SEBUAH spanduk putih dengan huruf-huruf merah, terpancang miring di sebuah sudut kota Old Delhi. Rentangan kain untuk menyambut kedatangan Paus Yohanes Paulus II itu tampak merana, tenggelam di tengah keriuhan papan reklame dan hiruk-pikuk Old Delhi, kawasan yang sangat padat. Spanduk itu terlalu kecil untuk mendapat perhatian dan orang tak peduli. Kedatangan Paus, dua pekan lalu, memang tak mengundang perhatian penduduk di sini. Di New Delhi, arak-arakan kendaraan pemimpin Gereja Katolik itu menimbulkan sedikit kemacetan di pusat kota, Indian Gate, namun iringan mobil berlalu cepat. Tak ada lambaian tangan. Dalam perjalanan pulang di Bombay, Paus bahkan disambut sebuah bom. Tapi, di wilayah Goa dan wilayah Kerala, yang terletak di pantai itu, kunjungan Paus disambut sangat meriah. Di dua tempat itu terdapat empat juta umat Katolik -- dari sekitar 12 juta umat di seluruh India, jumlah yang tak sampai 2% dari seluruh penduduk yang berjumlah 762,5 juta jiwa. Pada hari ketujuh kunjungannya, setelah menelusuri beberapa kawasan di Pantai Malabar, Paus diperkirakan sudah beraudiensi dengan sekitar tujuh juta umatnya. Kedatangannya Jumat pekan lalu di Kota Trichur, wilayah Kerala, dielu-elukan sekitar 300.000 penduduk yang berjajar sepanjang 2 km di gerbang kota. Begitu berdesaknya para penyambut: satu bagian tembok kota runtuh, seorang wanita 52 tahun meninggal, 18 lainnya luka-luka. Di Kerala, pertemuan dan misa dihadiri lebih dari satu juta penduduk. Sebuah prestasi dalam pengumpulan massa yang tak bisa disaingi tokoh politik paling populer sekalipun yang pernah berkunjung ke wilayah itu. Untuk pertemuan-pertemuan itu, Paus terbang dengan helikopter Angkatan Udara India -- bikinan Soviet. Di hampir semua audiensi, Paus hadir di tengah kemegahan yang teatral -- bahkan di Delhi. Di Trichur, ia bicara di atas panggung kehormatan setinggi 20 meter, di depan sebuah altar yang didesain sangat indah. Bentuk panggungnya separuh elips, dengan kubah-kubah payung penuh hiasan ornamentik yang sering tampak di kuil-kuil Hindu. Di Trichur itu Paus mengingatkan, di situlah St. Thomas mulai mengembangkan agama Katolik di Tahun 4 M., jauh sebelum Inggris berkuasa. Di sinilah Paus menekankan misinya: "Marilah kita bersatu." Yang dimaksudkannya, semua aliran Katolik di tanah India. Di India terdapat tiga kelompok besar Katolik. Yang pertama berakar pada ajaran St. Thomas, yang mula-mula berkembang di Pantai Malabar. Kelompok ini selama berabad-abad dilupakan pucuk kekuasaan Katolik Roma di Vatikan, dan karena itu berkembang menjadi Katolik bebas yang tak mengakui Vatikan. Di abad ke-17 kelompok Malabar ini pecah dua. Pecahan itu--kelompok kedua -- disebut kelompok Malankara, dan di tahun 1930 kembali mengakui Vatikan sebagai pucuk pimpinan. Kelompok ketiga adalah kelompok Katolik Roma yang datang bersama penguasa Inggris. Ketiga-tiganya memiliki keyakinan dan liturgi yang berbeda -- khususnya kelompok Malabar. Dan untuk itulah Paus berseru. Kemungkinan persatuan itu memang bukan mustahil. Di Trichur, di jantung kelompok Malabar, Paus memberkati perkawinan 152 pasangan -- acara yang tampak sangat mengesankan. Jim Supangkat
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini