Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Pernyataan usai jumatan

Sekitar 7.000 pemuda menyatakan siap dikirim ke Bosnia sebagai sukarelawan. bagaimana latihan, seleksi, dan pemberangkatannya?

19 Februari 1994 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SELEPAS salat Jumat pekan lalu, sekitar 5.000 pemuda, pelajar SMP, SMA, dan mahasiswa, memenuhi lapangan rumput masjid Al- Azhar, Jakarta. Mereka menghadiri tablig akbar dengan penuh semangat. Dan di sanalah mereka menyatakan siap mati berjihad di Bosnia. Acara yang dipandu petugas dari Komite Indonesia untuk Solidaritas Dunia Islam (KISDI) itu sungguh mendapat sambutan gegap-gempita dari kaum muda. Massa pemuda itu melafalkan takbir, tahmid, dan teriakan-teriakan anti Serbia dan Kroasia. "Kami siap jihad di Bosnia," pekik seorang di antara mereka membaca poster yang dibawa. "Syahid di Bosnia, mulia di akhirat," rekannya yang lain menyambung sambil menggelar poster. Suara takbir pun menggelegar di tengah terik matahari siang itu. Kemudian seorang dai berjampang lebat tampak naik dan berdiri di atas sebuah kursi lipat. Di hadapan massa, Syuhada Bahri, mubalig itu, berseru: "Saudara-saudara kaum muslimin, acara ini bukan untuk mengutuk atau berunding dengan Serbia. Sekarang sudah waktunya untuk berjihad ke medan perang." Massa pun menyambut, "Betuuuul." Karena itulah, Saudara-Saudara, para pedagang dan pejabat, sisihkan uang jajan, sisihkan pendapatan Anda untuk membeli senjata. "Penderitaan di Bosnia adalah tetesan darah yang harus dibayar dengan darah," katanya. Seorang pemuda tampak mengacung-acungkan tangannya sambil memegangi Quran kecil, dan berpekik: "Allahu Akbar... Allahu Akbar...." Belum lagi isak dan histeris surut, Kiai Ahmad Soemargono tampil ke depan. "Apakah Saudara sudah siap untuk berjihad?" kata Ketua Korp Muballigh Jakarta ini. "Siaap," jawab massa pemuda. "Baik.... Saya sendiri yang akan memimpin Saudara- Saudara untuk berjihad ke Bosnia," tambah Soemargono yang juga Wakil Ketua KISDI. Di hadapan massa, Soemargono menghargai sikap Pemerintah yang tak mengirim pasukan militer. Tapi, kalau ternyata rakyat bersedia untuk dikirim ke medan perang Bosnia, katanya dengan suara yang mulai meninggi, sebaiknya Pemerintah memperhatikan aspirasi ini. "Untuk itu, kami akan minta ABRI untuk melatih Saudara-Saudara," teriak orator Husseyn Umar dari DDII. Tablig pun semakin hangat ketika petugas KISDI mulai mengedarkan formulir pendaftaran sukarelawan. Ribuan massa pemuda pun tampak berebutan mengisi formulir pernyataan: "Bersedia dikirim menjadi sukarelawan Muslim Bosnia". Sampai-sampai petugas KISDI yang mengedarkan formulir itu kewalahan. Dalam tempo kurang dari satu jam, formulir berkop "Komite Solidaritas Muslim Bosnia" dari Dewan Dakwah Islamiyah itu pun sudah kembali ke petugas KISDI lengkap dengan tanda tangan masing-masing. Sejak dibuka lowongan untuk menjadi sukarelawan di Bosnia sepanjang pekan lalu, kini sudah terdaftar 7.000 orang. Tapi ada pula anak "ingusan" yang ikut. Sebutlah Syafei, 14 tahun, siswa SMP dari Pondok Gede, yang terus terang mengaku tak punya persiapan apa-apa. "Tapi saya siap untuk berangkat dan orang tua sudah mengizinkan," katanya. Sementara itu, ada pula seorang anak SMA Al-Azhar yang bersemangat ingin mati syahid di Bosnia, walau orang tuanya mencegah dengan mengatakan bahwa Bosnia bukan tempat yang tepat untuk berjihad. Ada lagi Amin, yang sudah punya tiga anak. Ia mengaku siap meninggalkan semuanya. Menjadi sukarelawan untuk Bosnia tentu bukan sekadar mengisi selembar formulir atau hanyut bersama teman-temannya. Selain syarat fisik yang andal untuk menghadapi cuaca yang kelewat dingin, mereka juga perlu keterampilan khusus dalam hal perang dan persenjataan. Sebab mereka, kalau benar diberangkatkan, akan bertempur bersama pasukan lain di Bosnia. Namun, dari segalanya itu tampaknya yang tak kalah penting adalah izin dari Pemerintah. Panglima ABRI Jenderal Feisal Tanjung sendiri pekan lalu sudah mengisyaratkan terbukanya kemungkinan pengiriman sukarelawan ke Bosnia. Untuk itu, tentu perlu ada latihan agar mereka benar-benar andal dan tahu seluk- beluk perang. Namun, menurut Kepala Puspen ABRI Brigjen Syarwan Hamid, ABRI sebagai aparat Pemerintah hanya akan melaksanakan kebijaksanaan Pemerintah. "Kami hanya menjalankan kebijaksanaan yang ditetapkan," katanya. Menurut sebuah sumber, selain mengirimkan peninjau, menurut rencana, ABRI juga akan mengirimkan satu detasemen tim kesehatan -- bukan pasukan atau sukarelawan. Namun, Menteri Luar Negeri Ali Alatas ketika ditemui TEMPO mengatakan bahwa yang terpenting adalah bagaimana peperangan di Bosnia itu segera dihentikan. Bukan justru mengirimkan sukarelawan. "Secara rasional itu sukar untuk melaksanakannya," katanya. Menurut beberapa sumber, sebenarnya pengiriman sukarelawan sudah dilakukan. Beberapa kelompok Islam di Yogyakarta dan Jakarta telah mengirimkannya ke Afganistan dan belakangan ke Bosnia. Mereka, kata sumber itu, dikirim lewat Malaysia, Afganistan, atau ada pula yang langsung dari Indonesia. Ada yang dikirim oleh organisasi, ada pula yang berangkat perorangan. Kelompok organisasi biasanya singgah di negara lain untuk bergabung dengan rekan mereka dari organisasi yang sama. Alasan kepergiannya, biasanya berwisata atau kuliah di negeri orang. Latihan perang dan bela diri, konon, dilakukan di Afganistan. "Pokoknya, kami sudah menganggap anggota kami adalah prajurit Allah, yang siap berjuang untuk Islam di mana saja," kata sumber tersebut. Benarkah ada sukarelawan asal Indonesia di Bosnia? Menurut Mayor Erwin, Wakil Komandan Kontingen Garuda XIV di Bosnia, ketika dihubungi TEMPO pekan lalu, ia belum pernah bersua dengan sukarelawan asal Indonesia di sana.Agus Basri, Bambang Soejatmoko, dan Priyono B. Sumbogo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum