Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Berita Tempo Plus

Polisi bukan jagoan

Kapolda Ja-Bar Mayjen Pol Sidharto melarang anggotanya memakai gelang akar bahar, cincin bermata besar, kalung, anting, giwang & lipstick tebal yang mencolok selagi berdinas. Untuk menegakkan citra polisi.

13 Februari 1988 | 00.00 WIB

Polisi bukan jagoan
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
TIBA-tiba saja polisi yang bertugas di jalan-jalan di Kota Bandung tampil bersahaja. Selain kelimis, tangannya tidak lagi dililit gelang akar bahar, jari tangannya tanpa cincin. Bahkan anggota polwan yang biasa bibirnya bergincu pun nyaris tanpa kosmetik. "Semua perhiasan terpaksa kami parkir di rumah," kata seorang anggota polantas yang biasa mengenakan macam-macam aksesori itu. Inilah hasil gebrakan pertama Mayjen. Pol. Sidharto, Kapolda Jawa Barat. Tiga hari setelah dilantik menjadi Kapolda, 25 Januari lalu, ia menegaskan, "Citra polisi harus ditegakkan lewat disiplin berpakaian dan melaksanakan pola hidup sederhana." Semua ini ada dasarnya: Instruksi Pangab dan Kapolri 15 Januari lalu tentang pola hidup sederhana. Pengertian disiplin berpakaian, bagi Kapolda, rupanya tidak terbatas pada pakaian dinas saja. Semua Jenis perhiasan dan kosmetik pun terkena larangan. "Saya tak ingin lagi melihat polisi yang berpenampilan jagoan dan polwan yang gemar mematut diri kayak peragawati," kata Kapolda kepada Agung Firmansyah dari TEMPO. "Semua gelang akar bahar, cincin bermata besar, kalung, anting, giwang, dan lipstik tebal yang mencolok tak boleh melekat di tubuh polisi selagi berdinas," ujarnya. Larangan ini, menurut Kapolda, agar polisi berperi laku yang tidak bertentangan dengan citranya sebagai penegak hukum. "Kalau kita menganjurkan kepada masyarakat agar jangan memakai perhiasan di tempat umum, karena bisa merangsang tindak kriminalitas, polisi sendiri harus memberi contoh," katanya. Instruksi ini ternyata ditaati sepenuhnya. Tapi tentang gelang akar bahar, ada yang menilai berlebihan. "Memakai gelang akar bahar bagi kami bukan sekadar perhiasan tapi ada kepercayaan gelang itu bertuah. Lagi pula, menambah wibawa pemakainya," kata seorang anggota polisi. Tapi anggapan ini dibantah Kapolda. "Itu tidak benar," katanya. "Wibawa dan keberanian bukan berasal dari akar bahar. Kepercayaan ini justru berbahaya. Artinya, kalau benda itu tertinggal di rumah atau hilang, ia akan kehilangan kepercayaan pada dirinya." Akar bahar dan juga cincin menurut Kapolda malah bisa memberikan citra menyeramkan dan sok jagoan. "Itulah yang tak boleh terjadi. Polisi adalah pelindung dan abdi masyarakat, bukan jagoan yang menyeramkan," ujar Sidharto.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus