mereka tidak mau mengakui atau secara langsung mengkomunikasikan kepada orang tua secara terbuka keadaan di sekolah karena nanti dianggap akan mencemarkan nama baik sekolah,” kata Doni.

Di sekolah negeri, menurut Doni, kebanyakan kasus kekerasan cenderung muncul pada tingkat pendidikan dasar. Hal itu dinilainya karena ketidakmampuan guru dalam menangani situasi kekerasan yang terjadi di lingkungan sekolah.

“Sedangkan yang di sekolah negeri hampir sebagian besar kasus yang terjadi itu terutama di sekolah dasar terjadi karena mungkin ketidakmampuan bapak ibu guru untuk menangani persoalan kekerasan di sekolahnya,” kata Doni.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus