Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Penghormatan Ujung Kuasa

Yudhoyono ingin menciptakan budaya penyambutan presiden baru meniru kebiasaan di Amerika Serikat. Disetel seperti serah-terima jabatan tentara.

20 Oktober 2014 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

UPACARA militer itu begitu penting bagi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang masa tugasnya berakhir Senin siang pekan ini. Dalam rapat kabinet paripurna pada Kamis pagi pekan lalu, dia sampai menyebutkan dua kali prosesi yang biasanya dilakukan angkatan bersenjata itu.

Yudhoyono mengatakan telah menyiapkan tradisi baru, yakni menggelar upacara militer besar guna menyambut Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla di gerbang Istana Merdeka. "Jokowi akan menerima penghormatan pertamanya dari Pasukan Pengamanan Presiden," katanya di ruang rapat lantai tiga gedung Kementerian Sekretariat Negara, Jakarta Pusat.

Acara singkat itu, menurut Yudhoyono, akan ditutup dengan upacara pelepasan dan pemberian penghormatan terakhir kepada dia dan istrinya, Kristiani Herrawati. "Itulah rencana episode 20 Oktober yang mulia," ia menambahkan.

Cerita upacara militer disampaikan di hadapan sekitar 75 orang bawahan dalam rapat kabinet terakhir itu. Mereka antara lain para menteri, wakil menteri, serta anggota Dewan Pertimbangan Presiden, Dewan Ekonomi Nasional, Komisi Ekonomi Nasional, dan staf khusus presiden. Dalam rapat selama sekitar satu jam itu pula Yudhoyono memaparkan hasil kerjanya selama sepuluh tahun terakhir sebelum diakhiri dengan permintaan maaf atas kesalahannya.

Rencana menggelar upacara militer untuk menghormati presiden baru dan dia sudah disampaikannya jauh hari. "Saya akan menyambut dengan penuh kehormatan bagi siapa pun yang terpilih nantinya," ujarnya dalam pidato 2 Juni lalu di gedung Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Purnawirawan jenderal itu menerangkan, upacara militer dilakukan dengan meniru penyambutan presiden baru oleh presiden lama di Amerika Serikat, yang dikenal sebagai acara minum teh bersama, di Gedung Putih.

Semakin dekat dengan pelantikan Jokowi, keinginan Yudhoyono mengadakan upacara militer semakin kuat. "Setelah pelantikan di Majelis Permusyawaratan Rakyat, ada upacara pelepasan dan penyambutan oleh SBY," ucap juru bicara Presiden, Julian Aldrin Pasha, Senin pekan lalu. Dia memperkirakan acaranya serupa dengan peringatan Hari Kemerdekaan setiap 17 Agustus, yang melibatkan sekitar 400 personel militer dan polisi serta grup marching band lengkap.

Menurut Panglima Tentara Nasional Indonesia Jenderal Moeldoko, Yudhoyono dan Jokowi akan bergantian memimpin sebagai inspektur upacara. "Konsepnya seperti serah-terima jabatan Panglima TNI," ujarnya. Moeldoko pun mengaku sudah membicarakan rencana ini dengan presiden terpilih Jokowi.

Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto juga memastikan Jokowi langsung meluncur ke Istana Negara setelah dilantik di MPR pada 20 Oktober ini. Setelah upacara, rencananya Yudhoyono mengajak Jokowi berkeliling Istana untuk mengenalkan lokasi dan ruangan di kawasan Istana. "Setelah itu, kalau Jokowi mau ketemu relawan, silakan saja," kata Djoko.

Belakangan, upacara militer versi Yudhoyono itu menjadi persoalan. Tim Jokowi melancarkan keberatan dalam pertemuan dengan Djoko Suyanto pada Rabu siang di ruang rapat kantor Kementerian Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan. Djoko didampingi Moeldoko, Kepala Kepolisian RI Jenderal Sutarman, dan Kepala Badan Intelijen Negara Marciano Norman. Pengusaha Peter Frans Gontha, yang baru diangkat sebagai Duta Besar RI untuk Polandia, turut bergabung.

Adapun tim Jokowi terdiri atas tujuh orang. Lima di antaranya pensiunan jenderal TNI. Mereka adalah mantan Menteri Perdagangan Jenderal Purnawirawan Luhut Binsar Panjaitan, mantan Wakil Panglima TNI Jenderal Purnawirawan Fachrul Razi, mantan Kepala Staf Umum TNI Letnan Jenderal Purnawirawan Suaidi Marasabessy, mantan Komandan Pendidikan dan Latihan TNI Letnan Jenderal Purnawirawan Sumardi, serta Mayor Jenderal Purnawirawan Zainal Abidin. Dua lainnya politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Aria Bima, dan Deputi Rumah Transisi Andi Widjajanto.

Menurut Fachrul, upacara militer penyambutan presiden baru tak sesuai dengan aturan militer dan ketatanegaraan. Konsep awalnya, acara akan dilaksanakan seperti serah-terima jabatan kepala staf dan Panglima TNI. Upacara didahului dengan penghormatan dan laporan komandan upacara kepada Yudhoyono, yang berdiri di sebelah kanan Jokowi. Kemudian Jokowi berpindah posisi ke sebelah kanan Yudhoyono. Barulah laporan penutup komandan upacara dialamatkan kepada Presiden Jokowi. "Padahal, pada 20 Oktober di Istana, Yudhoyono sudah warga biasa," katanya kepada Tempo, Kamis pekan lalu.

Penghormatan militer kepada Panglima TNI berbeda dengan kepada presiden. Kepada presiden, militer harus memasang sangkur di senjata, tak cukup dengan penghormatan biasa. Karena itu, menurut Fachrul, penghormatan awal dan akhir pada upacara militer diberikan untuk Jokowi, yang telah sah menjadi presiden sekaligus inspektur upacara. "Konsepnya kasar. Mungkin dibuat petugas bawah yang belum paham," kata petinggi Partai Hanura ini.

Fachrul menampik kabar terjadi ketegangan dalam pembicaraan. Menurut dia, Djoko dan Sutarman segera menyadari dan berpendapat bahwa tata cara harus disesuaikan. Luhut juga menyatakan pembicaraan berjalan lancar. Ia mengatakan, dalam persiapan acara besar, biasa ada sedikit kekurangan. "Tapi tadi malam sudah oke," ucapnya.

Dalam pertemuan selama sekitar satu jam itu, menurut Fachrul, tim juga mengingatkan agar kejadian yang menimpa Jokowi dalam acara ulang tahun TNI ke-69 di Surabaya, Selasa dua pekan lalu, tak terulang. Ketika itu, presiden terpilih Jokowi hadir di antara tetamu, tapi namanya tak disebut atau diperkenalkan oleh protokoler dan Yudhoyono.

Djoko Suyanto mengakui pertemuan tersebut untuk mensinkronkan acara dengan tim Jokowi. "Ada simpang-siur informasi. Ada beda persepsi," ujarnya kepada Tempo, Kamis pekan lalu. Ia pun memastikan tak ada acara serah-terima jabatan; yang ada adalah penyambutan Presiden Jokowi oleh mantan presiden Yudhoyono.

Ia menjelaskan, Presiden Jokowi dan Ibu Negara Iriana akan mendapat penghormatan pertama di pintu gerbang Istana. Selanjutnya, Jokowi menuju podium menemui Yudhoyono. Sedangkan di belakang podium berdiri 40 menteri dan pejabat negara serta 40 anggota rombongan Jokowi. "Biar imbang." Di podium, keduanya mendapat penghormatan dari 120 personel TNI dari tiga angkatan dan Polri. Jokowi lalu turun dari podium untuk memeriksa pasukan. Yudhoyono berjalan di sebelah kanannya.

Seusai upacara militer, rencananya, Yudhoyono memperkenalkan para petugas staf kepresidenan yang bakal melayani Presiden Jokowi. "Hari Minggu sebelumnya, pukul 15.00 WIB, Pak Jokowi sudah tur untuk pengenalan di Istana," kata Djoko. Setelah itu, Jokowi akan mengantar Yudhoyono dan istri memasuki mobil pribadi untuk meninggalkan Istana menuju Cikeas dengan pengawalan Pasukan Pengamanan Presiden Grup D, tim untuk mantan presiden dan wakil presiden.

Aria Bima menuturkan, acara juga disepakati dipersingkat menjadi maksimal 40 menit dari semula bisa dua jam. Upacara militer akan menggeser waktu acara videoconference Presiden Jokowi dengan masyarakat di delapan daerah yang mewakili publik dari Sabang sampai Merauke. Walhasil, jadwal acara berubah, termasuk pertemuan Jokowi dengan masyarakat di Monumen Nasional. Ia pun mengatakan Jokowi menghargai Yudhoyono sehingga sepakat mengikuti upacara militer. "Ya, Pak Jokowi akan mengantar Pak SBY meninggalkan Istana," ujarnya seusai pertemuan.

Andi memastikan Jokowi dan Yudhoyono menyepakati hasil pertemuan di kantor Djoko. Acara bakal dihelat pukul 14.10-14.50. Menurut dia, konfirmasi dari Djoko tentang kesediaan Yudhoyono diperoleh pada Rabu menjelang malam. "Kemudian saya menyampaikan ke Pak Jokowi malamnya. Beliau tak masalah," ucapnya. "Kamis siang saya sampaikan lagi ke Pak Jokowi."

Masih ada rencana Yudhoyono pada hari pelantikan. Aria Bima mengatakan Peter Gontha siap menyebarkan 15 ribu kaus dan sejumlah spanduk ucapan terima kasih kepada Yudhoyono. Sebanyak 5.000 kaus bergambar wajah Yudhoyono di bagian depan dan Jokowi di belakang. Tapi 10 ribu lagi hanya bergambar Yudhoyono.

Rencana awal, massa hanya berdiri di pinggir Jalan M.H. Thamrin-Sudirman untuk melepas Yudhoyono menyaksikan pelantikan Jokowi di gedung MPR. Namun belakangan acara berubah. "Massa akan mengantar SBY ke Senayan, lalu mengarak lagi sampai ke Istana," ujarnya. Bima berharap tak muncul masalah karena diperkirakan ribuan pendukung Jokowi juga memenuhi Semanggi sampai Monas.

Peter Gontha mengaku menyediakan kaus, tapi mengatakan tak tahu pembagiannya. "Saya cuma mengkoordinasi para pengusaha," katanya. Ia berencana membariskan pengusaha yang ingin melambaikan tangan kepada Yudhoyono sebagai tanda terima kasih di sepanjang Sudirman-Thamrin. Dia pun mengaku menyiapkan spanduk bertulisan "Selamat bekerja, Jokowi".

Djoko tak mempersoalkan masyarakat yang memberikan ucapan selamat kepada Yudhoyono. "Kabarnya, ada juga ratusan ribu pendukung Jokowi. Enggak masalah. Ini demokrasi," katanya.

Jobpie Sugiharto, Singgih Soares, Fransisco Rosarians, Said Helaby, Prihandoko, Agustina Widiarsi, Ananda Teresia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus