Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Pemilu dan doa dari arafah

Yusuf Hasyim menyiapkan doa di Arafah untuk mendukung terpilihnya kembali pak Harto. hasil pemilu jemaah haji dan TKI di arab saudi menentukan rebutan kursi PPP dan Golkar untuk jakarta.

20 Juni 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ADA nuansa lain yang meliputi 107.000 lebih jemaah haji Indonesia kali ini. Suasana pemilu yang sedang merebak di Indonesia terbawa pula sampai ke Tanah Suci, hingga ke penjuru Padang Arafah. Bahkan, ketika para juru kampanye masih berteriak-teriak di panggung, para jemaah haji Indonesia sudah menentukan pilihannya, 20 Mei lalu. Mereka mendapat amplop besar yang bertuliskan nama masingmasing yang berisi surat suara yang harus dicoblos. Maka, sebelum puncak ibadah haji, yakni wukuf di Arafah yang dimulai 10 Juni lalu, bisa dibilang semua jemaah haji Indonesia sudah menggunakan haknya untuk memilih. Tinggal para jemaah haji yang berangkat lewat biro jasa swasta yang belum mencoblos. "Semua jemaah haji yang lewat Tiga Utama akan mencoblos tepat 9 Juni sesuai dengan ketentuan," tutur Andi Abdul Latif, Direktur PT Tiga Utama, salah satu perusahaan swasta yang menangani perjalanan haji. Reaksi para pencoblos lewat amplop ini bermacam-macam. Beberapa orang tampak senang karena sudah dilakukan lebih dini, "Kami bisa memusatkan konsentrasi pada ibadah haji sekarang," kata Abdurahman, jemaah asal Maluku. Ada yang sekadar memenuhi permintaan pimpinan kelompok masing-masing. Banyak juga yang kurang peduli, "Saya tak bawa kartu AB, lagi pula kan saya ke sini untuk ibadah," tutur Ida, jemaah dari Jakarta. Sampai pekan ini suara dari sekitar seratus ribu jemaah haji ditunggu di Jakarta. Jumlah itu, termasuk juga sekitar 120.000 tenaga kerja yang tersebar di Timur Tengah, termasuk suara yang akan menentukan nasib satu kursi yang diperebutkan PPP dan Golkar. Sebab, berdasarkan perhitungan sampai pekan lalu, kelebihan suara kedua kontestan itu hanya bertaut sedikit. Selain pelaksanaan pemilu, sedikit warna politis pada perjalanan haji kali ini juga terasa pada saat wukuf di Arafah. Selain dua doa biasa yang disiapkan oleh Tim Pembimbing Haji Indonesia (TPIH) dan Departemen Agama, ada satu doa lagi yang tampaknya agak spesial. Itu adalah doa khusus yang disiapkan oleh K.H. Yusuf Hasyim, salah seorang Rais Syuriah Nahdlatul Ulama yang saat ini juga sedang menunaikan ibadah haji. Karena khusus, doa buatan Yusuf Hasyim menyebut pula masalah politik yang sedang hangat dibicarakan di sini, termasuk juga soal suksesi. Salah satu bagian doa itu menyebut, ". . . Berkatilah bangsa dan negara kami dalam melaksanakan pemilihan umum, sehingga berjalan tertib, aman, dan lancar, dan menghasilkan pilihan yang mampu membawa aspirasi bangsa pada umumnya dan umat Islam pada khususnya, yang tertuang dalam GBHN dan Ketetapan MPR . . .." Agak berbeda dengan "Doa Politik" versi Alamsjah beberapa waktu lalu, doa di Arafah ini memang tak menyebut nama Pak Harto. Dan dalam doa Yusuf Hasyim, semula memang dirancang seperti "doa politik" Alamsjah yakni dengan menyebutnyebut nama Pak Harto. Hanya saja, mengingat banyak orang tak setuju jika nama Pak Harto eksplisit disebut, niat itu diurungkan. Namun, kata Yusuf Hasyim berterus terang pada TEMPO, "Maksudnya memang agar Pak Harto terpilih kembali menjadi presiden untuk masa jabatan yang akan datang." Seperti halnya di Jakarta, doa politik ini tampaknya tak lepas dari kontroversi. K.H. Ilyas Ruchiyat, Rais Am NU yang juga sedang beribadah haji, tetap menganggap caracara yang mirip kebulatan tekad seperti itu tak cocok dengan beleid NU. Hanya, ia juga tak menentang. "Prinsipnya doa itu baik, juga doa buat pemimpin wajarwajar saja. Hanya, saya tak mengambil inisiatif atau memprakarsainya," kata Kiai Ilyas Ruchiyat, yang juga menjadi Naib Amirul Haj. Apakah dengan dibacakannya doa itu berarti semua jemaah setuju dengan doa khusus Yusuf Hasyim? "Kan ada tiga doa, mereka bebas memilih," katanya. Selain itu, Yusuf Hasyim menambahkan, jemaah juga bebas seandainya mereka ingin menyebutnyebut nama Pak Harto. "Tak ada yang melarang," kata Yusuf Hasyim. Di tengah kekhusyukan doa menunaikan ibadah haji itu, tak jelas benar apakah Yusuf Hasyim di Arafah sempat membacakan doa yang disiapkannya. Yang jelas, di Mekah, sebelum berangkat ke Arafah, Yusuf Hasyim sudah memimpin doa. Sayang, sampai akhir pekan lalu TEMPO tak berhasil menghubungi Yusuf Hasyim yang tengah menunaikan ibadah haji itu untuk mendapatkan konfirmasi mengenai doa yang disiapkannya. Sebelum berangkat ke Padang Arafah, ketika dihubungi TEMPO Yusuf Hasyim memang bertekad untuk membaca doa buat Pak Harto itu. Walau, katanya, nama Pak Harto tak diucapkan secara eksplisit. Terlepas apakah doa Yusuf Hasyim itu berupa "doa politik" atau bukan, menurut sebuah sumber, awal Mei lalu, Pak Harto juga menerima sembilan tokoh Islam, antara lain K.H. Idham Chalid, Amin Rais, Chalid Mawardi, Tuti Alawiyah, dan Yusuf Hasyim sendiri. Pada akhir pertemuan di Cendana itu para hadirin juga sempat berdoa, yang intinya: "Agar Pak Harto diberi kekuatan, mampu memimpin bangsa dan meneruskan pembangunan, baik sekarang maupun masa yang akan datang". Waktu itu, kata sumber tadi, Pak Harto menjawab: "Amin, ya, bersamasama," sambil tertawa. Ketika ditanya tentang soal ini, Yusuf Hasyim ternyata memang tak banyak bicara, "Itu pertemuan terbatas, hanya bersifat halal bihalal." YH (Jakarta) dan Agus Basri (Mekah)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus